Edisi 053

BENTROK FISIK ANTARPARTAI;

HARUSKAH!?

KAMPANYE PEMILU semakin mendekat. Suasana politik pun semakin panas. Korban-korban pun berjatuhan. Korban fisik, korban nyawa, korban kehormatan. Menurut Menhankam Wiranto, pengerahan massa sejak Maret 1999 mengakibatkan 33 kasus besar dengan 33 korban jiwa (Republika, 12/5/1999).

Yang terakhir adalah penyerbuan massa beratribut PDI di Jember terhadap massa Golkar di Jember yang sedang menyambut kedatangan Ketua Partai Golkar Akbar Tanjung. Mantan Mensesneg itu sampai harus diselamatkan dengan truk dalmas. Dan, yang tak boleh luput dari penglihatan kita, dalam kasus tersebut ¾ mengulangi kasus Purbalingga¾ sekitar 50 simpatisan Partai Beringin itu dilucuti bajunya, termasuk seorang wanita dipaksa membuka kaosnya! (Republika, 10/5/1999).

Kasus Jember ini menyusul kasus yang lebih dahsyat, yakni kasus Jepara yang menewaskan lima orang (Republika, 2/5/1999). Kasus bentrok fisik antar warga NU pendukung PPP dan PKB ini termasuk kasus yang paling memprihatinkan. Sekalipun di kalangan pimpinan NU Jawa Tengah sudah rangkulan dan tangisan, namun kasus itu masih menyimpan bara. Terbukti di kalangan pimpinan PPP dan PKB belum ada kata sepakat dan sehati secara bulat. Misalnya saja, Ketua PKB Matori Abdul Jalil menolak ajakan Ketua PPP Hamzah Haz untuk menenangkan bersama kasus Jepara tersebut dengan alasan bahwa kasus itu sebenarnya adalah penyerangan terhadap warga PKB oleh warga PPP akibat pidato sejumlah dai PPP yang panas bak provokator (Republika, 6/5/1999).

Kita khawatir bara itu akan menjadi api pada hari-hari kampanye mendatang. Pengalaman kita pada pemilu dua tahun lalu, tatkala hanya diikuti 3 partai saja bentrok fisik menjadi mode. Apalagi kini 48 partai yang begitu beragam. Lebih-lebih keterbatasan pihak keamanan telah mengisyaratkan tidak adanya jaminan mutlak buat tak terjadi apa-apa nanti. Gubernur DKI Sutiyoso menyebut sukar untuk memberikan jaminan bahwa tidak akan terjadi apa-apa di Jakarta saat dan menjelang pemilu (Republika, 7/5/1999).

Di atas kekhawatiran semua itu, sebenarnya masih ada benang merah di antara kita, bahwa kita penghuni negeri yang sedang gonjang-ganjing ini adalah mayoritas umat Islam dan negeri ini adalah negeri Islam. Kenapa kita harus bermusuhan hanya lantaran berada di partai yang berbeda? Tak mungkinkah kita satukan visi dan misi masing-masing partai, minimal visi dan misi utamanya? Sudahkah partai kita masing-masing memenuhi amanat Allah terhadap partai yang didirikan kaum muslimin? Sudahkah partai-partai kita siap dengan program-program aspirasi yang sesuai dengan ajaran Islam ataukah sekedar menjadikan Islam sebagai simbol dan jargon? Mudah-mudahan tulisan ini membuka wawasan kita bersama.

Sebab-Sebab Bentrokan

Dalam kasus Jepara, Sekjen PPP Ali Marwan Hanan menolak tuduhan pimpinan PKB bahwa tragedi itu bermula dari pidato provokatif dari sejumlah dai PPP dari Jakarta. Namun demikian Ketua Umum PPP Hamzah Haz (Republika, 7/5/99) dalam pidato politik di hadapan massa PPP di Blitar mengingatkan agar seluruh kader maupun tokoh PPP tidak menghujat atau menjelek-jelekkan orang-orang NU dan tetap berpolitik dengan mengedepankan akhlaqul karimah. "Jangan mengulangi kesalahan kasus yang membawa akibat fatal dengan menjelek-jelekkan tokoh NU", katanya.

Ungkapan Hamzah Haz itu seolah sebuah pengakuan bahwa sumber masalah bentrokan itu adalah sikap menjelek-jelekkan tokoh partai lain. Tersirat dalam pengertian itu adalah respon sebuah partai, baik tokoh, kader, maupun simpatisannya terhadap sebuah pidato yang bisa dinilai (terlepas penilaian itu salah atau benar) menjelek-jelekkan atau menghujat partai atau tokoh partai lain.

