Edisi 046

TAK PERLU BANTUAN

AMERIKA

Pernyataan paling nyeleneh dari Ketua PAN Amien Rais, yang selama ini dikenal sebagai seorang pemberani, adalah ungkapannya meminta bantuan kepada pemerintah Washington dalam penyelesaian kasus Ambon. Kepada pers setelah bertemu dengan Menlu AS Madeleine Albright, Amien mengatakan: "Saya katakan kepadanya (Albright-red) secara tegas, bahwa sebagai anak bangsa saya mengharapkan adanya intervensi moral dari Washington terhadap Indonesia" (Abadi, No. 18/Th 1, 11-17 Maret 1999). Permintaan ini dijawab secara spontan oleh Albright, "of course!". Jawaban Albright tampak bukan basa-basi. Dikabarkan kapal induk AS telah memasuki perairan Maluku dan mondar-mandir di sana (Ummat, No 36 Thn. IV).

Pernyataan Amien Rais itu mengundang banyak reaksi dan kecaman. Misalnya, kecaman beberapa tokoh Islam dalam tabligh di Al Azhar (7/3). "AS mempunyai track record buruk baik secara moral, ekonomi, dan politik, dalam kebijakannya terhadap dunia Islam. Lihat apa hasil bantuan AS ke Bosnia, Perang Teluk, Palestina, dll" kata Ahmad Sumargono, ketua harian KISDI kepada Abadi (idem). Tak ketinggalan, ketua BKSPPI KH. Cholil Ridwan juga menolak keras campur tangan apapun dari AS kepada Indonesia.

Pantaskah kita minta bantuan kepada negara kafir AS yang nyata-nyata memusuhi Islam dan kaum muslimin itu? Dan apa ketentuan hukum syara' mengenai permintaan bantuan kepada negara kafir imperialis seperti AS? Lagipula, bukankah selama ini AS tak pernah menyelesaikan masalah kaum muslimin?

 

Menjadikan Lawan Sebagai Kawan ?

Meminta bantuan kepada negara kafir imperialis semacam AS, dan menjalin hubungan politik dengan mereka adalah tindakan menjadikan lawan sebagai kawan. Padahal Allah SWT telah memerintahkan kita menjadikan musuh sebagai musuh, bukan sebaliknya, sebagaimana firman-Nya:

"Sesungguhnya syaithan bagimu adalah musuh, maka jadikanlah dia sebagai musuh" (QS. Faathir 6).

Seperti kita ketahui, banyak kalangan yang menilai AS terlibat dalam berbagai kerusuhan, termasuk yang terjadi di Ambon. Masih segar pula dalam ingatan kita bahwa AS telah menyerang kaum muslimin di Iraq, Sudan, Afganistan, dll. Semua itu adalah bukti riil bahwasanya AS adalah musuh umat Islam.

Pantaskah orang yang telah membuat keonaran, merampas, menindas, mengusir, dan membunuh di rumah kita dan juga di rumah saudara-saudara kita; kita jadikan sebagai kawan atau bahkan sebagai penolong? Allah berfirman:

"Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim" (QS. Al Mumtahanah 9).

 

Haram, Minta Bantuan kepada Negara Kafir

Islam memiliki tata aturan yang lengkap dan sempurna. Dalam bidang kenegaraan dan hubungan internasional, misalnya, secara seksama Islam mengatur hubungan antar negara, dalam keadaan perang maupun damai. Ada kerjasama yang dibolehkan dan ada pula yang tidak.

Dalam hal permintaan bantuan kepada negara kafir, Islam telah mengharamkannya dengan nash-nash yang tegas dan jelas, khususnya bagi negara teroris seperti AS, yang senantiasa ingin mengcengkeramkan kuku kekuasaannya di negeri-negeri Islam. Allah SWT berfirman:

"Janganlah orang-orang mu'min menjadikan orang-orang kafir sebagai wali selain orang-orang mu'min. Siapa saja yang berbuat demikian, maka terlepaslah ia dari pertolongan Allah" (QS. Ali Imran 28)

Larangan tersebut diperkuat ayat lain yaitu firman Allah SWT:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang Yahudi dan Nashrani sebagai wali bagimu; masing-masing menjadi wali bagi kalangannya sendiri. Siapa saja di antara kamu yang menjadikan mereka sebagai wali, maka orang tersebut telah masuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim" (QS. Al Maidah 51)

Para mufassirin dan fuqahaa' telah mengambil kedua ayat tersebut dan yang lainnya, sebagai dalil keharaman meminta bantuan kepada negara Kafir.

