Edisi 083
MARHABAN YA... RAMADLAN 1420 H
Ramadlan 1420H telah tiba! Dialah bulan yang paling dimuliakan Allah SWT, penghulu segala bulan (sayyidus syuhuur). Pada bulan itu Al Quran sebagai mukjizat Rasulullah saw. yang terbesar diturunkan. Allah SWT berfirman:
ÉÀvÎ jÈrA ÁÄ fÈq ÅÀ ÆBjAË ÔfÈA Å PBÄÎIË pBÄ ÔfÇ ÆEjA ÉÎ lÃC ÐhA ÆBzi jÈq
"Bulan Ramadlan yang diturunkan di dalamnya Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia, serta sebagai penjelasan dari petunjuk itu dan sebagai pembeda antara hak dengan bathil (fasad). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, hendaknya (wajib) ia berpuasa" (QS. Al Baqarah 185).
Pada bulan inilah Allah SWT memuliakan suatu malam yang disebut "lailatul qadar" yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Allah SWT berfirman: "Lailatul qadar tersebut lebih baik daripada seribu bulan" (QS. Al Qadr 3).
Pada bulan Ramadlan Allah SWT memberikan kondisi yang kondusif bagi hamba-Nya untuk membersihkan dirinya dari noda dan dosa. Rasulullah SAW bersabda: "Bila telah datang Ramadlan, dibukalah pintu-pintu rahmat, ditutuplah pintu-pintu neraka, serta dibelenggulah syaithan-syaithan" (HR. Muslim dan Imam Nasai).
Pada bulan Ramadlan nilai pahala dilipatgandakan, shalat wajib diberi pahala seperti melaksanakan tujupuluh kali shalat di bulan lain, shalat sunnah diberi pahala seperti shalat wajib, shodaqoh seperti zakat, dan umrah Ramadlan seperti melaksanakan haji. Nabi SAW bersabda: "Bila datang bulan Ramadlan, maka lakukanlah umrah. Sebab, ibadah umrah pada bulan itu setara dengan melakukan haji." (HR. Imam Nasai).
Selain itu, orang yang melakukan shaum pada bulan Ramadlan dengan dasar iman serta harapan untuk mendapatkan balasan dari Allah SWT semata (ihtisab) niscaya ia lepas dari dosa-dosanya yang telah lalu. Nabi bersabda : "Barang siapa berpuasa Ramadlan karena iman dan mengharap pahala Allah SWT niscaya diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu" (HR. Ashabus Sunan).
HAKIKAT SHAUM RAMADLAN
Di dalam suatu hadits qudsi riwayat Imam Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa Allah azza wa jalla berfirman : "Semua amal perbuatan anak Adam (manusia) itu membawa manfaat bagi dirinya sendiri kecuali puasa (shaum); sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan aku yang akan membalasnya." Makna shaum itu untuk-Ku adalah bahwa shaumnya seseorang itu hanya diketahui hakikatnya oleh Allah SWT. Barangkali tidak ada ibadah se-private shaum. Sebab, siapakah yang mengetahui bahwa seseorang itu shaum selain Allah SWT dan dirinya sendiri? Misalnya, mungkin saja seseorang di siang hari nampak lesu, lemah dan tak bertenaga; yakni, sedang melakukan shaum. Namun, hal ini bukan jaminan bahwa ia benar-benar melakukan shaum. Sebab mungkin saja ia melakukan sesuatu yang membatalkan shaum ketika sedang sendirian, misalnya dengan meneguk segelas air.
Lantas apa makna ketika seseorang yang sedang menjalani shaum tetap bertahan untuk tidak membatalkan shaum dengan minum, misalnya, padahal ia benar-benar haus? Tidak lain hal ini karena ia menyadari bahwa shaum merupakan kewajiban dari Allah SWT. Ia menyadari bahwa Allah SWT Maha Tahu akan segala isi hati dan seluruh perbuatan manusia, yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Ia yakin bahwa Allah SWT mengawasinya dimana saja ia berada. Tak ada keraguan sedikitpun dalam dirinya bahwa segala perbuatannya itu akan dihisab oleh Allah SWT. Dengan demikian, sekalipun tidak ada seorangpun yang mengetahui perilakunya, ia tetap berpegang teguh kepada perintah Allah SWT untuk tetap menjalani shaum.