Dalam suasana masyarakat yang masih sangat paternalistik, yang masih mengedepankan figur bahkan kultus daripada pemikirannya (masih belum terwujud budaya unzhur ma qaala, walaa tanzhur man qaala) serta belum terbiasa dengan diskusi dan argumentasi, maka luapan emosi massa sangat gampang dimanipulasi. Ini memang sasaran empuk tembakan para jurkam. Dan kalau tidak hati-hati ini adalah titik picu bencana.

Oleh karena itu, tugas partai adalah memperbaiki kondisi internalnya, baik tokoh, pengurus, kader, maupun simpatisannya agar memiliki kualifikasi kumpulan manusia yang memiliki kesadaran penuh terhadap ide dan metode penerapan ide partai yang bersangkutan sehingga tidak emosional, apalagi cenderung pada sikap-sikap kekerasan. Mudah-mudahan dengan itu, setiap perbedaan di antara kaum muslimin tidak menjadi perpecahan. Semoga nasihat dan kritik tidak diartikan sebagai sikap tidak ukhuwwah apalagi permusuhan.

Sungguh kita prihatin kalau masih ada partai bentukan kaum muslimin (baik yang mengaku partai Islam maupun partai kebangsaan) yang selalu menggunakan jargon akhlaqul karimah dalam berpolitik, namun implementasinya jauh panggang dari api!

Di samping itu, masih ada faktor eksternal yang harus diwaspadai sebagai provokator bentrokan antar partai kaum muslimin yang esensi gerakannya adalah memecah-belah kaum muslimin di negeri ini yang pada dekade terakhir ini menyatu dan mendapat kedudukan sosial politik yang lebih layak daripada dekade-dekade sebelumnya.

Kecenderungan provokasi itu dilihat Matori Abdul Jalil sebagai sebuah skenario untuk mempertahankan status quo. Ia menyebut adanya upaya menghadap-hadapkan antarpartai. PKB dengan PKU, PNU, dan PPP. PDI Perjuangan dengan PDI, Golkar, dan partai nasionalis pro status quo. PAN dengan PBB dan Partai Keadilan. (Republika,6/5/99).

Benarkah tengara Matori itu? Sebagai sebuah analisis, tentunya fakta berikutnya yang akan membuktikan sejauh mana kebenarannya. Namun yang tidak boleh kita lupakan adalah peranan asing yang punya kepentingan di negeri ini bukan mustahil ikut bermain. Datangnya sejumlah kapal frigate AS berlabuh di Bali yang mengangkut pasukan Marinir AS dan tawaran bantuan pengamanan pemilu oleh AS sebenarnya dapat dinilai sebagai sebuah provokasi tersendiri. Itu semua memang harus diwaspadai.

Menyatukan Visi Dan Misi

Gubernur DKI menjelaskan bahwa kurun waktu antara masa kampanye sampai pelaksanaan pemilu, tingkat pengendalian massa masing-masing parpol akan mencapai titik yang paling sulit. Dan ini yang membuat Jakarta akan menjadi kawasan yang panas dan tidak menutup kemungkinan pecahnya kerusuhan antar pendukung partai di lapangan. Dalam situasi tersebut peran pemimpin parpol sangat menentukan. Apabila terjadi gesekan antar pendukung partai, pimpinan parpol diharapkan hendaknya segera terjun langsung ke lapangan untuk menenangkan massanya untuk mencegah terjadinya bentrokan berkembang lebih besar (Republika, 7/5/1999).

Harapan tersebut wajar mengingat kondisi sosiologi masyarakat kita. Dan kebiasan partai terdahulu yang berinteraksi secara intens dengan massa pendukungnya hanya pada saat kampanye pemilu telah membentuk karakter massa itu. Andaikan setiap partai yang dibentuk kaum muslimin melakukan pembinaan kepribadian (pola pikir dan pola sikap) Islam secara intens dan berkelanjutan, insya Allah bentrokan fisik dapat diminimalkan.

Sebagai langkah awal, kiranya tokoh-tokoh partai kaum muslimin, baik yang berasas Islam maupun yang berasas kebangsaan, bisa bertemu dan berdiskusi untuk menyamakan tujuan, visi, dan misi partai mereka, paling tidak visi dan misi utama partai mereka.

Sebagai acuan, sebagai sesama kaum muslimin, Allah SWT memerintahkan kita untuk bersatu dan berikatan dengan ikatan mabda Islam (rabithah madaiyyah Islamiyyah). Allah SWT berfirman:

.... A̳j°M ÜË B¨Îš ɼ»A ½J AÌÀvN§AË

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai..." (QS. Ali Imran 103).

