Edisi 064
STROKE
DATANG, MAUT MENJELANG, MASIHKAH ADA HARAPAN?Mantan orang kuat Indonesia, Soeharto, kini tengah terbaring lunglai di ruang V-VIP (very very important person) Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta. Ia terkena serangan stroke ringan (mild stroke), sejak pekan lalu. Sekalipun dikabarkan bahwa kondisinya mulai membaik, namun sempat beredar spekulasi tentang mangkatnya seorang yang pernah berkuasa selama 32 tahun itu. Maklum, di samping karena penyakit yang dideritanya, beliau memang sudah sepuh. Usianya sudah menginjak 78 tahun —suatu usia yang untuk rata-rata orang Indonesia telak menapaki purna dunia. Akankah beliau segera berpulang? Hanya Allah sajalah yang tahu kapan kematian seseorang itu tiba. Yang pasti, ajal itu akan datang kapanpun saatnya. Dan ketika ajal datang, tak seorangpun mampu menunda atau memajukannya. Tiada seorang jua yang sanggup menghindar dari kematian, meski ia bersembunyi di dalam sebuah benteng yang kokoh.
Kematian memanglah akhir bagi perjalanan hidup manusia di dunia. Tetapi sebenarnya, ia merupakan awal bagi suatu kehidupan yang kekal di akhirat. Perihal bagaimana keadaan manusia di akhirat nanti, tentu sangat bergantung dari bagaimana manusia menjalani kehidupannya ketika di dunia; apakah ia beriman kepada Allah atau tidak. Bila ia seorang yang beriman, apakah ia banyak beramal shaleh atau tidak. Bagi mereka yang beriman dan beramal shaleh, Allah berjanji akan menempatkannya dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Sementara bagi orang yang kafir atau musyrik, Allah pasti akan menjebloskannya ke neraka jahannam. Demikian pula bagi orang yang beriman, tetapi banyak melakukan maksiat, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam neraka, kecuali bila Allah berkenan mengampuninya.
Menyadari hal itu, manusia semestinya melakoni hidupnya di dunia yang hanya sekali ini dengan sebaik-baiknya. Yakni dengan cara memperteguh imannya kepada Allah seraya menjauhi segala hal yang menimbulkan murka-Nya. Sigap melaksanakan amal shaleh dengan menjalankan semua kewajiban dan meninggalkan semua larangan, serta menjauhi perbuatan maksiat. Melalui media ini, kami sampaikan nasihat kepada siapa saja yang mendambakan akhir kehidupan yang baik, yang merindukan kemuliaan hidup di negeri akhirat dengan ridha dan ampunan Allah Azza Wajalla. Tak terkecuali kepada Eyang, semoga sakit yang dideritanya kini menjadi pengingat untuk menginsyafi kesalahan, dan mengikhlaskan diri bertaubat. Pintu harapan selalu terbuka selagi nyawa masih lekat dalam raga.
Menggapai Khusnul Khatimah
Telah menjadi bagian dari cita-cita setiap muslim, bahwa mereka menghendaki akhir kehidupan yang baik (khusnul khatimah). Oleh karena itu seorang muslim harus memahami apa yang harus dilakukan agar ia bisa meraih akhir kehidupan dunia secara baik sehingga di akhirat nanti ia berada dalam naungan rahmat dan ridha Allah. Di antara yang harus diperhatikan itu:
Pertama, memurnikan tauhid dan menjauhi perbuatan syirik. Mengikhlaskan diri dalam beribadah kepada Allah dan tulus menjalankan syariat agamanya merupakan kunci utama meraih keridhaan-Nya. Sebaliknya, perbuatan syirik yaitu menyekutukan Allah dengan suatu yang lain dalam menjalankan ibadah ataupun ketaatan lainnya, menjadi pangkal pertama datangnya kemurkaan Allah. Dia telah mengharamkan surga bagi orang-orang yang melakukan syirik, bahkan nerakalah tempat tinggal yang kekal untuk mereka.
