Konsekuensi Pengakuan Kebenaran Semua agama Bagi Umat Islam
Pendapat-pendapat para mutajaddid yang membenarkan semua agama, membawa konsekuensi yang sangat besar terhadap kelurusan aqidah umat. Disadari atau tidak, para mutajaddid tersebut telah menjadi corong orang-orang kafir yang memang menginginkan untuk menggoyang aqidah ummat. Orang-orang kafir musuh-musuh Islam, tahu persis, bahwa kekuatan umat memang terletak pada aqidah, sehingga untuk memandulkan umat, dibuatlah rekayasa untuk membuat umat ragu terhadap aqidahnya sendiri. Liciknya, upaya tersebut mereka lakukan dengan meminjam tangan orang-orang Islam sendiri !.
Pandangan bahwa semua agama benar, akan membuat semacam justifikasi bagi orang-orang Islam yang berkehendak pindah agama. Toh, apapun agama yang akan dianutnya adalah benar, tidak lepas dari iman dan dia tetap terjamin dapat masuk surga. Inikah yang diinginkan Gus Dur dengan menganjurkan penyelarasan wawasan Islam dengan Deklarasi Universal HAM yang mengakui pindah agama sebagai hak asasi ?.
Islam memang tidak menghalangi sekaligus memaksa non muslim untuk memeluk agama Islam (QS. Al Kahfi:29 dan Al Baqarah:256). Namun seorang yang telah memeluk agama Islam tidak diperbolehkan Allah untuk murtad.
Firman Allah yang artinya :
"Siapa saja diantara kamu yang murtad dari agamanya, lalu ia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah orang yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya "(QS Al Baqarah:217).
Bahkan Rasulullah bersabda : "Siapa saja yang mengganti agama (Islam)nya, maka bunuhlah dia" (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim dan Ashhabus-sunan).
Penyamaan kebenaran semua agama juga akan melahirkan sinkritisme, pencampur-adukan ajaran agama. Seorang muslim tidak akan merasa berdosa menghadiri perayaan-perayaan Natal, meramaikan hari Valentine, mengikuti misa-misa agama Nasrani di gereja (seperti yang sering dilakukan Aqil Siradj) atau bersembahyang di pura (ingat Megawati!). Mudah sekali umat terpedaya slogan toleransi beragama sehingga melupakan aturan agamanya sendiri. Padahal Allah jelas-jelas melarang hal ini. Firman Allah yang artinya : " Dan janganlah kamu campur adukkan yang haq dengan yang batil, dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedangkan kamu mengetahui. " (QS. Al Baqarah : 42).
Bukti nyata pelarangan sinkritisme ini adalah marahnya Rasul ketika melihat Umar bin Khathab membaca selembar tulisan Taurat. Raulullah bersabda, " Tidak cukupkah apa yang kubawa, wahai Umar? Andaikan saudaraku Musa masih hidup saat ini niscaya dia akan mengikutiku".
Terakhir, konsekuensi dari pandangan benarnya semua agama ini akan mengebiri misi dawah Islam kepada orang-orang non muslim. Umat Islam akan berhenti mengemban dawah kepada orang-orang kafir, padahal dawah sudah seharusnya mendarah daging pada umat, sebagaimana yang telah terjadi pada proses masuknya Islam di Indonesia berabad-abad lamanya. Inilah salah satu bentuk sabotase misi dawah Islam dari musuh-musuh Islam, sementara dari pihak orang-orang kafir justru mereka berpesta pora berebut mengkafirkan umat Islam sehingga kuat barisan mereka !.
Khatimah
Umat Islam seharusnya meyakini bahwa Islamlah satu-satunya agama yang benar. Keyakinan ini tidak berarti kemudian umat menjadi ekstrim dan memusuhi agama-agama lain. Kita bisa mendapatkan bukti, bahwa kaum muslim berabad-abad dapat hidup damai di bawah pengayoman Daulah Islam. Bahkan sampai saat ini, dimanapun kaum muslimin menjadi mayoritas, maka penduduk non muslim dapat hidup tentram tanpa gangguan. Kalaupun terjadi konflik, pemicunya pasti dari orang-orang non muslim itu sendiri. Jadi sesungguhnya tidak perlu Nurchholish Madjid, Abdurrachman Wahid, Aqil Siradj, Sobari, atau siapapun mendoktrinkan pluralisme dan toleransi dengan mengendorkan pegangan umat terhadap aqidahnya.
Mereka pun hendaknya menyadari bahwa segala propaganda yang mereka lakukan adalah salah satu skenario musuh-musuh Islam untuk mengahncurkan Islam, memadamkan cahaya allah dan menutup-nutupi kebenaran. Kiranya kaum muslimin tetap waspada dengan peringatan Allah dalam Firman-Nya :
" Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan ucapan-ucapan mereka, namun Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai " (QS. At Taubah : 32).