Ekonomi, Rokok dan
Konsekuensinya
oleh:
Yazid Bindar
Jurusan Teknik Kimia ITB
1. Pendahuluan
Sebuah pernyataan
mengenai korelasi produksi rokok dan kampanye
anti rokok yang dikemukakan
oleh seseorang mendalami ekonomi yang
disampaikan dalam sebuah
diskusi di Warung Canada.
...................................................
...................................................
......... Seperti
kampanye untuk ..............
.....tidak merokok
itu kan merugikan negara seperti
Indonesia yang kaya
.............. produksi rokok.
Berpijak dari kriteria
ekonomi semata dalam pengembangan sektor
produksi bukanlah suatu
langkah yang optimum dalam memajukan
kesejahtraan masyarakat.
Seperti pernyataan di atas dalam hal
produksi rokok mengambarkan
sebuah kontradiksi antara ekonomi
dan kampanye anti rokok. Sudah menjadi alasan
umum bagi para
pengusaha rokok dan
pendukung industri rokok bahwa industri rokok
adalah industri padat karya
dan memberikan sumbangan yang banyak
dalam perekonomian bangsa.
Tentu para pengusaha rokok dan pendukung
industri rokok akan
menyajikan data kontribusi industri terhadap
perekonomian bangsa, lihat
data ini!, kalau industri rokok
ditutup maka banyak buruh
akan kehilangan pekerjaan dan juga
negara kehilangan sumber
pemasukan. Jadi pernyataan seperti
diataslah yang akan muncul
bila ekonomi yang dijadikan kriteria
utama sedangkan kriteria
yang lain tidak dimasukkan.
2. Sektor Industri Rokok
Sebelum pengusaha rokok
dan pendukung industri rokok menyajikan
data produksi rokok, saya
akan menyajikannya lebih dulu disini
produksi rokok indonesia
Tahun Produksi Ratio prod. Batang
pro. Ratio prod
(milyar mesin per per
jiwa tangan/tot.
batang) tangan %
1968 14,8 148
1973/1974 50,6 429
1978/1979 69,2 471
1983/1984 96,2 590
1985/1986 108,2 1,74
664 36.4
1986/1987 117,6 1,98
713 33.5
1987/1988 134,3 2,11
799 32.1
1988/1989 141,1 2,12
802 32.0
1989/1990 143,9 2,10
804 32.0
1990/1991 146,9 2,06
816 32.0
Data di atas menunjukkan
produksi rokok meningkat terus, hal
ini disebabkan meningkatkan
peranan mesin dalam produksi rokok.
Secara kasar ini merupakan
suatu indikasi menurunnya peranan
tenaga manusia dalam
produksi rokok. Distribusi penerimaan
dapat diperkirakan secara
kasar sebahagian besar pada
pemilik industri.
Distribusi kesejahtraan dapat diperkirakan
juga bahwa yang sejahtera
akan lebih sejahtera.
Bagaimana dengan cukai
untuk pemerintah. Jelas pemerintah dapat
cukai. Cukai rokok kretek
mesin 27.5 % - 37.5 %, rokok kretek
tangan 5% - 17.5% dan rokok
bukan kretek 22.5 % - 35 %. Disinilah
pemerintah takut kehilangan
pemasukan dari cukai rokok.
Ada beberapa komponen
produsen yang terlibat dalam industri rokok
antara lain:
Komponen skala jumlah skala penerimaan
-petani tembakau
<<<<<<<<<<<>>>>> ^
-petani cengkeh
<<<<<<<<>>>>>> < >
-buruh
<<<<<<<>>>>> <<<>>
-pemerintah
<<<<<<>>>> <<<>>>>>>
-pengusaha rokok <<<<<>>>
<<<<<<>>>>>
-industri
kertas
<<<>>>
<<<<>>>
-industri jasa <<>> <<<>>>
-produsen
teknologi V <<>>
Sedangkan komponen
konsumen hanyalah perokok saja.
