Puisi-puisi Wiji Thukul
SEORANG BURUH MASUK TOKO
masuk toko yang pertama kurasa adalah cahaya yang terang benderang tak seperti jalan-jalan sempit di kampungku yang gelap
sorot mata para penjaga dan lampu-lampu yang mengitariku seperti sengaja hendak menunjukkan dari mana asalku
aku melihat kakiku - jari-jarinya bergerak aku melihat sandal jepitku aku menoleh ke kiri ke kanan - bau-bau harum aku menatap betis-betis dan sepatu bulu tubuhku berdiri merasakan desir kipas angin yang berputar-putar halus lembut badanku makin mingkup aku melihat barang-barang yang dipajang aku menghitung-hitung aku menghitung upahku aku menghitung harga tenagaku yang menggerakkan mesin-mesin di pabrik aku melihat harga-harga kebutuhan di etalase aku melihat bayanganku makin letih dan terus diisap
10 september 1991 |
Bukan Kata Baru
ada kata baru kapitalis, baru? Ah tidak, tidak sudah lama kita dihisap bukan kata baru, bukan kita dibayar murah sudah lama, sudah lama sudah lama kita saksikan buruh mogok dia telpon kodim, pangdam datang senjata sebataliyon kita dibungkam tapi tidak, tidak dia belum hilang kapitalis dia terus makan tetes ya tetes tetes keringat kita dia terus makan
sekarang rasakan kembali jantung yang gelisah memukul-mukul marah karena darah dan otak jalan kapitalis dia hidup bahkan berhadap-hadapan kau aku buruh mereka kapitalis sama-sama hidup bertarung ya, bertarung
sama-sama? tidak, tidak bisa kita tidak bisa bersama-sama sudah lama ya sejak mula kau aku tahu berapa harga lengan dan otot kau aku kau tahu berapa upahmu kau tahu jika mesin-mesin berhenti kau tahu berapa harga tenagamu
mogoklah maka kau akan melihat dunia mereka jembatan ke dunia baru dunia baru ya dunia baru.
tebet 9/5/1992 |
BUKAN DI MULUT POLITIKUS
BUKAN DI MEJA SPSI
berlima dari solo berkeretaapi kelas ekonomi murah tak dapat kursi melengkung tidur di kolong pas tepat di kepala kami bokong-bong kiri kanan telapak kaki tas sandal sepatu tak apa di pertemuan ketemu lagi kawan dari krawang-bandung-jakarta-jogya-tangerang buruh pabrik plastik, tekstil, kertas dan macam-macam datang dengan satu soal
dari jakarta pulang tengah malam dapat bis rongsok pulang letih tak apa diri telah ditempa sepanjang jalan hujan kami jongkok tempat duduk nempel jendela bocor bocor sepanjang jalan tangan terus mengelapi agar pakeyan tak basah dingin dingin tapi tak apa diri telah ditempa kepala dan dada masih penuh nyanyi panas
solo 14 mei 1992 |
E d a n
sudah dengan cerita mursilah? edan! dia dituduh maling karena mengumpulkan serpihan kain dia sambung-sambung jadi mukena untuk sembahyang padahal mukena tak dibawa pulang padahal mukena dia taroh di tempat kerja edan! sudah diperas dituduh maling pula
sudah dengan cerita santi? edan! karena istirahat gaji dipotong edan! karena main kartu lima kawannya langsung dipecat majikan padahal tak pakai wang padahal pas waktu luang edan! kita mah bukan sekrup
Bandung 21 Mei 1992 |
LEUWIGAJAH
Leuwigajah berputar dari pagi sampai pagi jalan-jalan gemetar debu-debu membumbung dari knalpot kendaraan pengangkut
mesin-mesin terus membangunkan buruh-buruh tak berkamar-mandi tidur jejer berjejer alas tikar tanpa jendela tanpa cahaya matahari lantai dinding dingin lembab pengap
lidah-lidah penghuni rumah kontrak terus menyemburkan cerita buruk: lembur paksa sampai pagi - upah rendah jari jempol putus - kecelakaan-kecelakaan kencing dilarang - sakit ongkos sendiri mogok? pecat! seperti nyabuti bulu ketiak
