> Dzikirlah yang kami amalkan
> Hati kami jadi tenang
> Walau dimusuhi oleh setan
> Hati kami takkan goncang
>
> Maha Agunglah Asma Nya
> Maha besarlah kasih Nya
> Ahli dzikir kepada Nya
> Paling dicinta oleh Dia
>
> Mati dalam husnul khotimah
> Harapan insan beriman
> Banyak-banyaklah dzikirullah
> Agar tetap dalam iman
>
> Tanda orang cinta Allah
> Cinta kepada dzikirullah
> Siang dan malam dzikirullah
> Allah...Allah...Allah...Allah
Assalamu'alaikum
Dipandang dari segi sains (pengetahuan lintas sekte-sekte aliran
dalan tasawuf Islam, dzikir dinilai sebagai salah satu metode
khas Islam untuk mencapai suasana tertentu dalam perjalanan
mendekatkan diri kepada Allah.
Secara umum, dzikir dilakukan dengan berulang-ulang mengucapkan
salah satu dari: Allah atau salah satu dari Asma'ul husna, la
illaha ilallah, la haula wa la quwwata illa billah, surat-surat
pendek dari al-Qur'an dll. Semuanya bernuansa sama, yaitu
mengingat Allah dengan segala Sifat-sifat-Nya. Pengucapan
dilakukan dengan suara keras, atau hanya di dalam hati. Sambil
mengulang-ulang dzikir itu, orang ada yang duduk tenang bersila
dalam posisi (postur) tertentu, dengan atau tanpa disertai
pengaturan napas. Ada kalanya, dzikir dilakukan dengan gerakan
anggota tubuh tertentu, bahkan dengan gerakan-gerakan bela-diri,
atau tarian dan musik [dilakukan oleh beberapa aliran sufi di
Mesir dan Turki]. Pemusatan pikiran sangat diperlukan dalam
dzikir.
Saya dapat menceritakan lebih banyak keragaman cara dzikir,
tetapi yang saya maksud disini ialah sekedar membeberkan adanya
keragaman yang tak terhitung, jangan sampai di antara kita ada
fanatisme bahwa hanya ada satu cara yang baik. Seorang mursyid
bisa saja menerapkan metode yang berbeda pada murid yang
berlainan. Ini adalah karena tiap orang itu spesifik; bagi orang
tertentu, baginya ada metode yang lebih cocok. Nabi sendiri
mengajarkan dzikir dengan suara keras kepada sebagian sahabatnya,
dan dzikir tak bersuara kepada sahabat lainnya.
Fungsi dzikir adalah untuk memusatkan perhatian kepada satu hal
saja, yaitu keberadaan Allah. Pemikiran atau bayangan-bayangan
selain Allah harus dihilangkan. Dilakukannya perbuatan lain
selain pengucapan, adalah sekedar untuk membantu pemusatan
(penyatuan), hingga pada akhirnya kita dapat mencapai keadaan
ekstasi. Dalam keadaan ini, panca-indera kita mati beberapa saat,
dan kita mulai dapat "melihat" kebenaran dari Allah.
Dzikir berfungsi pula sebagai genderang peringatan yang selalu
ditabuh keras-keras di dalam hati, agar ketika kita memasuki
ekstasi, kita tidak tersasar atau salah masuk. Dzikrullah
menuntun hati agar tidak terlepas dari jalur menuju Allah.
Dzikrullah perlu dijadikan kebiasaan. kalau kita melakukannya di
setiap saat, ketika berdiri, berjalan, duduk, tidur (!), ketika
bekerja, ketika istirahat, ketika makan, minum dll. Jika kita
membiasakannya, dzikir itu akan terus berlangsung dengan
sendirinya meskipun kita tidak menyadarinya.
Tetapi itu semua hanya sekedar hasil olah pikir dari pengalaman
dan bacaan. Benar-tidaknya, wallahu a'lam bish shawab.
Wassalam,