"Sesungguhnya orang-orang kafir dari ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) dan orang-orang musyrik, mereka kekal di dalam neraka jahannam" (QS. al-Bayyinah 6)
Barangkali suatu yang disesalkan, bahwa telah menjadi rahasia umum bila Pak Harto banyak sekali melakukan kemusyrikan di masa lalu. Bahkan tampaknya kemusyrikan itu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupannya. Majalah Forum edisi terbaru (Nomer 17, 1 Agustus 1999) secara gamblang mengungkap hal itu. Diceritakan, bahwa sejak awal tahun 1960-an, ternyata Eyang sudah main dukun. Adalah Romo Marto Pangarso dari desa Kasihan, Bantul, Yogyakarta yang disebut-sebut sebagai dukun utamanya. Atas nasihat Romo Marto-lah, untuk mencapai kedudukan tinggi seperti yang diramalkannya, beliau sejak waktu itu mau bersemedi di Gua Srandil, sebuah gua di Cilacap, Jawa Tengah. Sampai akhir tahun 80-an, ia bahkan masih rajin berkunjung ke tempat itu. Di samping Romo Marto, ada lagi dukun yang bernama Romo Diat. Berbeda dengan Romo Marto, Romo Diat kerap berkunjung ke istana. Dukun terkenal asal Semarang ini ternyata tidak hanya memberikan nasihat spiritual, tapi juga bertugas memberi perlindungan gaib. Baik untuk kediaman presiden di jalan Cendana ataupun di istana negara. Unsur syirik dalam tradisi kejawen telah demikian mengakar dalam dirinya (dan menurut sumber redaksi yang terpercaya, hal ini telah pula menurun ke anak-anaknya). Maka, kendati muslim, Eyang Soeharto tak segan-segan menjalankan "ritual" kejawen, seperti mengumpulkan dan "memandikan" keris, tombak, dan lain-lain di waktu-waktu tertentu sesuai penanggalan Jawa.
Setelah lengser dari kursi kepresidenan, masihkah kebiasaan syirik itu dilakukannya? Ternyata masih. Tabloid Tekad edisi 26 Juli 1999 menulis bahwa pada suatu malam Jumat Kliwon di bulan Juni lalu, Pak Harto pergi ke Padepokan Tempuran yang terletak di kawasan Megamendung, Puncak, Bogor, untuk melakukan "kungkum" (berendam) di sebuah tempat yang merupakan pertemuan antara Sungai Ciesek dan Sungai Ciliwung. Bagi penganut kejawen, pertemuan dua sungai itu diyakini mempunyai daya magis tinggi. Siapa saja yang "kungkum" di tempat itu, katanya akan tertempa jiwanya, dan indra keenamnya akan lebih berdaya. Suatu anggapan yang berbau takhyul.
Bila kemusyrikan menjadi penghalang utama keridhaan Allah, tentu sangat disayangkan bila di saat kritis seperti ini, ia bukannya berusaha membersihkan diri dari noda-noda syirik itu, tapi justru melanggengkannya. Diberitakan, pada hari Sabtu, 24 Juli 1999 lalu, atas undangan Mbak Tutut, datang 5 orang paranormal ke RSPP. Katanya untuk membantu penyembuhan Soeharto. Bila menjelang ajal seorang muslim diajarkan untuk lebih memurnikan tauhid dan menjauhi syirik, maka tindakan mengundang dukun justru semakin menambah kemusyrikan yang selama ini telah dilakukannya. Padahal dosa syirik adalah dosa yang tak terampuni.
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni orang yang menyekutukan-Nya dan dia akan mengampuni dosa-dosa selain dari syirik itu kepada siapa saja yang dikehendaki" (QS. an-Nisaa' 116).
Kedua, bertaubat kepada Allah. Sebagai manusia biasa, wajar saja bila seseorang dalam hidupnya acap melakukan kesalahan. Yang tidak wajar adalah ketika ia secara sadar terus menerus melakukan kesalahan sekalipun sudah diingatkan, dan setelah melakukan kesalahan tidak merasa bersalah atau mengakui kesalahan.
Allah mempunyai siksa yang amat pedih, namun Allah juga Dzat yang Maha Pengampun. Yakinlah bahwa Allah akan mengampuni siapa saja yang bertaubat kepada-Nya.
"Wahai orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sesungguh-sungguhnya" (QS. at-Tahrim 8).
"Allah-lah yang Maha Mengampuni dosa dan menerima taubat lagi keras hukumannya" (QS. Mukmin 3).
"Semua manusia itu berbuat kesalahan, tapi sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang mau bertaubat" (HR. Tirmidzi dan Hakim)
"Seseorang yang bertaubat dari dosanya itu akan seperti orang yang tidak lagi berdosa" (HR. Ibnu Majah).
Oleh karena itu, siapapun di antara manusia yang sungguh-sungguh melakukan taubat dengan meninggalkan jauh-jauh segala larangan-Nya, niscaya Allah SWT akan menerima taubatnya dan mengampuni semua dosa-dosanya.
Ketiga, memperbanyak amal shaleh. Manusia diciptakan oleh Allah tidak lain kecuali untuk beribadah kepada-Nya. Hidup seorang muslim haruslah didedikasikan untuk menjalankan ketaatan dan menghindari maksiat. Yakni dengan cara menjalankan semua yang diperintahkan dan menghindari yang dilarang, seraya seoptimal mungkin melakukan yang disunnahkan dan menghindari yang dimakruhkan, baik itu menyangkut perkara ibadah mahdah (puasa, shalat, zakat, haji dan sebagainya), makanan, minuman, pakaian, akhlak dan muamalah (ekonomi, politik, sosial, budaya dan sebagainya).