Arti wali dalam kedua ayat tersebut adalah penolong, pelindung, dan pendukung. Termasuk dalam pengertian tersebut adalah menjalin persahabatan atara kaum muslimin dengan kelompok atau individu-individu kafir. Dengan demikian, yang seharusnya dijadikan penolong, pelindung, pendukung, dan shahabat, hanyalah orang-orang mu'min.

Selain itu, ayat kedua menjelaskan bahwa orang-orang kafir adalah wali bagi kalangannya sendiri. Mereka akan bersatu padu untuk melawan dan menyerang umat Islam. Bila demikian sikap dan tindakan mereka, mengapa mesti minta bantuan dan dukungan mereka.

Rasulullah SAW. telah menolak dengan tegas bantuan orang kafir. Dari Aisyah ra, berkata: "Nabi keluar untuk berperang pada perang Badar. Ketika beliau sampai di suatu tempat yang bernama Harratul Wabarah (4 mil dari Madinah), Beliau diikuti oleh seorang laki-laki yang terkenal pemberani dan suka menolong orang, sampai orang itu berjumpa Rasulullah. Para Shahabat bergembira ketika melihat orang itu, ia lalu berkata "Aku datang untuk ikut bersamamu dan aku ingin mendapatkan bagian dari ghanimah (harta rampasan)". Rasulullah SAW lalu bertanya : "Apakah engkau mau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya". Laki-laki itu menjawab: "Tidak !". Kemudian Rasulullah SAW berkata:

"Kembalilah engkau! kami tidak menerima pertolongan dari orang Musyrik"

Dari Anas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW:

"Janganlah kalian mencari penerangan api Musyrikin (yakni minta pertolongan kepada kaum musyrikin dalam suatu peperangan), dan janganlah kalian memahat tulisan pada cincinmu (yakni tulisan Muhammad Rasulullah) " (HR. Imam Ahmad, dalam Al Musnad, Jilid III, Hal. 99; dan An Nasai, Jilid VIII, Hal. 177)

Az Zuhri meriwayatkan hadits bahwasanya orang-orang Anshar pada suatu hari berkata kepada Rasulullah SAW : "Yaa Rasulullah apakah kita tidak meminta pertolongan dari kaum Yahudi dan Nashrani yang telah terikat perjanjian kerja sama dengan kita ? Rasulullah menjawab : "Kita tidak butuh (pertolongan) mereka" (Riwayat ini telah dicantumkan oleh Ibnu Katsir dalam "Sirah Nabawiyah" Juz III, Hal. 64).

Pada saat terjadi perang teluk tahun 1990, ketika AS dan sekutu-sekutunya ikut campur dalam penanganan krisis tersebut, para Alim Ulama, Haba'ib, Tokoh Masyarakat, dan Cendikiawan Muslim Indonesia mengeluarkan pernyataan yang isinya antara lain menolak campur tangan AS dan sekutu-sekutunya dalam penanganan krisis teluk, dan menuntut agar semua pasukan sekutu ditarik dari jazirah Arab. Selain itu juga meminta agar umat Islam sendirilah yang menyelesaikan masalah tersebut.

Jika dalam kasus Teluk saja, para tokoh Islam di Indonesia menolak keterlibatan AS dan sekutunya; lalu mengapa Amien Rais tiba-tiba minta intervensi AS untuk menyelesaikan kasus Ambon. Sungguh pemikiran yang sangat nyeleneh! Bukahkah dulu Amien adalah orang yang dikenal sangat anti AS. Tulisan-tulisannyapun kerap kali menelanjangi ketimpangan dan distorsi kebijakan-kebijakan luar negeri AS. Lalu mengapa Amien kini justru banyak berangkulan dengan AS ???

 

AS, di Balik Semua Tragedi yang Menimpa Umat Islam

Belum hilang ingatan kita apa yang diperbuat oleh AS pada awal bulan Ramadhan 1419 H yang lalu, ketika dengan membabi-buta menghujani kaum muslimin Iraq dengan rudal-rudal yang mematikan. Juga apa yang dilakukannya di Afganistan, Sudan, Palestina, Bosnia, dll. Memang AS adalah negara teroris yang paling berbahaya!

Dalam kasus Ambon,. Emha Ainun Nadjib dalam Tabliod Aksi (Vol. 3, No. 124, 9-11 Maret 1999), menyebut AS ada di balik kerusuhan tersebut. "Kelompok tertentu itu mendapat suplai dari luar negeri terutama AS. Di sejumlah basis kelompok tersebut dipasok senjata M-16, bahkan juga alat komunikasi canggih" ujarnya.

Nyatalah bahwa negara teroris AS tidak pernah dan tidak akan pernah membawa secuil kemaslahatanpun bagi umat Islam, apa lagi memberikan bantuan. Yang bisa diperbuat AS tak lain hanyalah bencana, dan kehinaan bagi umat Islam.

