|
|
FAQ1. Siapakah Orthodoks Syria itu? Orthodoks Syria adalah salah satu Gereja Apostolik yang setia, biasanya disebut Gereja Orthodoks Syria. Gereja ini merupakan gereja yang universal dan penganutnya berasal dari berbagai bangsa (terutama dari Timur Tengah & India). Gereja ini berasal dari daerah Syria kuno dan sekarang ini daerah tersebut meliputi Syria modern, Iraq, Turkey, Lebanon, Yordania, dan Palestina, tetapi berkembang sampai ke daerah paling timur, yaitu India. 2. Dimanakah pusat Gereja Orthodoks Syria? Takhta Patriakhnya berpindah dari kota Antiokhia sejak tahun 518 Masehi, yaitu sejak memasuki era gelap dunia, ke berbagai lokasi dan kemudian menetap di Deyrul-Zafaran monastry, Mardin, Turki hingga abad 13 Masehi. Kemudian setelah melewati masa sejarah kelam dan Perang Dunia II, yang mana seperempat juta jemaatnya terbunuh, Takhta Patriakhnya dipindahkan ke Homs, Syria pada tahun 1933, dan terakhir menetap di Damascus pada tahun 1957 hingga sekarang. 3. Apa bahasanya? Bahasa resminya adalah Syriac, yaitu sebuah dialek dari bahasa Aram – bahasa yang dipakai oleh Sayiddina Isa Almasih dan murid-muridnya. Seluruh liturginya bersumber dari bahasa Syria. Bagaimanapun juga, gereja ini, mengijinkan anggota jemaatnya memakai bahasa setempat berdampingan dengan bahasa Syria. Bahasa liturgisnya telah diterjemahkan kedalam bahasa Arab, Malayalam, Inggris dan Turki. 4. Apakah yang terjadi hingga pengajaran dari Gereja Orthodoks Syria bisa berbeda dengan gereja lain? Konsili Kalsedonia tahun 451 Masehi telah memisahkan Kekristenan menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama yang menerima konsili ini adalah Gereja Katolik (Roma) dan Yunani (Byzantium), sedangkan kelompok lain yaitu Gereja Syria (Antiokhia) dan Gereja Koptik (Alexandria) menolaknya. Kelompok yang satu mengajarkan bahwa Sayiddina Isa Almasih itu dalam dua kodrat, manusia dan Ilahi, sedangkan kelompok yang lain mengajarkan bahwa Sayiddina Isa Almasih itu dari dua kodrat. Menurut Gereja Syria dan Gereja Koptik, rumusan konsili ini kurang sesuai. Pada akhirnya, doktrin Gereja Barat-lah yang memenangkan konsili ini. Perbedaannya hanya mengenai kata “dalam” dan “dari”. Akibat perbedaan kata tersebut maka terpisahlah gereja-gereja tersebut selama berabad-abad hingga hari ini. 5. Apakah Gereja Orthodoks Syria menganut aliran monofisit? TIDAK. Ajaran monofisit merupakan ajaran yang ekstrim berkenaan dengan Kristologis yang diprakarsai oleh Eutyches, yang menegaskan bahwa Almasih hanya satu hakikat saja dan hakikat Ilahinya menenggelamkan hakikat kemanusiaannya. Semua lawan telah menuduh Gereja Orthodoks Syria mendukung monofisit. Sebenarnya ajaran ini sendiri selalu ditentang oleh Gereja Orthodoks Syria. Sayang sekali terminologi ini masih dipakai oleh para pakar. Prof. Sebastian Brock dari Oxford University telah mengusulkan terminologi yang benar yaitu miaphysite untuk disandangkan pada gereja ini. 6. Apakah Gereja Orthodoks Syria itu sebenarnya adalah Gereja Jacobite? TIDAK. Nama ini diberikan oleh musuh Gereja Orthodoks Syria dengan maksud merendahkannya dan berusaha membuat opini bahwa gereja ini didirikan oleh Jacob Baradaeus. Kisahnya adalah sebagai berikut, pada abad keenam, Gereja Orthodoks Syria mengalami penyiksaan dibawah kendali Kekaisaran Byzantium yang memaksakan ajarannya. Pada situasi inilah Jacob Baradaeus tampil. Ia melakukan perjalanan ke daerah Timur dan menetapkan Imam dan Diakon untuk mencegah lenyapnya Gereja ini. Jacob dianggap sebagai pahlwan iman di Gereja Orthodoks Syria, tetapi bukan pendirinya. Perlu diketahui, bahwa Kekristenan Orthodoks Syria yang di Malankara (India) tanpa pikir panjang menyebut diri mereka sebagai Jacobite. Padahal selama berabad-abad mereka disebut Nasrani. Istilah Jacobite pertama kali dikenalkan di Malankara pada abad 19 oleh jemaat Anglikan. Orang-orang Kristen yang gerejanya terpengaruh skisma langsung saja menggunakan terminologi Jacobite tanpa berpikir bahwa ada sisi negatif dari istilah tersebut. 7. Apakah Gereja Orthodoks Syria merupakan satu-satunya gereja asli dari Antiokhia? TIDAK. Ada tahkta kepatriakhan lain di Antiokhia. Berkenaan dengan konsili Kalsedonia tahun 451, Takhta kepatriakhan terpisah menjadi dua kelompok: kelompok yang menolak dan yang menerima konsili tersebut. Pada abad ke enam muncullah perbedaan kepatriakhan tersebut. Gereja Orthodoks Syria menolak Orthodoks Yunani (di Timur Tengah disebut Rum Orthodox) yang mana gereja ini yang menerima hasil konsili kalsedonia. Sekitar abad ke 7, ada perselisihan didalam tubuh Gereja Syria sendiri, pengikut St. Maron di Lebanon membentuk Gereja Maronit dan patriakhnya bergelar, Patriarch of Antioch. Gereja ini kemudian menyatukan diri dengan Gereja Roma. Pada abad ke 18, sebuah kelompok memisahkan diri dari Gereja Rum Orthodoks, kemudian bergabung dengan Gereja Roma Katolik dan membentuk Gereja Yunani Katolik (Rum Catholics). Patriakhnya juga bergelar Patriarch of Antioch. Dalam perempat kedua pada abad yang sama, sebuah kelompok memisahkan diri lagi dari Gereja Orthodox Syria dan mendirikan gereja dengan nama Gereja Katolik Syria, yang berkomuni dengan Gereja Roma. 8. Apa hubungannya Gereja Orthodoks Syria di Antiokhia dengan Gereja Orthodoks Syria di India? Gereja di Malankara (Kerala, India) merupakan bagian dari Gereja Orthodoks Syria. Rasul Tomaslah yang diutus dari Edessa ke India untuk mengabarkan Injil, dan inilah cikal bakal Kekristenan Syria di India. Menurut tradisi, Rasul Tomas tiba di India tahun 52 Masehi dan mati syahid tahun 72 Masehi di kota Mylapore, Chennai (sekarang Madras). Kekristenan di India pada saat itu kental sekali dengan nuansa Syria hingga akhirnya bangsa Portugis memperkenalkan tradisi Latin pada abad 16 Masehi. Pemimpin spiritual dari Gereja Orthodoks Syria Malankara disebut dengan Syriac Orthodox Patriarch of Antioch. Bagaimanapun juga, mereka dengan senang hati menerima penamaan tersebut. Pemimpin lokalnya disebut Catholicos of the East, tapi sekarang ini masih belum terisi. Sumber: http://sor.cua.edu/FAQ/index.html
|
Copyright © 2002
Institute For Syriac Christian Studies
|