Ayat di atas jelas memerintahkan kaum muslimin untuk bersatu dengan ikatan tali agama Allah dan tidak bercerai-berai lantaran menggunakan ikatan tali-tali yang lain. Oleh karena itu, ketika sekelompok kaum muslimin membentuk ikatan dalam sebuah partai, maka partai itu harus mengacu kepada petunjuk Allah SWT dalam ayat berikutnya.

j¸ÄA ŧ ÆÌÈÄÍË ²Ëj¨BI ÆËj¿DÍË jΈA Ó»G Æ̧fÍ Ò¿C Á¸Ä¿ ŸN»Ë

{} ÆÌZ¼°A ÁÇ ¹×»ËCË

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung" (QS. Ali Imran 104)

Dengan demikian partai-partai yang dibentuk oleh kaum muslimin hendaknya memiliki visi bahwa Islam adalah sebuah mabda, yakni sebuah keyakinan yang menjadi dasar pemikiran dan pandangan hidup yang menghasilkan konsep-konsep dan peraturan untuk menyelesaikan seluruh persoalan hidup dan kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. Islam telah pernah diterapkan oleh negara Khilafah Islamiyyah, pelanjut sistem kenabian, sebagai negara nomor satu di dunia sepanjang tiga belas abad. Oleh karena itu, Islam memiliki visi yang telah dipraktikkan tentang sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem sosial, sistem pendidikan, dan politik luar negeri.

Dengan demikian partai yang dibentuk kaum muslimin hendaknya memiliki misi mewujudkan kembali gambaran kaum muslimin tentang kehidupan Islam dalam berbagai aspek kehidupan itu secara kultural maupun struktural. Dengan itu kaum muslimin akan bangkit dari tidurnya dan akan mengenakan pakaian kehormatannya kembali yang selama ini dibuangnya. Bahkan tidak sampai di situ, seluruh manusia pun akan dibangunkannya. Misi ini merupakan kelanjutan misi junjungan kita bersama, Rasulullah saw. Allah berfirman:

{} ÆÌÀ¼¨Í Ü pBÄ»A jR·C Ÿ»Ë AjÍhÃË AjÎrI pBļ» Ò¯B· ÜG ºBļmiC B¿ Ë

"Dan Kami tidak mengutus Kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira, dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (QS. Saba 28).

Siapkah Partai-Partai Kaum Muslimin Mengemban Amanat Islam?

Tidak dapat dipungkiri bahwa partai-partai politik yang dibentuk di negeri muslim terbesar ini relatif sama dengan partai-partai yang berjuang untuk memperoleh kursi kekuasan di negeri-negeri Islam lainnya, yaitu terpecah pada dua arah: Pertama, memiliki paham sekular, dan berusaha mempertahankan sistem (Demokrasi) yang ada, serta nyata-nyata tidak mau berlandaskan Islam. Kedua, berlandaskan Islam dan berjuang untuk menegakkan sistem hukum Islam secara total melalui tegaknya Khilafah Islamiyah.

Orang-orang atau kelompok kaum muslimin yang memiliki paham sekular, dan nyata-nyata tidak mau berlandaskan Islam, melainkan berlandaskan Demokrasi, atau Nasionalisme kiranya perlu menyadari jati diri mereka. Bukankah mereka adalah muslim dan bagian yang tak terpisahkan dari umat Islam. Yang beriman kepada Rasulullah Muhammad saw, beriman bahwa al Quran berasal dan bersumber dari Allah SWT, dan beriman bahwa syariat Islam adalah syariat yang paling sempurna, yang paling sesuai untuk manusia di segala zaman, yang paling memperhatikan kepentingan manusia dibandingkan yang lain. Kalau demikian —yang mereka yakini— mengapa mereka menyalahi aqidah ini, seraya mencampakkan Islam dan amat bersemangat serta bangga mengikuti aturan dan sistem lain? Jika itu yang mereka lakukan, bukankah itu berarti mereka terkena virus Ideologi Barat yang kufur. Kenapa kita tidak merenungkan firman Allah SWT:

{} ÆËj·hM B¿ Ýμ³ ÕBλËC ÉÃËe Å¿ ĄJNM ÜË Á¸Ii Å¿ Á¸Î»G ¾lÃC B¿ ĄJMA

"Ikutilah apa yang diturunkan Allah pada kalian, dan janganlah mengikuti selain dari itu. Hanya sedikit sekali kalian mengambil pelajaran." (QS. Al A’raf 3).