Tergambar bahwa banyak
sekali komponen produsen yang terlibat
dalam produksi rokok dan
secara kasar yang skala jumlah minoritas
mendapatkan penerimaan
terbanyak ditambah lagi bahwa komponen
produsen minoritas
memegang kendali utama dalam produksi, akibatnya
komponen produsen
mayoritas dalam kondisi yang dikendalikan.
ironisnya, jumlah mereka
tetap diperhitungkan oleh para ekonom
dalam pendapatkan
perkapita. Pendapatan perkapita menjadi salah
satu indikator kemajuan
ekonomi. Perlu dipertanyakan dimanakah
keadilan. Untuk melihat
lebih jauh seharusnyalah ekonom melihat
distibusi pendapatan dan
pertumbuhan distribusi pendapatan.
3. Perokok dengan tumpuan
harapannya.
Inti tulisan ini adalah
konsumen rokok terlalu banyak menderita
hampir disetiap segi.
Terlalu banyak sektor produsen yang terlibat
dan mencekoki para
konsumen rokok. Sedangkan kenikmaktan yang
didapatkan oleh konsumen
rokok tidak seimbang dengan kerugian.
Output yang diharapkan
oleh perokok adalah kenikmatan yang
dirasakan oleh suatu saraf
perasa yang aktif akibat dilatih
terus. Berbeda dengan
mencicipi gula yang seketika akan dirasakan
manis. Akhirnya seseorang
dapat mengatakan nikmat merokok dan
tergantung padanya setelah
saraf ini aktif. Perlu dicari sebenarnya
dimana saraf perasa rokok
ini. Seorang ahli akupuntur menusukkan
jarum pada beberapa lokasi
di bahagaian kepala untuk menekan minat
merokok seseorang.
Disamping itu, saraf perasa kenikmatan rokok
ini dapat juga
dideaktivasi dengan melakukan prosedur terbalik
yaitu mengurangi merokok
dengan pelan-pelan (seperti penggunaan
komputer untuk membantu
seseorang berhenti merokok).
Sifat output rokok
terhadap manusia adalah bersifat abstrak.
Dan berbeda dengan makanan
dan minuman yang bersifat nyata dalam
tubuh dan dapat diukur
secara kuantitatif seperti dari segi
kesehatan, gizi dan
energi. Disamping itu, secara kimia tidak
ada kontribusi produk
pembakaran rokok ke dalam tubuh. Yang
menjadi produk yang
dikatakan berkontribusi oleh perokok adalah
proses merokok yaitu
keterlibatan mengisap yang mengikabatkan
udara akan mengalir
melalui pori-pori dalam batang rokok yang
ujungnya sedang terbakar,
kemudian diikuti dengan proses
pengeluaran asap rokok
yang merupakan produk reaksi pembakaran
tembakau, kertas dan bahan
perasa (seperti: menthol, cengkeh,
dan lain-lain). Diantara
proses hirup dan hembus, asap rokok
akan berada didalam
paru-paru dalam beberapa saat. Sulit diduga
komponen apakah dalam
produk rokok yang merangsang bekerjanya
saraf perasa rokok dan
dalah tahap manakah output kenikmatan
ini dilibatkan?
Selain harapan
kenikmatan, perokok juga mengklaim bahwa
rokok meningkatan ketekunan
bekerja, meningkatkan produktivitas
dan lain-lain. Tetapi klaim
ini sulit untuk dibuktikan karena
adanya nilai abstrak yang
terlibat dalam output merokok. Para
ahli malah memperkirakan
bahwa rokok tidak ada hubunganya dengan
klaim-klaim di atas. Malah
terjadi sebaliknya, menurunnya
produktiviats seseorang
akibat merokok akibat terbaginya
waktu bekerja dan merokok.
Sketsa harapan dan resiko bagi perokok.
