---------------------------
Ketika Al Qur'an = Petunjuk
---------------------------
Mas Entah orangnya rada cuek, malah terkesan tidak pedulian,
sembarangan, egois dan sederetan sebutan negatif lainnya. Tapi di
balik
sikapnya itu sebenarnya beliau sangat perhatian, pernah saya
memergoki
ia diam-diam menyantuni abang-abang becak dan fakir miskin di
sekitar
lingkunganya. Saya curiga ia cuek karena ingin menutupi sifat
aslinya
itu.
Masa lalu mas Entah memang agak 'seram', 'Saya sempat badunglah',
begitu katanya. Tapi Alhamdulillah beliau kini termasuk (ini
menurut
saya) hamba-hamba yang didekatkan kepada-Nya.
Saya kenal cukup dekat pada Mas Entah, pandangan-pandangannya soal
agama memang kontroversial, tapi sangat orsinil dan jernih.
Sepertinya
pendapat-pendapatnya kontroversialnya datang begitu saja dari
langit
tanpa sempat sesorang pun pernah memikirkannya. Menurut
pengakuannya,
belum pernah sekali pun ia belajar secara formal agama atau
pun
mengkhususkan diri menuntut ilmu pada seseorang kiai di pesantren
misalnya.
Ketika kutanyakan soal dari mana ia mendapat pemahaman ilmu-ilmu
agama
yang kontroversial itu, ia menjawab enteng sambil cengengesan,
'Dari Al
Qur'an'. 'Saya hanya berguru kepada Allah', lanjutnya mantap. Ku
korek-
korek terus pengakuannya sampai akhirnya ia bercerita awal mulanya
'mengapa ia bisa sampai begini'.
Semua bermula dari sebuah Al Qur'an dan Terjemahnya yang
dihadiahkan
seorang teman. Sang teman menuliskan sebaris kalimat di halaman
kosong
pertama Al Qur'an: 'Cuma buat Entah, untuk diresapi'. Sebenarnya ia
tak
paham maksud kalimat itu, tapi ia amin-kan saja dalam hati.
Semenjak mendapat Al Qur'an itu seperti ada keinginan untuk setiap
hari
membacanya. Walaupun 'skill' membaca huruf arabnya jauh di bawah
rata-
rata kemampuan anak madrasah, dipaksakannya setiap malam sebelum
tidur
dibaca selembar atau dua lembar. Ia bertekad untuk khatam Al
Qur'an,
biar dibutuhkan sepuluh tahun dengan metode membacanya, ia tetap
akan
menjalani.
Alhamdulillah, 'nampaknya' Allah membimbingnya dalam memahami Al
Qur'an. Entah mengapa setiap lembar Al Qur'an yang dibacanya selalu
berhubungan dengan peristiwa yang sedang terjadi. Perlahan tapi
pasti
ia 'merasa' Allah membimbingnya dalam memahami Al Qur'an. Al Qur'an
pemberian itu sekarang menjadi temannya dalam duka dan suka. Sedih
membaca Al Qur'an apalagi jika gembira, pokoknya tiada hari tanpa
membaca Al Qur'an. Sehari-harinya kini dipenuhi oleh bacaan-bacaan
Al
Qur'an walaupun ia kurang mengerti benar apa maksud dari yang
dibacanya, yang penting pokoknya setiap hari membaca Al Qur'an. Al
Qur'an itu sampai lecek dan koyak jilidannya.
Kemampuannya cepat meningkat dalam memahami Al Qur'an, malah
menurutnya
: Allah menambahkan nikmat-Nya melalui Al Qur'an yang dibacanya.
Sampai
pada suatu ketika ia merasa mulai 'mendapat petunjuk' dari apa yang
dibacanya. Adalah ia sedang dirundung kesedihan, dalam kesedihan ia
berdoa agar Allah menghiburnya. Selesai berdoa ia membuka Al Qur'an
begitu saja tanpa melihat halaman berapa atau surat berapa, dan
Subhanallah ayat yang tertera adalah ayat-ayat yang berhubungan
dengan
kisah sedih yang dialaminya.
Mulai saat itu Al Qur'an menjadi benar-benar 'petunjuk-Nya' dalam
setiap kehidupan yang dilakoninya. Setiap ada masalah, setiap ada
persoalan yang ia tidak mampu pecahkan dibukanya Al Qur'an, dan
seperti
ada yang menggerakkan
tangannya, 'otomatis' halaman yang dibuka selalu
ayat yang mengandung solusi pemecahan masalahnya.