Berdasarkan hal ini, shaum merupakan suatu ibadah yang bila benar-benar dilakukan dengan dasar keimanan, didasari sikap taat kepada Allah SWT, dan harapan mendapatkan balasan hanya dari Allah SWT niscaya akan melahirkan manusia-manusia taqwa dalam arti sebenarnya. Shaum akan menjadi ibadah yang berimplikasi pada penggemblengan kaum muslimin menjadi orang yang betul-betul menjalankan seluruh perintah dari Allah Dzat Maha Gagah Perkasa dan selalu berupaya keras untuk menjauhi segala macam larangan Allah SWT. Shaum akan melahirkan dan mengokohkan seorang muslim memiliki sikap tunduk dan menerima segala sesuatu yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, pasrah kepada syariat Allah SWT, serta menundukkan hawa nafsunya kepada perintah Allah SWT. Jadi, shaum yang demikian akan menciptakan manusia-manusia taqwa. Maha Benar Allah SWT dalam firman-Nya :
ÆÌ@@N@M Á ÁJ Å ÅÍhA Ó KN BÀ ÂBÎvA ÁÎ KN AÌÄE ÅÍhA BÈÍC BÍ
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu semua menjalani shaum sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa" (QS. Al Baqarah 183).
Sebaliknya, shaum yang tidak didasarkan pada hal tersebut tidak akan melahirkan sikap terikat dengan hukum Allah SWT. Dan orang yang demikian disinyalir oleh Rasulullah SAW sebagai orang yang hanya mendapatkan rasa haus dan lapar dan Allah SWT tidak membutuhkan hal itu.
AMAL-AMAL DI BULAN RAMADLAN
Di luar bulan Ramadlan, kaum muslimin diperintahkan secara mutlak untuk melakukan yang wajib dan meninggalkan yang haram. Di bulan Ramadlan, ada tambahan ketaatan, yakni dilarang melakukan perkara yang di luar Ramadlan dibolehkan. Ada dua pelajaran yang dapat dipahami. Pertama, Allah SWT menetapkan sesuatu boleh atau tidak semata-mata untuk menguji siapa yang mentaati-Nya dan siapa yang mendurhakai-Nya. Kedua, pada bulan Ramadlan diperintahkan meninggalkan beberapa perkara mubah dan dianjurkan untuk banyak melakukan ketaatan. Dengan latihan itu diharapkan adanya peningkatan amal ketaatan pasca Ramadlan. Perlu ditegaskan bahwa Ramadlan bukanlah waktu skorsing maksiat sementara, melainkan merupakan proses menuju taqwa yang sebenarnya, yakni meninggalkan maksiat kepada Allah secara total.
Untuk mencapai ketinggian derajat taqwa tersebut banyak aktivitas yang dapat dilakukan di antaranya :
KHATIMAH
Bulan Ramadhan adalah syahrusiyam (bulan melakukan shaum). Dan shaum adalah ibadah murni kepada Allah SWT. Tidak ada tujuan lain selain ibadah. Berbeda dengan bulan lain, siang dan malam hari Ramadlan penuh dengan ibadah. Semua ini, logisnya mendorong kaum muslimin untuk tidak melanggar larangan Allah SWT.
Dengan demikian ibadah shaum Ramadlan adalah momentum untuk kembali kepada syariat Allah SWT secara total. Seorang muslim yang betul-betul melakukan kepasrahan selama shaum kepada aturan Allah SWT niscaya ia akan menyambut seluruh seruan dari Allah SWT:
ÁÎÎ BÁBe AgG ÌmjË É AÌJÎVNmA AÌÄE ÅÍhA BÈÍC BÍ
"Hai orang-orang yang beriman penuhilah seruan Allah dan Rasul-Nya apabila Rasul menyuruh kamu kepada suatu yang memberi kehidupan (Iman, Islam, dan jihad) kepadamu " (QS. Al Anfal 24).
Di tengah lapar dan haus, layaklah setiap muslim yang rindu kepada kehidupan Islam bermunajat kepada Allah SWT:
"Ya, Allah, kami mohon kepada-Mu pada bulan ini sebagai saat kembalinya kaum muslimin kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya serta memberi hidayah kepada seluruh kaum muslimin, membuka jalan untuk menegakkan Khilafah Islamiyah, serta menjadikan kami termasuk golongan yang berusaha dan berbuat sesuai dengan perintah-Mu".
nSEMINAR (A)
UMAT ISLAM PASCA RUNTUHNYA KHILAFAH ISLAM
Ahad, 12 Desember 1999
08.00 s.d. selesai
Tempat :
Masjid Jami' Darussalam, Jln. H. Jusin Rt. 10 Rw. 01, Susukan, Ciracas, Jakarta TimurPembicara :
1. KH. Ali Mukhtarom2.
KH. Misbahul Anam3. Drs. Syu'aib Mawardi
4. Ir. Ismail Yusanto
SEMINAR (B)
PERPEKTIF ISLAM DALAM MENYIKAPI FENOMENA DISINTEGRASI
Ahad, 12 Desember 1999
08.30 s.d. selesai
Tempat :
Masjid Dzarrotul Muthmainnah, Komplek Batan Indah Serpong, TangerangPembicara :
1. Anis Matta, Lc2.
KH. Muh. Al-Khaththath