Gembala-gembala di Padang Efrata:
Penampakan Messiah di Migdal Eder
"Migdal Eder, Menara Kawanan
Domba, tempat dimana akan terjadi Raja
Messiah akan diwahyukan pada hari-hari
akhir" (Targum Yonathan, Berehit/Genesis 35:21)
"Tahun yang baik pada bulan Tebeth
(Desember)
tidak turun hujan" (Talmud, Ta’anit 6b)
Mungkinkah ada kawanan domba di
padang pada musim dingin?
Dalam
banyak rincian tulisannya, khususnya Kisah Para Rasul, keterangan Lukas
dibuktikan sangat tepat oleh para archeolog akhir-akhir ini. Nah, dalam kaitan
dengan tanggal perayaan Natal, 25 bulan Tebeth/Desember. Lukas menulis: Di
daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal dipadang menjaga kawanan ternak
mereka pada waktu malam (Lukas 2:8). Pertanyaan yang lazim dikemukakan,
"Mungkinkah ada kawanan domba yang digembalakan di padang pada waktu malam di
musim dingin?". Pertanyaan ini, tentu saja memustahilkan penanggalan Gereja
seperti yang sudah kita bahas mengenai tanggal Kelahiran al-Masih.
Pertanyaan itu memang menarik. Tetapi sayang sekali, semua sikap yang cenderung
meremehkan kisah-kisah seperti itu dalam Alkitab, kurang dilengkapi dengan
pemahaman yang memadai mengenai latarbelakang tradisi Yahudi. Khususnya mengenai
pengharapan Yahudi mengenai kedatangan Messiah. Pertanyaan di atas, dapat
dijawab dengan mengemu-kakan 2 fakta dasar sebagi berikut :
Pertama, sesuai dengan pengharapan Yahudi tampaknya yang dimaksudkan Lukas
dengan padang gembala itu bukan padang gembala biasa. Tetapi menunjuk kepada
Migdal Eder, "Menara Kawanan Domba" yang disebut dalam Targum Yonathan.
Latarbelakangnya, seperti dicatat dalam Kejadian 35:16-22. Di situ dikisahkan
tentang kematian Rahel pada waktu ia melahirkan Benyamin, yang lalu dikuburkan
di jalan ke Efrata, yaitu Bethlehem. Kubur Rahel itu ada di Bethlehem hingga
sekarang. Di sebuah bangunan dengan kubah putih, di situ ada Menorah dan tulisan
Ibrani: Qubr Rahel, "kuburan Rahel". Dalam Targum Yonathan, Migdal Eder, "Menara
kawanan domba",[2] tempat Israel memasang kemahnya (Kejadian 35:21), disebut
sebagai tempat Messiah akan dinyatakan. Menurut literatur Yahudi: Mishnah,
Sheki-nah 7,4 domba-domba yang disebut dalam kaitan dengan Migdal Eder itu bukan
domba-domba biasa, tetapi domba-domba kurban Bait Allah, yang dijaga oleh
gembala-gembala khusus pula yang diikat oleh peraturan rabbi-rabbi Yahudi.
Karena itu, letak Migdal Eder menurut keterangan Mishnah tadi di suatu jalan
tertutup dalam perjalanan dari Bethlehem menuju ke Yerusalem. Yang jelas, apa
yang sekarang disebut Sahl al-Ra’wat (The Sepherd s Field) di Beyt Sahour, itu
hanya kira-kira saja. Artinya, jauh dari keterangan yang diberikan Mishnah. Nah,
karena tempat itu memang tempat tertutup, mungkin semacam benteng begitu, maka
"domba-domba di padang itu dibiarkan digembalakan, baik pada saat musim panas
maupun musim hujan". Demikian keterangan yang terbaca dalam Talmud, tractate:
Bezah 40a, Tsepta Bezah 4:6. [3] Nah, untuk ukuran domba-domba biasa di padang
belantara memang tidak mungkin, sebab domba-domba pada umumnya paling lambat
harus kembali dimasukkan dalam kandangnya pada waktu turunnya hujan pertama
(kira-kira bulan Nopember)". Bahwa Bait Allah di Yerusalem mempunyai persediaan
khusus seperti itu, jelas dari fakta bahwa tidak ada upacara Yahudi yang tanpa
kurban hampir dalam semua lingkaran tahun liturgis. Dalam penanggalan liturgi
Yahudi, perayaan yang jatuh pada bulan 25 Kislew sampai 2 Tebeth
(Desember/Januari) adalah Hari Hanuka ("penahbisan Bait Allah"). Hari raya ini
memperingati kemenangan Yuhuda Makabe pada tahun 165-164 sebelum Masehi, karena
kejahatan Anthiokus Epifanes yang menajiskan Baitul Maqdis itu (2 Makabe 10:6).