tubuh-tubuh muda terus mengalir ke Leuwigajah seperti buah-buah disedot vitaminnya mesin-mesin terus menggilas memerah tenaga murah satu kali dua puluh empat jam masuk - absen - tombol ditekan dan truk-truk pengangkut produksi meluncur terus ke pasar
Leuwigajah tak mau berhenti dari pagi sampai pagi cerobong asap terus mengotori langit limbah mengental selokan berwarna
Leuwigajah terus minta darah tenaga muda Leuwigajah makin panas berputar dan terus menguras tenaga-tenaga murah
Bandung - Solo 21 Mei - 16 Juni |
LEUWIGAJAH MASIH HAUS
leuwigajah tak mau berhenti dari pagi sampai pagi bis-bis-mobil pengangkut tenaga murah bikin gemetar jalan-jalan dan debu-debu tebal membumbung
mesin-mesin tak mau berhenti membangunkan buruh tak berkamar-mandi tanpa jendela tanpa cahaya matahari jejer berjejer alas tikar lantai dinding dingin lembab pengap
mulut lidah-lidah penghuni rumah kontrak terus bercerita buruk lembur paksa sampai pagi tubuh mengelupas-jari jempol putus - upah rendah mogok - pecat seperti nyabuti bulu ketiak
tubuh-tubuh muda terus mengalis ke leuwigajah seperti buah-buah disedot vitaminnya mesin-mesin terus menggilas memerah tenaga murah satu kali duapuluhempat jam masuk - absen - tombol ditekan dan truk-truk pengangkut produksi meluncur terus ke pasar
leuwigajah tak mau berhenti dari pagi sampai pagi
asap crobong terus kotor selokan air limbah berwarna mesin-mesin tak mau berhenti terus minta darah tenaga muda
leuwigajah makin panas berputar dan terus menguras
Bandung 21 mei 1992 |
MAKIN TERANG BAGI KAMI
tempat pertemuan kami sempit bola lampu kecil cahaya sedikit tapi makin terang bagi kami tangerang - solo - jakarta kawan kami
kami satu : buruh kami punya tenaga
tempat pertemuan kami sempit di langit bintang kelap-kelip tapi makin terang bagi kami banyak pemogokan di sanasini
tempat pertemuan kami sempit tapi pikiran ini makin luas makin terang bagi kami kegelapan disibak tukar-pikiran
kami satu : buruh kami punya tenaga
tempat pertemuan kami sempit tanpa buah cuma kacang dan air putih tapi makin terang bagi kami kesadaran kami tumbuh menyirami
kami satu : buruh kami punya tenaga jika kami satu hati kami tahu mesin berhenti sebab kami adalah nyawa yang menggerakkannya
Bandung 21 mei 1992 |
SATU MIMPI SATU BARISAN
di lembang ada kawan sofyan jualan bakso kini karena dipecat perusahaan karena mogok karena ingin perbaikan karena upah ya karena upah
di ciroyom ada kawan sodiyah si lakinya terbaring di amben kontrakan buruh pabrik teh terbaring pucet dihantam tipes ya dihantam tipes juga ada neni kawan bariah bekas buruh pabrik kaos kaki kini jadi buruh di perusahaan lagi dia dipecat ya dia dipecat kesalahannya : karena menolak diperlakukan sewenang-wenang
di cimahi ada kawan udin buruh sablon kemarin kami datang dia bilang umpama dironsen pasti nampak isi dadaku ini pasti rusak karena amoniak ya amoniak
di cigugur ada kawan siti punya cerita harus lembur sampai pagi pulang lunglai lemes ngantuk letih membungkuk 24 jam ya 24 jam
di majalaya ada kawan eman buruh pabrik handuk dulu kini luntang-lantung cari kerjaan bini hamin tiga bulan kesalahan : karena tak sudi terus diperah seperti sapi
di mana-mana ada sofyan ada sodiyah ada bariyah tak bisa dibungkam kodim tak bisa dibungkam popor senapan di mana-mana ada neni ada udin ada siti di mana-mana ada eman di bandung - solo - jakarta - tangerang tak bisa dibungkam kodim tak bisa dibungkam popor senapan satu mimpi satu barisan
Bandung 21 mei 1992 |
[
Tempo-Doeloe Page | Edi Cahyono's Page ]