Untuk mencapai khusnul khatimah, seorang muslim dianjurkan untuk memperbanyak amal shaleh seraya meningkatkan ketaatannya pada aturan-aturan Islam dalam semua perkara. Juga, menghindari pelanggaran, apalagi di saat-saat kritis seperti yang tengah dialami Pak Harto. Bila tidak demikian, khawatir maut menjemput justru di saat tengah melakukan maksiat. Sebenarnya tidak hanya dalam keadaan kritis. Siapa saja bila memahami hakikat kematian, bahwa ia bisa datang setiap saat, akan terdorong untuk terus-menerus melakukan taat dan menjauhi maksiat.
Keempat, meminta maaf dan mengembalikan semua hak orang lain. Di samping bertobat, langkah yang harus dilakukan adalah meminta maaf kepada manusia dan mengembalikan semua hak-hak orang lain. Dengan tobat, semua kesalahan manusia dalam hubungannya dengan Allah niscaya akan diampuni. Tapi tidak demikian halnya dengan kesalahan pada manusia. Kesalahan terhadap manusia baru akan diampuni oleh Allah bila yang bersangkutan meminta maaf kepada orang yang dizalimi, kemudian mengembalikan semua hak-hak yang sempat dirampasnya. Bila ia seorang penguasa, tentu saja ia harus meminta maaf kepada seluruh rakyatnya terutama kepada mereka yang selama ia berkuasa pernah ditindasnya, dirampas hak-nya atau didzalimi. Dan bila ia seorang koruptor, di samping permintaan maaf, uang hasil korupsi itu harus dikembalikan kepada rakyat. Tak terkecuali Pak Harto.
Telah banyak diketahui, selama 32 tahun berkuasa, Pak Harto banyak sekali melakukan kejahatan. Paling sedikit ada tiga macam kejahatan yang dia lakukan, yakni kejahatan ekonomi, kejahatan politik dan kejahatan kriminal. Kejahatan ekonomi berupa berbagai keputusan dan kebijakan yang berujung bagi keuntungan diri, keluarga dan kroninya. Di antaranya adalah kebijakan pengelolaan hutan lewat pemberian HPH kepada orang-orang tertentu yang dekat dengan dirinya; penanganan industri minyak dan gas bumi serta pertambangan, lalu bidang pekerjaan umum di antaranya dalam pengerjaan jalan tol, dan telekomunikasi serta bidang-bidang lain yang semua sarat dengan kolusi, korupsi dan nepotisme. Semua itu tentu saja merugikan rakyat dan negara dengan jumlah yang luar biasa besar seperti yang akhir-akhir ini banyak diberitakan. Misalnya, korupsi di Pertamina dalam satu tahun mencapai 43 triliyun rupiah. Padahal sumbangan sektor migas dalam APBN hanya sekitar 30 triliyun rupiah!
Sementara di bidang politik, selama memerintah, Soeharto banyak sekali melakukan tindakan yang pada intinya adalah untuk membungkam lawan-lawan politiknya. Tak terhitung berapa orang yang masuk penjara tanpa alasan yang jelas. Kehancuran PPP di seputar tahun 70–80-an, atau PDI tahun 90-an adalah juga salah satu bentuk kejahatan rezim Soeharto.
Tapi yang paling mengerikan adalah kejahatan kriminal. Entah berapa puluh atau bahkan ratus ribu orang yang dibunuh di seputar tahun 60-an atas perintah Soeharto hanya semata tuduhan PKI. Benarkah mereka PKI? Wallahu’alam, mengingat mereka dihabisi tanpa peradilan. Tapi selepas era itupun, korban masih berjatuhan. Tanjung Priok, Lampung, Aceh dan beberapa lagi lainnya adalah beberapa tempat yang menjadi saksi bisu kejahatan kriminal rezim Soeharto.
Oleh karena itu, bila Pak Harto betul-betul ingin khusnul khatimah ia harus meminta maaf kepada mereka yang pernah dizalimi secara politik maupun kriminal. Bahkan bila ia terbukti benar-benar memerintahkan pembunuhan, ahli waris korban dalam hukum Islam berhak menuntut qishash (balas membunuh) terhadap Soeharto. Di samping itu, Soeharto juga harus mengembalikan harta yang diperolehnya melalui tindak kejahatan ekonomi seperti yang telah dijelaskan di atas.