Dalam Yohanes 10:22 disebutkan bahwa perayaan itu jatuh pada musim dingin. Ciri
khas perayaan ini adalah penyalaan lampu-lampu terang, sehingga sejarahwan
Flavius Yosephus menyebutnya : "Hari Raya Terang" (Antiquities 12:325).[4]
Barangkali dari upacara inilah, ummat Kristen mengadaptasi penyalaan lilin-lilin
dan lampu Natal. Jadi, tidak usah curiga dulu bahwa ritus-ritus Natal itu
asalnya dari paganisme, meskipun kita tidak mengecilkan makna kontekstualisasi
yang dalam pada agama apapun di dunia ini.
Kedua, secara umum biasanya pada musim dingin, maka gembala tidak menggembalakan
domba-dombanya di padang. Ya, ini kan pada umumnya. Apa di dunia ini tidak
pernah terjadi waktu-waktu yang khusus? Jawabnya: Ya, tentu saja pernah terjadi.
Jadi, biasanya memang pada bulan Tebeth/Desember curah hujan sangat besar.
Orang-orang akan menggigil kedinginan bila berada di luar. Tapi, ternyata tidak
selamanya pada bulan Tebeth turun hujan. Nah, kalau saya berkata ada yang luar
biasa, supra-Natural, pasti saya akan diejek tidak ilmiah. Tapi saya berbicara
berdasarkan bukti. Dalam Talmud, Ta’anith 6b, saya membaca: "Tahun baik dalam
bulan Tebeth (Desember) tidak turun hujan". [5] Apa maksud-nya? Ya, memang
pernah terjadi "salah mangsa, salah musim". Dalam hubungan dengan itu, Talmud
malah secara eksplisit mencatat bahwa pada musim dingin: "domba-domba
digembalakan di padang". Untuk lebih mantabnya, saya kutip bahasa Ibraninya:
alu
hen midbariyot. The flocks which pastured in the wilderness. [6] Kini saya mau
bertanya, "Apakah tidak masuk akal apabila kita berfikir bahwa pernah ada waktu
yang disiapkan secara khusus oleh Allah: suasana ramah, hari biak dan cuaca yang
bagus?". Kelahiran Messiah sendiri, Putra Allah yang lahir dari seorang
perempuan Yahudi di Palestina itu terjadi: Fa lama tamma al-Zaman. "When the
fullness of the times had come" (Galatia 4:4). Ya, mungkin penafsiran saya ini
terlalu jauh. Tapi begitulah saya haqqul yaqin, mengimani misteri Ilahi.
Kesimpulan saya, sekali lagi tidak ada yang janggal dengan kelahiran Sayidina
Almasih pada bulan Tebeth/ Desember, sebagaimana yang ditetapkan dalam hitungan
liturgi Gereja selama ini.
Catatan kaki:
1. Migdal Eder, "Menara Kawanan Domba" ini mempunai makna penting dalam
pengharapan Mesianik Yahudi. Tempat itu letaknya antara Bethlehem menuju ke
Yerusalem, dan itu bukan padang biasa seperti yang saya buktikan dalam tulisan
ini.
2. Alfred Edhersheim, The Life and Times of Jesus The Messiah (Hendrickson
Publisher, 1995), pp. 130.
3. Ibid, p. 131.
4. William Wiston, A.M. (ed.), The Works of Flavius Josephus (Philadelpia: J.B.
Lippicott & Co, 1872), p. 421.
5. Alfred Edersheim, Loc. Cit.
6. Alfred Edersheim dalam bukunya juga mengutip hasil penelitian Dr. Chaplin,
Palestinian Exploration, Januari 1883. Rata-rata pada pertengah-an bulan musim
dingin di Palestina, curah hujan mencapai 4.718 inci pada bulan Desember, 5.479
inci pada bulan Januari, dan 5.207 inci pada bulan Pebruari. Jadi sangat dingin.
Tetapi pernah terjadi pada tahun 1876-1877 kita mendapatkan angka-angka yang
mengejutkan: 0.490 inci pada pertengahan Desember, 1.595 inci pada bulan
Pebruari, dan 8.750 pada bulan Pebruari. Jadi, bukan mustahil keterangan Talmud:
"Tahun yang baik dalam bulan Tebeth tanpa Hujan", terjadi pada saat kelahiran
Yesus (Ibid).
Sumber: Noorsena, Bambang, Renungan-renungan
Idul Milad (Natal) di Tanah Suci Israel/Palestina, [Malang: Studia Syriaca
Orthodoxia,1999], pp. 37-41