 

Umat Islam Bisa Menyelesaikan Masalahnya Sendiri

Sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan Risalah Islam secara sempurna, untuk mengatur kehidupan manusia dan memecahkan segala problem yang dihadapinya. Adapun berbagai krisis yang melanda umat Islam saat ini, tak lain disebabkan mereka kini tidak menjadikan risalah Islam itu sebagai solusi dari semua masalah yang membelitnya.

Salah satu masalah penting umat saat ini adalah bahwa mereka tidak lagi memiliki Khilafah (sistem pemerintahan Islam), yang dipimpin oleh Khalifah. Institusi inilah yang bisa mempersatukan kekuatan Islam, melindungi umat, serta memecahkan segala problematika yang dihadapinya.

Tugas dan fungsi khalifah/imam adalah sebagai pengatur/pemelihara urusan umat dan sebagai penjaga dan pelindung umat. Rasulullah SAW bersabda:

"Seorang Imam adalah penggembala, dan dialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaannya (rakyatnya)"

"Sesungguhnya imam itu adalah laksana perisai, di mana orang-orang akan berperang di belakangnya dan menjadikannya sebagai pelindung"

Wajarlah, disaat umat tak lagi memiliki pemimpin, seluruh urusan/kepentingan mereka menjadi terbengkalai. Keamanan dan keselamatan mereka pun tidak terjamin, sebab tidak ada yang menjadi pelindung.

Kalaulah umat ini memiliki Khilafah dan Khalifah yang memimpin mereka, pasti semua urusan umat akan segera terselesaikan. Jeritan dan teriakan (permintaan tolong) umat Islam yang teraniaya, akan segera direspon oleh Khalifah. Bantuan tak akan ditunda-tunda lagi.

Tengoklah apa yang pernah dilakukan Khalifah Mu’tashim, tatkala seorang wanita muslimah di kota Ammuriah (antara Iraq Utara dan wilayah Syam) kehormatannya dinodai seorang pembesar Romawi, kemudian ia berteriak: "Dimana engkau wahai Mu’tashim ?". Setelah berita teriakan wanita itu sampai ke telinga Mu’tashim, beliau segera mengerahkan bantuan dengan mengerahkan pasukan kaum muslimin yang ujung barisannya berada di kota Ammuriah, sedangkan ekornya berada di kota Baghdad. Dan kota Romawi itu pun diperangi dan ditaklukkan.

Demikianlah, hanya untuk membela dan melindungi seorang wanita saja, Khalifah Mu’tasim telah mengerahkan demikian banyak pasukan, dan bahkan menaklukkan bangsa Romawi yang telah melanggar kehormatan umat Islam.

Lalu pasukan manakah yang telah dikerahkan pemimpim-pemimpin sekarang, untuk membela dan melindungi umat Islam yang tertindas dan tergilas oleh kekejaman orang-orang kafir, yang telah menelan jutaan korban?

 

Agenda Umat Islam

Dalam menghadapi problem nyata kaum muslimin hari ini, ada dua agenda penting yang harus dilakukan oleh umat Islam. Pertama, memberikan bantuan cepat untuk memberikan pertolongan pertama kepada saudara-saudaranya yang telah tertimpa musibah, seperti kasus Ambon. Yaitu dengan mengirimkan sukarelawan jihad, bantuan dana, dan logistik. Kedua, umat Islam harus begegas menempuh langkah-langkah sistematis untuk menggalang persatuan umat dengan menegakkan kembali Khilafah Islamiyah 'ala Minhajin Nubuwah yang akan mengembalikan kewibawaan, harkat dan martabat umat Islam, sehingga tak selangkahpun orang-orang kafir berani mengganggu umat Islam.

 

Khatimah

Meminta bantuan kepada negara kafir imperialis AS dan yang lainnya, tak akan pernah memecahkan masalah umat. Permintaan bantuan tersebut disamping secara hukum adalah haram, juga justru akan menjerumuskan umat ini kedalam berbagai permasalahan yang lebih berat lagi.

Wahai kaum muslimin! Sesungguhnya dunia tidak akan pernah mengakui eksistensi kalian, selama kalian tidak menjadi satu kekuatan riil yang disegani lawan. Kalian tidak akan menjadi kekuatan seperti ini, selama kalian tidak bersatu. Dan kalian tidak akan bersatu, selama kalian tidak berpegang teguh kepada tali agama Allah (Islam) dan tidak mendirikan Khilafah yang akan menerapkan Islam secara total. Allah berfirman:"Dan berpegang teguhlah kalian pada tali agama Allah (Islam) dan janganlah berpecah-belah..." (QS. Ali Imran 103).