Jualan Kesejahteraan dengan Partai Agama
oleh Imam Hartojo
Demokrasi pada dasarnya adalah untuk rakyat, oleh rakyat dan dari rakyat. Asas ini dikembangkan sebagai suatu pencapaian bersama dari keinginan masing-masing orang yang berbeda-beda sehingga dengan begitu keharmonisan akan tercapai. Ada yang bilang (saya lupa siapa) bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan, karena itu harus didengarkan. Masalahnya rakyat yang mana, dan tuhan yang mana ?
Suatu iklim demokrasi, kalau tidak dilandasi dengan nilai-nilai kebenaran atau ketuhanan hanyalah merupakan demokrasi liar tanpa batas yang malah akan menghancurkan umat itu sendiri. Kita tidak ingin menjadi seperti negara di Eropa sana yang MPR-nya mengijinkan nikah sesama jenis, misalnya, dan lain sebagainya. Bukan Tuhan yang harus ikut suara rakyat, tapi rakyatlah yantg ikut suara Tuhan. Jadi, selain didengung-dengungkannya asas demokrasi di negara ini, perlu juga kita diingatkan untuk kembali kepada nilai-nilai kebenaran tersebut. Paling tidak ada suatu nilai tertentu yang bersifat universal dan berlaku sepanjang waktu yang dapat menjadi patokan rakyat dan pemerintah untuk berpijak. Bagaimana dengan Pancasila? Terus terang saya masih kurang mengerti dengan hal tersebut. Bagi saya, Pancasila hanyalah merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, yang merupakan kesimpulan dari sekian banyak nilai-nilai yang ada di Indonesia. Jadi, ibarat sebuah buku, ia hanyalah sebuah kesimpulan. Sedangkan kita tahu bahwa untuk menikmati sebuah buku, kita tidak cukup hanya dengan membaca kesimpulannya saja. Jadi bagaimana?
Maaf, di sini bukannya saya anti Pancasila, tetapi hanya sekedar ingin memperoleh sedikit ruang gerak yang memungkinkan saya untuk berpikir sedikit terbuka. Maksud saya adalah bahwa hanya Pancasila saja tidak cukup untuk menciptakan suatu alam demokrasi yang berketuhanan tersebut. Perlu ada perangkat lain. Selain itu, dengan analogi mengenai Pancasila di atas, bagaimana mungkin menyatukan semua agama dengan suatu perangkat yang namanya Pancasila? Apakah berarti ada agama baru yang namanya Pancasila? Saya yakin tidak ada yang setuju dengan pendapat ini.
Fenomena mengenai berdirinya partai-partai agama belakangan ini menurut saya perlu kita sikapi dengan hati yang lapang dan bagi saya ini merupakan gejala yang menggembirakan. Tujuannya tak lain adalah seperti yang telah saya kemukakan di awal tadi, yaitu berupaya menciptakan suatu alam demokrasi yang berketuhanan. Idealnya seperti itu. Kalau toh nantinya ada yang memanfaatkan agama untuk kepentingan pribadi, itu lain soal. Yang penting kan intinya tadi.
Saya rasa tidak soal apakah semua agama berniat mendirikan partai agama. Bagi saya yang beragama Islam, Islam diturunkan sebagai rahmatan lil 'alamiin, untuk kesejahteraan seluruh alam, termasuk pula manusia dengan agama apapun. Justru untuk itulah partai Islam hadir. Untuk partai agama lain, silahkan saja berdiri dan bersiap-siap untuk bersaing secara fair dengan partai agama yang sudah ada. Saya nggak tahu kalau agama lain, tapi kalau dalam Islam, segala macam aturan mengenai ekonomi, politik, hukum, dan lain sebagainya (bahkan untuk urusan masuk wc sekalipun) sudah ada perangkatnya. Jadi, kalau partai agama tidak boleh berdiri, jelas-jelas ini melanggar hak menjalankan agama bagi umat Islam. Maaf, saya juga tidak anti agama lain. Justru saya mempersilahkan agama lain untuk mendirikan partai dan dapat bersaing secara sehat. Itu saja. Marilah kita jualan kesejahteraan dan keadilan dengan partai agama. Saya tidak setuju dengan pendapat bahwa firman Tuhan terlalu suci untuk dipergunakan dalam politik. Justru sebaliknya, Tuhan menurunkan firman-Nya untuk dipergunakan manusia sebagai petunjuk untuk menjalani kehidupan, termasuk dalam hal berpolitik.
Copyright © 1998 Imam Hartojo
Copyright © 1998 Akademika WebSite by Muhamad Shiroth
All rights reserved.
111.11.1100011.10001110001.01001