Adapun mereka yang menjadi anggota ataupun simpatisan dan pendukung partai-partai yang berlandaskan Islam, kiranya perlu menyadari bahwa antar partai-partai yang benar-benar berlandaskan Islam serta berjuang untuk menegakkan sistem hukum Islam, satu dengan yang lainnya bukanlah musuh. Begitu pula saudara-saudara muslim kita yang tergabung dalam partai-partai Sekular dan Nasionalis, mereka itu bukanlah musuh kita yang sebenarnya. Musuh kita yang sebenarnya justru adalah negara-negara Imperialis dan Kapitalis Barat yang kafir, yang ingin menguasai kita dengan rakus, yang mengadu domba sesama kita yang muslim, yang mengintai kelengahan kita dan mengepung kita bagaikan anjing-anjing lapar yang menjulurkan lidahnya.

Kelompok yang menyerukan sekularisme adalah bagian dari kaum muslimin yang lupa dan lalai akan ajaran mabda (ideologi) Islam mereka. Mereka tersesat dalam mabda selain Islam. Maka janganlah menyikapi mereka sebagai musuh. Usahakanlah menyampaikan petunjuk, menyelamatkan mereka ke jalan yang benar, dan jangan sekali-kali memperlakukan mereka seperti musuh. Sebab jika kita melakukannya, berarti mereka telah didorong dengan cara yang kasar untuk memihak orang-orang kafir. Dengan begitu, berarti kita telah terjerat dengan perangkap orang-orang kafir yang membenci Islam dan kaum muslimin, yaitu memunculkan perselisihan dan pertikaian antar umat Islam, bukan melawan orang-orang kafir!

Sebentar lagi Anda akan turut dalam pemilu, untuk memilih wakil-wakil rakyat sekaligus memilih kepala negara. Seandainya keinginan Anda terpenuhi, yaitu memperoleh kemenangan dan memperoleh kekuasaan melalui parlemen, apakah Anda memiliki program praktis dan jelas untuk mengatur jalannya roda pemerintahan? Sebab tidak cukup dengan hanya melontarkan jargon-jargon yang memberikan harapan besar kepada kaum muslimin untuk menegakkan sistem hukum Islam. Dalam urusan internasional misalnya, apakah Anda akan tetap menjadi anggota PBB atau keluar? Apakah Anda akan terus berada di bawah ketiak peraturan internasional yang merugikan kaum muslimin seperti DK-PBB, Mahkamah Internasional, IMF, Bank Dunia dan lain-lain? Apakah Anda juga akan tetap mempertahankan kesepakatan-kesepakatan internasional yang jelas-jelas merugikan kaum muslimin? Dalam urusan ekonomi, apakah Anda akan melanjutkan sistem hutang luar negeri dari Barat yang nyata-nyata telah menghasilkan krisis ekonomi yang amat parah dan membangkrutkan negeri-negeri Islam saat ini?

Jika negara-negara Barat memboikot seperti yang dilakukan mereka terhadap Irak, bagaimana cara Anda mengatasinya?

Dalam bidang dalam negeri, apakah Anda tetap akan mengizinkan keberadaan partai-partai sekular hidup di negeri-negeri Anda, ataukah dilarang? Dan bagaimana cara Anda menerapkan sistem peradilan Islam, dalam bidang hudud, pidana, perdata? Bagaimana cara Anda merombak dan mengubah secara total sistem pendidikan sekular agar murni Islami? Bagaimana cara Anda mengubah adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan dalam sistem sosial agar sesuai dengan sistem hukum sosial Islam?

Dan yang paling penting apakah Anda memiliki konsep-konsep serta pemecahan praktis itu? Dan apakah Anda —sebagai partai-partai yang berlandaskan Islam— telah mengerti dan memahami sistem hukum Islam dalam perkara-perkara itu, serta memiliki sumber daya yang cukup untuk menjalankannya secara praktis dan memperoleh dukungan dari sebagian besar kaum muslimin?

Nasehat ini adalah refleksi kecintaan kami pada kaum muslimin dan kepada perjuangan menegakkan Islam, agar kita selalu tetap berada di jalan yang pernah ditempuh oleh Rasulullah saw. Marilah kita renungkan firman Allah SWT :

"Ŀ۝A ½ÎJm jΫ ©JNÍË ÔfÈ»A É» "JM B¿ f¨I Å¿ ¾Ìmj»A µ³BrÍ Å¿ Ë

{} AjÎv¿ PÕBmË ÁÄÈU ɼvÃË Ó»ÌM B¿ É»ÌÃ

"Dan siapa saja yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan mereka berkuasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu, dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (QS. An-Nisa : 115)

Ya Allah kami telah menyampaikan, saksikanlah!