Assalamu'alaikum
wr.wb.
_________________________________________________________________
LEMBARAN HITAM DALAM
SEJARAH ISLAM................................
Orang-Orang Suci Pilihan
Tuhan dan Ulama-Ulama Fanatik..........5)
Mentalitas Pembuat Kufur
dan Wali-Wali Ummat....................
Abad ketiga ...........
_________________________________________________________________
Siapa lagi yang tidak kenal diantara kita dengan
Imam Ahmad bin
Hambal pendiri Mazhab Hambali yang juga
merupakan satu diantara
Mazhab fikh yang terkemuka di dunia Islam dewasa
ini. Imam Ahmad
bin Hambal
berada dalam kedudukan yang
sangat tinggi diantara
orang-orang besar
Islam untuk segala
zaman. Imam Syafii
mengakuinya sebagai seorang alim yang brillian dengan
kedudukan
tertinggi, seorang
ahli yang tak
terbantah mengenai hadits,
hukum, penyusunan
kamus dan pentafsiran
Al-Qur'an. Ia juga
seorang sufi
besar dan seorang pengabdi agama
yang amat saleh
(Tabqat-ul-Hambalia oleh
Ibn-i-Abi Y'ala).
Imam Ahmad
di majlisnya adakalanya
meriwayatkan Hadits dan
adakalanya juga
memberikan fatwa. Fatwa-fatwanya tidak
dibenarkannya para muridnya mencatatnya. Imam Ahmad
berpendapat
bahwa hanya Al-Qur'an dan Sunnah yang dipandang
ilmu. Juga beliau
tidak menyukai
murid-muridnya mencatat fatwa-fatwa
orang lain.
Imam Ahmad
ingin mengembalikan kekehidupan
para salaf yakni
kehidupan orang
Islam dizaman Rasulullah
SAW. Imam Ahmad
bertindak demikian
adalah karena pada masa itu penuh dengan
aneka
macam pendapat dan paham yang betul-betul
bergerak mengacau dan
memporak porandakan
keyakinan umat Islam.
Golongan Mu'tazilah
yang merupakan golongan yang
mengutamakan
akal dan
ratio ketika itu
mulai memperbincangkan
status Al-
Qur'an. Golongan Mu'tazillah berpendapat bahwa Al-Qur'an adalah
makhluk yang merupakan ciptaan Tuhan. Sedangkan
beberapa golongan
lainnya memandang
Al-Qu'an bukanlah makhluk tetapi
sama dengan
Tuhan sendiri,
karena dalam Al-Qur'an itu
terdapat firman-Nya.
Bagaimana memisahkan
Tuhan dengan firman-Nya , kata golongan
lain
pula. Golongan
Mu'tazilah dan Ulama-Ulamanya nampaknya
berhasil
memikat hati
Khalifah Al-Makmun sendiri.
Sehingga Khalifah
mengajak
orang lain untuk
meyakini "kemakhluqan"
Al-Qur'an ,
sebagimana yang
didengung-dengungkan oleh sahabat-sahabat Al-
Makmun , yaitu
Ulama-Ulama Mu'tazilah itu.
Untuk itu
atas hasutan ulama-ulama juga dipanggillah Imam Ahmad
dan diminta untuk menerima paham
"kemakhluqan" Al-Qur'an
. Imam
Ahmad tidak mau menyatakan pendapatnya tentang hal
itu dan beliau
tidak mau membicarakan hal itu. Tetapi Al-Makmun
bertindak lebih
jauh lagi
.Atas saran dari ulama-ulama Mu'tazillah itu Khalifah
itu "memaksa" Imam Ahmad menganut
paham yang dikemukakan Al-Jaad
bin Dirham
yang juga dibunuh oleh Khalid
bin Abdullah Al-Qasri
itu.
Pada tahun
272 H Al-Makmun sendiri turuit dalam perdebatan yang
dihadiri oleh
ulama-ulama Mu'tazillah
yang sangat menimbulkan
simpati yang luar biasa dari Khalifah. Pada
tahun 278 H , Al-
Makmun mulai mempergunakan kekuasaanya untuk
memaksa orang-orang
dan ulama
lainya menganut aliran Mu'tazillah itu. Ratusan Ulama
yang bukan orang Mu'tazilah dengan perasaan
ketakutan membenarkan
paham Al-Makmun
itu. Bagiamana dengan Imam
Ahmad dan beberapa
Ulama lainnya?
Saya kira tidak ada salahnya anda
ikuti terus
tulisan dibawah ini.