Bila Pak Harto keberatan melakukan semua itu, maka berdasarkan hadits shahih riwayat Muslim di bawah ini, akibat yang harus dipikul di akhirat nanti sungguh amat mengerikan. Pahala kebaikan yang ia peroleh akan digunakan untuk menutupi dosa-dosa yang dilakukan terhadap orang lain. Bila itu tidak cukup, maka dosa-dosa orang yang dizalimi itu akan ditumpahkan semua kepada Soeharto. Bangkrut (muflis)-lah ia.
"Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu? Jawab para shahabat, "Orang yang tidak lagi punya uang dan harta". Berkata Nabi, "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat. Tapi di samping itu juga membawa dosa karena mencaci-maki orang, menuduh dengan tuduhan palsu, memukul orang, mengambil harta orang dan membunuh/menganiaya orang, maka diberikanlah pahala kebaikannya kepada orang-orang yang telah dizalimi. Dan bila telah habis pahala kebaikannya sementara belum terbayar semua tuntutan orang yang dizalimi, maka akan diberikan semua keburukan orang yang dizalimi kepada orang itu, kemudian dari itu ia dilemparkan ke dalam neraka" (HR. Muslim).
Khatimah
Siapa saja, termasuk Pak Harto, selama masih hidup sesungguhnya masih mempunyai kesempatan dan harapan untuk mendapatkan ampunan dari Allah. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Sakitnya Pak Harto mestinya dijadikan peringatan buat diri dan keluarganya untuk segera bertobat dan melakukan berbagai langkah yang diperlukan untuk menggapai akhir hidup yang baik, sebagaimana nasihat Rasul,
"Manusia yang paling bijaksana adalah mereka yang terbanyak ingatannya akan kematian serta yang terbanyak amalannya sebagai persiapan untuk menghadapi kematian itu. Mereka itulah orang-orang yang benar-benar bijaksana dan mereka akan pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat" (HR. Ibnu Majah).
Tapi bila Pak Harto tetap tidak mau meminta maaf serta enggan mengembalikan harta jarahan seraya mengatakan tidak punya apa-apa, niscaya di akhirat ia bakal menyesal. Pasti. Di sana, semua akan sudah sangat terlambat. Penyesalan seperti apapun sudah tiada lagi berguna. Na’udzubillahi min dzalik.
"Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak mengakhirkan kematianku sampai waktu yang sebentar saja, supaya aku dapat kesempatan untuk bersedekah dan menjadi orang yang shaleh. Tapi Allah sama sekali tidak akan menunda seseorang bila telah sampai ajalnya" (QS. al-Munafiqun 10).
AGENDA UMAT PASCA PEMILU???
JAWABANNYA ADALAH PEMBINAAN
Umat Harus Mendapatkan Pendidikan Dan Pembinaan Islam Yang Komprehensif Agar Dapat Menyadari Jati Diri Mereka Dan Dapat Memperoleh Kembali Kemuliaan Mereka Dengan Islam. Namun Umat Yang Mayoritas Lemah Dalam Berbagai Segi Ini Harus Mendapatkan Sentuhan Kasih Sayang Saudara-Saudara Mereka Yang Lebih Kuat; Kuat Ilmu, Kuat Pemikiran, Kuat Tenaga, Kuat Informasi, Dan Kuat Harta
.Kami yang tergabung dalam Yayasan KEMUDI (Kelompok Muda Untuk Dakwah Islam), mengundang partisipasi Anda sekalian dalam mempedulikan Pendidikan dan Pembinaan Keislaman Umat dengan memberikan pendidikan dan pembinaan keislaman semurah-murahnya, bahkan juga gratis! Kami sedang membangun gedung serbaguna sebagai pusat pembinaan umat.
Salurkan partisipasi Anda kepada: Panitia Pembangunan Gedung Serbaguna TKA Al Istiqomah - Yayasan KEMUDI, Jl. Raya Baru RT 03/01 No. 9 Kayumanis, Bogor (0251) 503676 (Ir. Imam Syafi’i). Rek. BCA No. 0950203064 (a.n. Achmad Chaerudin Shaleh).
KAJIAN KEISLAMAN
" MAKAR YAHUDI MENGHANCURKAN ISLAM "
Pembicara:
RIZA SIHBUDI (Pengamat Politik Timur Tengah dari LIPI)Ust. IR. ABU FAQIH (Pusat Studi Khazanah Ilmu-ilmu Islam)
Waktu & Tempat:
AHAD, 1 Agustus 1999, Pukul 08.00 - 12.00 WIBMASJID ALUMNI, Kampus IPB Baranangsiang Bogor
Diselenggarakan oleh BDMA IPB dan LPPD Bina Islami