Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
 

ANTOLOGI PUISI
NANANG SURYADI

 

HATI YANG GETAS
 

"perlahan. sentuhlah. tapi perlahan saja..."
luka itu nganga,
berdarah-darah

"begitu getas!"
wajahnya adalah kota-kota yang gemuruh
tapi kesunyian menyelinap merajam

"mungkin cuma mimpi?"
ya, mungkin
ia ingin bangun

segera!

Malang, 27 April 1999
 
 

MAHA RAHASIA
 

tiada! tiada! wajahmu sirna
kekasih, aku menyeru : mengapa kau tinggalkan aku?

apakah aku serupa ia
bermahkota duri di bukit golgota

apakah aku serupa ia
menatap tursina menyala

apakah aku serupa ia gemetar
di kesunyian hira

(manusia! debu!
apakah kau tak mengerti: AKU MAHA RAHASIA)

gusti
airmata bergelombang menyerumu kembali

Malang, 27 April 1999
 
 

ANGKA DUA ENAM
 

pada angin dipungut waktu
dua puluh enam langkah menuju langit

mungkin senyummu
sayang di balik mega menyambut pagi
serupa matahari....

tapi ia tetap menyukai kesunyian?
menulis kupu-kupu atau bunga di helai udara
marilah, marilah....
kutunjuki sebuah alamat: waktu yang tlah lewat

lihat!
sedu sedan tertahan

Malang, 8 Juli 1999
 
 

EMPATHY
 

bahagialah, ada yang merindukanmu
pada waktu, tercatat nama terpahat wajah

bahagialah, ada yang mengenangmu
dalam bayang penuh sayang

bahagialah...
bahagialah...

hatimu, orang yang dirindu
 
 

NOKTAH MERAH MUDA
 

pada dering, suara siapa bergetar
catatan bergambar, kanak-kanak berlari
telanjang kaki,

pada bibir, apa yang terucap
doa atau keinginan menjadi

marilah, marilah
pahatkan dalam hatiku

biar berdarah
biar berdarah
.............
.............

puaskah?

Malang, 12 Juli 1999
 
 

CINTA YANG MERAHASIA
 

itulah, cinta begitu merahasia
tak dapat diterka,kemana menyuka

seperti kerling mata, atau senyum terbuka
memberi berbagai tanda

tak ada pemastian
tak ada kepastian

karena manusia selalu bertanya

Malang, 13 Juli 1999
 
 

MENUJUMU
 

berapa lagi jeram harus diarungi,
berapa lagi gelombang harus dihadapi,

perahu kecil, di tengah badai
terombang ambing

jeram curam
gelombang bandang

wahai,
berapa lagi
akan sampai padamu

Malang, 12 Juli 1999
 
 

NOKTAH HITAM
 

cukupkan sampai di sini,
pesta kemenangan merayakan kekalahan diri sendiri

sudah habis waktu: hentikan!
helai demi helai terbuka, rahasia demi rahasia

pada regukan pertama:
api berkobar menjela-jela

Malang, 12 Juli 1999
 
 

DI TENGAH DANAU SELOREJO
 

betapa, pada keluasan ini, kecipak air
remang cahaya, gerimis

kau menatapku?
ya, selalu

ada yang demikian merindukan,
kau pasti tahu siapa

angin menampar-nampar pipi,
kabut memutih, lukisan tentang engkau?
wajah yang menyelinap dari kekekalan

Malang, 12 Juli 1999
 
 

ADA YANG TERSAYAT BEGITU DALAM
 

ada yang tersayat begitu dalam, oleh
mungkin bayonet atau parang, sebuah

"atau semacam silet atau sembilu?", katamu

mungkin...

tapi, ia kanak-kanak yang begitu lucu dan lugu
mengibarkan bendera, di ujung gang di depan rumah kita

"mungkin sebentuk peluru atau tajam sangkur"

mungkin...

tapi ia, tak kutahu namanya,
mungkin besok ada di koran atau berita televisi sore nanti

(ada yang tersayat begitu dalam

hatiku! )

Malang, Mei 1999
 
 

kembali ke antologi para penyair