______________________________________________________________
( )
( hidung )
( :--------> --------> asap )
( :
[
________________ )
( :
:-- C <----asap
<------ : : rokok api< udara )
( :
: [ :__:___________< <------ )
( :
: mulut # abu )
( :
: )
( :---: :--: )
( : :<--: )
( :---: )
( paru-paru )
(_____________________________________________________________)
: :
: :
: :
V V
harapan
output fakta-fakta
(abstrak) - 3000-an
senyawa kimia
dihasilkan dari hasil
pembakaran/pirolisa
tembakau, kertas, zat perasa
- zat kimia diatas berstruktur
komplek dan punya tingkat
racun
- difusi zat kimia diatas ke
pembuluh darah
- pengendapan nikotin yang
terkondensasi di paru-paru
- pembuangan energi pembakaran
- dll
:
:
:
V
perokok mengabaikan akibat
di atas untuk mencari
output yang abstrak
:
:
:
V
perokok secara tidak sadar
mengeluarkan uang untuk memasukkan
3000-an zat kimia dalam tubuh dan
membiarkan tubuh untuk menanggung
resikonya
4. Rokok dan Pembakaran
Proses pembakaran rokok
tidaklah berbeda dengan proses pembakaran
bahan-bahan padat lainnya.
Rokok yang terbuat dari daun tembakau
kering, kertas, zat perasa
yang dapat dibentuk oleh elemen
Carbon (C), elemen Hidrogen
(H), elemen Oksigen (O), elemen
Nirogen (N), elemen Sulfur
(S) dan elemen-elemen lain yang
berjumlah kecil. Rokok
secara keseluruhan dapat diformulasikan secara
kimia yaitu sebagai (CvHwOtNySzSi). Dua reaksi yang mungkin
terjadi
dalam proses merokok.
Pertama adalah reaksi rokok dengan oksigen yang
membentuk senyawa-senyawa
seperti CO2, H2O, NOx, SOx, dan CO. Reaksi
ini disebut reaksi
pembakaran yang terjadi pada temperatur tinggi
yaitu diatas 800 C. Reaksi
ini terjadi pada bahagian ujung atau
permukaan rokok yang kontak
dengan udara.
>800 C
CvHwOtNySzSi + O2 ------> CO2+ NOx+ H2O + SOx + SiO2
(abu)
reaksi
pembakaran rokok
Reaksi yang kedua adalah
reaksi pemecahan struktur kima rokok
menjadi senyawa kimia
lainnya. Reaksi ini terjadi akibat pemanasan
dan keabsenan oksigen.
Reaksi ini lebih dikenal dengan pirolisa.
Pirolisa berlangsung pada
temperatur yang lebih rendah dari 800 C.
Maka dari pirolisa terjadi
pada bahagian dalam rokok yang berada
pada area temperatur
400-800 C. Ciri khas reaksi ini yaitu
mengahsilkan ribuan senyawa
kimia yang strukturnya komplek seperti
yang disinggung pada sketsa
di atas.
400 - 800
C
CvHwOtNySzSi
------> senyawa kimia lainnya,
3000-an
panas produk
reaksi pirolisa
Walaupun reaksi pirolisa
tidak dominan dalam dalam proses merokok,
tetapi banyak senyawa yang
dihasilkan tergolong pada senyawa kimia
yang beracun yang mempunyai
kemampuan berdifusi dalam darah. Proses
difusi akan berlangsung
terus selagi ada perbedaan konsentrasi.
Tidak perlu disangkal lagi
bahwa titik bahaya merokok ada pada
pirolisa rokok. Sebenarnya
produk pirolisa ini bisa terbakar bila
produk melewati temperatur
yang tinggi dan cukup Oksigen. Hal ini
tidak terjadi dalam proses
merokok karena proses hirup dan gas
produk pada area temperatur
400-800 langsung mengalir kearah
mulut yang bertemperatur
sekitar 37 C.
Selain reaksi kimia, juga
terjadi proses penguapan uap air
dan nikotin yang berlangsung
pada temperatur antara 100-400 C.
Nikotin yang menguap pada
daerah temperatur di atas tidak dapat
kesempatan untuk melalui
temperatur tinggi dan tidak melalui
proses pembakaran.
Terkondensasinya uap nikotin dalam gas tergantung
pada temperatur,
konsentrasi uap nikotin dalam gas dan geometri saluran
yang dilewati gas. Pada
temperatur dibawah 100 C nikotin ini sudah
mengkondensasi, jadi
sebenarnya sebelum gas memasuki mulut kondensasi
nikotin telah terjadi.
Berdasarkan keseimbangan tidak semua nikotin
dalam gas terkondensasi
sebelum memasuki mulut dan gas masuk dalam
paru-paru masih mengandung
nikotin. Sesampai di paru-paru, nikotin
akan mengalami keseimbangan
baru, dan akan terjadi kondensasi lagi.