Menurutnya, entah bagaimana prosesnya, kemampuannya memahami Al
Qur'an
itu terus ditambahkan Allah. Sekarang ia 'mulai peka' akan
petunjuk-Nya
yang terdapat di dalam
setiap Angka, Huruf, Kalimat dan Susunan
Peletakannya di dalam Al Qur'an. Dia bilang, 'Kalimat Allah
pastilah
amat waskita, mengandung petunjuk-Nya walaupun berupa titik ataupun
koma, wong nama-Nya saja Allah kok, pasti Maha Sempurna.' Aku
kurang
memahami ketika ia bilang begitu, tapi ia kemudian memberi contoh
begini:
'Dari jauh hari aku sudah yakin kalau Raja Lalim itu akan jatuh di
umurnya ke 77, karena Al Qur'an sudah 'bilang' begitu', katanya.
'Ah, yang benar saja?', kata saya penuh selidik. Saya bertanya, kok
bisa-bisanya ngambil kesimpulan begitu. Memang Raja Lalim jatuh
dari
tampuk kekuasaan pada umurnya ke-77 di tahun 1998, tapi apa ya hal
itu
dicantumkan dalam Al Qur'an.
'Ada! Tapi tersirat!', jawabnya mantap. Kemudian dia bercerita
tentang
proses mendapat 'petunjuk' itu. 'Waktu itu sehabis salat malam aku
berdoa kepada Allah agar Dia menurunkan kebenaran-Nya dan bangsa
ini
diberi pemimpin yang adil. Sehabis berdoa saya membuka Al Qur'an
dan
yang terdapat pada halaman yang saya buka itu surat Al Mursalaat,
surat
ke-77.'
Lanjutnya lagi, 'Pada awalnya saya tidak tahu maksud 'petunjuk-Nya'
itu, tetapi membaca terjemahan surah Mursalaat, tahulah saya kalau
hal
ini yang akan terjadi pada Raja Lalim itu.'
'Lho, tapi hubungan dengan umur 77 tahun apa?', tukas saya lagi.
'Wah, itu susah diceritain, tapi tiba-tiba saja saya yakin kalau
angka
77 adalah umur di mana Raja Lalim itu jatuh. Seperti 'ada bisikan
malaikat' dari langit ke hati saya yang mengatakan umur 77 itulah
saatnya', jelasnya lagi. 'Pokoknya Al Qur'an itu petunjuk deh!',
menutup penjelasannya.
Mendengar penjelasan itu, maka yakinlah saya Mas Entah ini telah
mencapai tingkatan batin tertentu yang dikaruniai ilmu yang tidak
semua
orang diberikan-Nya.
Banyak pendapat Mas Entah 'yang dia dapat dari langit' yang tidak
saya
mengerti. Pernah saya menemani dialog batinnya, ia bilang:'Mengapa
ya
di dalam Al Qur'an itu kata 'Isa selalu diikuti kata ibnu Maryam?
Pasti
ini mengandung maksud tertentu. Apakah fenomena kebangkitan 'Isa
diikuti juga oleh fenomena keberadaan Siti Maryam?. Saya kok curiga
begitu. Saya juga curiga kalau kata 'Isa dan Maryam di dalam Al
Qur'an
jumlahnya sama, tapi saya belum pernah menghitungnya. Semoga Allah
memberi petunjuk-Nya dalam masalah ini', katanya yakin. Saya hanya
mengangguk-angguk kepala saja sembari tidak mengerti.
Banyak lagi 'pemahaman' mas Entah mengenai isi Al Qur'an yang tidak
kita mengerti, mungkin tingkatan batin kita masih sangat
jauuuuu...uuhh
dibandingkan dengan beliau. Orang seperti mas Entah ini mungkin
banyak
tersebar di muka bumi. Mungkin orang itu ada di antara kita, teman,
handai tolan, pembantu, tukang kebun atau siapa pun mereka.
Orang-orang
seperti mereka adalah orang yang yang telah menjadikan Al Qur'an
itu
Benar-Benar menjadi petunjuk dari Tuhan-Nya.
Semoga kita termasuk orang yang menjadikan Al Qur'an petunjuk
dari-Nya.
Wallahu'alam bishowab.