Imam Ahmad
dan dua orang sahabatnya Muhammad bin Nuh al Kawairi
dan Sajjadah dengan tidak gentar sedikitpun menolak
paham yang
membicarakan "kemakhluqan" Al-Qur'an tsb.
Imam Ahmad kemudian
ditangkap, begitu
juga kedua orang temannya itu.
Mereka diikat
dan dibelenggu
dan diarak sepanjang menuju
Tarsus, selanjutnya
dibawa ke
Baghdad. Dua orang kawannya ini
ditengah jalan tidak
tahan dan
kalah sehingga tinggal lagi Imam Ahmad sendirian yang
dibawa menghadap Al-Makmun di Baghdad. Tetapi
ketika Imam Ahmad
diperjalanan datanglah berita kepadanya bahwa
Khalifah Al-Makmun
telah wafat
. Namun Al-Makmun telah
berwasiat agar ulama-ulama
yang membangkang
itu harus diderap
dan dihukum. Imam
Ahmad
kemudian dimasukkan
kepenjara. ( Pokok-Pokok
Pegangan Imam
Mazhab, TM
Hasbi ash Siddiqi,jilid II halaman 270, dikutip oleh
Nadri Saadudin).
Imam yang paling disegani ini, seorang suci dan
wali yang diakui
dizamannya, juga harus
menghadapi sidang rahasia busuk dari ulama-
ulama fanatik
mentalis pembuat kufur, untuk
membuktikan demi
kepuasan mereka apakah
Imam ini seorang Muslim sejati atau
memang
kafir. Mereka
berusaha dengan segala
cara untuk membuatnya
mengikuti cara berpkir mereka, namun ia tidak mau bergeser
satu
milimeterpun dan
berpegang teguh pada interpretasi sendirinya
yang logis.
Maulana Rais Ahmad Jaffri mengomentari tentang
Imam Ahmad sbb:"
Iman yang
telah dibawa kedunia ini oleh Rasulullah SAW kini
memerlukan pengorbanan
segar agar untuk mana
Imam kita yang
dihormati ini
merupakan satu-satu-nya korban yang tepat. Kerena
sebagai raja
kerohanian pada abad itu ia
tidak akan tunduk
kepada raja-raja
dunia dengan hamba
sahayanya. Ia tidak akan
menyerah kepada ulama-ulama penjilat yang suka cari muka
kepada
penguasa. Untuk mempertahankan ajaran sejati dari Al-Qur'an
dan
untuk menunjukkan
jalan yang benar
bagi mereka yang
datang
kemudian, ia
denga berani menengahi di antara iman
yang sejati
dan keangkuhan
yang berkuasa di istana. Imam yang
disegani ini
dengan bertindak
atas dasar perintah Al-Qur'an
yang mengataka:
"Maka bersabarlah, seperti
bersabarnya orang-orang yang
berkemauan tinggi
dari Rasul-Rasul
.......(46: 35), menentang
sidang rahasia itu
dengan keras.
" Ia
dijebloskan kedalam penjara dengan empat rantai besar yang
ia bawa
dari Tarsus menuju Baghdad dengan berjalan kaki dengan
ditonton ribuan
orang yang berdiri dipinggir jalan.
Ia hanya
dapat bergerak
dengan kesukaran yang amat besar,
namun tidak
seorangpun yang
menaruh belas kasih
padanya. Dalam bulan
Ramadahan, ketika
sedang melakukan puasa ,
ia disuruh duduk
dipanggang sinar
matahari yang membakar
dan dipecut pada
punggungnya yang
terbuka dengan cara
yang paling biadab.
Dikisahkan juga bila
seorang algojo telah letih, maka algojo
yang
lain melanjutkan ayunan cambuk kembali. Setiap
ayunan cambuk yang
jatuh menimpa
tubuhnya Imam tadi berkata: "Qur'an bukan ciptaan
seperti ciptaan-ciptaan-Nya selebihnya ", yang
menjadi pangkal
perselisihan sendiri.
Harus pula diingat bahwa
pemukulan itu
dilakukan dalam
"sepuluh hari terakhir
dalam bulan suci"
.
Belakangan Imam
Ahmad sendiri berkata
bahwa mereka terus
menyiksanya tanpa
kasihan sampai alam
sendiri yang kasihan
padanya dan ia jatuh tidak sadarkan diri. (Sirat-i-Aima
Arb'ah ,
hal 613-615, dikutip dari Majalah Sinar Islam
no: 1, tahun 1981
halaman 22). ....
Kita masih
berada di abad ke tiga Hijri dan
kita sambung pada
posting mendatang dan segala kritik dan komentar
terhadap tulisan
ini sangat
diharapkan sekali.
Wassalam,