| | ![](_themes/expeditn/exphorsa.gif)
Bintang Betlehem dan
Tahun Kelahiran Al-Masih
Bambang Noorsena
Kalau
begitu, kira-kira bintang apakah yang dilihat orang Majus tersebut, yang
mereka tafsirkan sebagai pertanda akan hadirnya seorang Raja Yahudi? Johannes
Kepler, yang disebut sebagai bapa astronom Barat yang hidup pada abad ke-17,
menerangkan
Bintang Natal (The Christmas Star) atau Bintang Betlehem
(The Betlehem’s Star) itu secara astronomik, sebagai konjungsi planet
Jupiter dan Saturnus pada konstalasi Pisces. Dan konjungsi ini terjadi pada
bulan Desember tahun 7 sebelum Masehi.1
Sebenarnya, Kepler bukan orang pertama yang mencari jawaban mengenai bintang
itu dari segi astronomi. Seorang Bapa Gereja zaman permulaan,
Klement dari Iskandariyah (hidup sekitar tahun 200),
menulis bahwa "Bintang yang dilihat orang saleh di sebelah timur itu adalah
bintang Novae".2 Bintang ini muncul pada
waktu-waktu tertentu, kadang-kadang samar-samar, lalu sangat terang dan
berangsur-angsur menghilang. Bintang Novae ini juga ditulis oleh ahli
perbintangan China, bernama Ma Tuan Lien yang
dikumpulkan dalam ensiklopedia China kuno berjudul: Wen
Hien Thung Kao,3 yang menurut R.A.
Rosenburg pernah menampakkan diri kira-kira pada zaman kelahiran Kristus.
Bintang manakah yang dapat
disamakan dengan bintang Timur yang dilihat orang Majus itu? Dalam bahasa
aslinya, kata yang diterjemahkan "di Timur", en te
anatole. Artinya, bisa diterjemahkan juga: "yang terbit sangat terang".
In its rising. Barangkali ini mencerminkan
pengalaman dahsyat orang Majus karena sangat terang benderangnya bintang itu.
Sangat pantaslah, bahwa sekian trilyun kali cahaya matahari harus dipancarkan
untuk menandai kelahiran "Sang Terang Dunia". Orang-orang Majus itu mesti
mencari makna astrologisnya. Kalau diterima bahwa bintang itu adalah konjungsi
planet Jupiter dan Saturnus pada tahun 7 SM, maka ini cocok dengan lempengan
batu ditemukan di Menara kuno Zippar, di tepi sungai Efrat. Jadi tempatnya
juga sekaligus cocok dengan asal orang-orang Majus tadi. Bunyi lempengan batu
itu, dalam bahasa Babel kuno: MULLU-BABA U KAIWANU INA
ZIPPATI. Artinya: "Jupiter dan Saturnus dalam konstelasi Pisces."
Perhitungan tanggalnya juga cocok, Desember 7 SM. Bukti-bukti arkeologi lain
juga dijumpai dalam sebuah papyrus dari tahun 42 Masehi, yang juga mencatat
konjungsi 2 planet itu. Sekarang papyrus ini disimpan di Berlin.4
Kembali ke lempengan Zippar dan hubungannya dengan orang Majus.
Perlu saya tambahkan, bahwa lempengan Zippar ini pertama kali ditemukan oleh
seorang sarjana Jerman bernama P.Scanable pada tahun 1925.5
menurut Scanable, di kota Zippar terdapat sekolah Astrologi yang
terkenal pada zaman Babel kuno.
Tadi saya kutip dari
keterangan Aziz A. Atiya, bahwa orang-orang Majus berbicara dalam bahasa
Arami. Lempengan Zippar menyebut dalam bahasa Babel
KAIWANU, istilah Aramnya: KAWBAH. Jadi
mungkin ucapan orang Majus itu mendekati dialeknya dengan terjemahan Peshitta:
Hazin Geir Kawbah be Madintah. "Kami telah
melihat bintangnya yang terbit di Timur". Dalam proses pertukaran bunyi,
the ponetic corespondence, itu lazim terjadi
dalam kajian bahasa serumpun. Kaiwanu, menjadi:
Kawbah, dalam bahasa Aram. Dan paralel istilah
bahasa Arabnya, barangkali: Kawakib, Kawkabat.
Artinya sama, bintang atau sebuah bintang. Nah, lebih menarik lagi kalu kita
coba melacak kira-kira adakah makna tertentu dalam "simbols of Babylonian
Astrology". Ternyata ada. Bintang-bintang itu, dalam astrologi Babel
kadang-kadang diidentikkan denagn bangsa-bangsa tetangga mereka, selain
dikaitkan dengan makna lain. Dari hasil penelitian naskah-naskah kuno agama
Babel, Pisces itu lambang the End Times, "zaman akhir". Jupiter sebagai planet
terbesar, the royal planet in Babylonian astrology, melambangkan
The Ruler, Raja atau Penguasa. Sedangkan Saturnus
melambangkan Negara Palestina.6 Jadi,
berdasarkan cara berfikir orang Babel, fenomena perbintangan itu dapat
diartikan: "Seorang Raja, Penguasa telah datang pada zaman akhir ini, di
Palestina". Nah, apakah kira-kira saja orang-orang Majus itu mencari lahirnya
Raja Yahudi itu, berdasarkan makna simbol tersebut?
Wallahu a’lam. Tapi kalau dikait-kaitkan begitu, akhirnya semakin jelas
apakah latar belakang kisah-kisah Natal yang dicatat dalam Injil.
Catatan kaki:
- Warner
Keller, The Bible as History (New York:Bantam Books, 1982), p.363.
- Ibid,
p.360.
- Ibid.
- Risto
Santala, The Messiah in The New Testament in the Light of Rabbinical
Writings (Jerusalem: Keren Ahvah Meshihit, 1996), p.83.
- Warner
keller, Op.Cit., p.362.
- Risto
Santala, Op.Cit., p. 83-84.
|