Jadi ditinjau secara
proses pembakaran, proses merokok tidak
ada bedanya dengan proses
pembakaran kayu di dapur, proses
pembakaran minyak tanah di
kompor, proses pembakakaran batubara
di industri semen, proses
pembakaran gas alam di industri pemanas
baja dan segala proses
pembakaran yang melibatkan bahan bakar dan
oksigen. Sangat ironis
memang bahwa manusia sangat memperhatikan
keseimbangan alam akibat
proses pembakaran bahan bakar oleh
industri yang mengeluarkan
polusi, tetapi dilain pihak orang-orang
dengan sengaja mengalirkan
gas produksi pembakaran rokok ke paru-
paru mereka. Sebenarnya
teknologi pembakaran bahan bakar di
industri-industri jauh
lebih aman dalam hal produksi zat-zat
kimia yang dianggap
berancun dibanding dengan proses pembakaran
rokok. Alasannya bahwa
pembakaran rokok, temperaturnya tidak
bisa dikontrol untuk
menghindarkan reaksi pirolisa. Sedangkan
di teknologi pembakaran
area temparatur di bawah 800 C dapat
dihindari. Maka dapat
dikatakan di sinilah kenaifan terjadi.
5. Tanggung Jawab Moral dan
Industri Rokok
Diterima atau tidak
diterima, akhirnya pihak yang paling
merugi dalam system
perokokan adalah konsumen. Tidaklah seimbang
apa yang didapatkan dengan
apa yang dipertaruhkan. Tetapi tidaklah
sangat bijaksana membiarkan
pihak-pihak lain mengambil keuntungan
yang sangat besar dalam
komuniti perokokan ini. Memang industri
rokok menyuarakan prospek
ekonomi, tetapi membiarkan pihak
konsumen untuk
mempertaruhkan tubuh, hidup juga
sebagian mereka
pengahasilan mereka. Jalan
keluar ini tidak lain adalah memasukkan
kriteria tanggung jawab
moral dalam menganalisa kesejahtraan
masyarakat oleh industri
rokok.
Kampanye anti merokok
tidaklah berarti jika hanya di arahkan
pada komponen konsumen
sebagai komponen pelengkap penderita.
Tetapi juga komponen
produsen haruslah menyadari akan ketidakadilan
dalam siklus industri rokok
ini. Dukungan akan industri rokok
haruslah ditinjau lagi.
Pemerintah sebagai perencana ekonomi
mau tidak mau hendaklah
mencarikan jalan keluar dalam hal
menggantikan cukai rokok.
Janganlah kritaria ekonomi dijadikan
satu-satunya alasan dalam
hal menganalisa kepentingan meningkat
kesejahtraan manusia
melalui industri rokok sedang komponen
konsumen dibiarkan terlena
dengan tumpuan harapan yang abstrak.
7. Kesimpulan dan Saran
Terabaikannya kreteria
moral dalam pengkajian kepentingan
industri
terutama industri rokok adalah akibat mementingkan komponen-
komponen produsen sedangkan
membiarkan komponen konsumen terlena
dengan tumpuan harapan yang
abstrak dan mengorbankan hal-hal yang
nyata dalam kehidupan
mereka.
Menghimbau para salah
satu komponen produsen yaitu petani
tembakau untuk mengalihkan
pada tanaman lain yang memberikan
manfaat nyata pada tubuh
manusia, seperti agroindustri.
Menghimbau para
pengusaha rokok untuk memikirkan industri
lain selain industri rokok.
Mungkin direncanakan secar matang
dan tidak tergesa-gesa.
Menghimbau pemerintah
untuk memikirkan lebih jauh bahwa
industri rokok bukanlah
merupakan potensi jangka panjang dalam
pemenuhan pendapatan
negara. Pemerintah dapat mengeluarkan
kebijakan-kebijakan
untuk melindungi masyarakat konsumen.
Yang paling penting
adalah menghimbau para konsumen rokok
untuk memikirkan resiko
nyata dari pada hanya bertumpu pada
harapan abstrak.
------------------------------------------------------------------.
<cc:mang ali>