M Y A R T I C L E S
Baca aja yach.. siapa tau pikiran kita jadi bisa lebih 'fresh' abis yang satu ini...
10 PENYAKIT
KRONIS
oleh: Louis Binstock
1.
Menyalahkan orang lain.
Itu penyakit P dan K, yaitu Primitif
dan Kekanak-kanakan.
Menyalahkan orang lain adalah pola pikir orang primitif. Di
pedalaman Afrika, kalau ada orang yang sakit, yang dipikirkan adalah: Siapa nih
yang nyantet? Selalu "siapa". Bukan "apa" penyebabnya, tapi
"siapa".
Bidang kedokteran modern selalu mencari tahu "apa" sebabnya, bukan
"siapa". Jadi kalau kita berpikir menyalahkan orang lain, itu
sama dengan sikap primitif. Pakai koteka aja deh, nggak usah pakai dasi dan jas.
Kekanak-kanakan. Kenapa? Anak-anak selalu nggak pernah mau disalahkan. Kalau
ada piring yang jatuh: "Adik 'tuh yang salah", atau " Mbak 'tuh
yang salah". Anda pakai celana monyet aja kalau bersikap begitu.
Kalau kita manusia yang berakal dan dewasa.. selalu mencari sebab, kenapa
demikian, sebabnya apa ini?.
2.
Menyalahkan diri sendiri.
Menyalahkan diri sendiri
bahwa dirinya merasa tidak mampu. Anda pernah mengalaminya? Kalau anda
bilang tidak pernah, berarti anda bohong sama saya. "Ah, dia sih bisa,
dia ahli, dia punya jabatan, dia berbakat dlsb. Lha saya ini apa?, wah saya
nggak bisa deh. Dia S3, lha saya SMP, wah nggak bisa deh. Dia punya waktu
banyak, saya sibuk, pasti nggak bisa deh. Penyakit ini seperti kanker,
tambah besar, besar didalam diri sehingga bisa mencapai
"improper guilty feeling". Jadi walau yang salah partner,
anak buah, atau bahkan atasan, berani bilang:
" Saya kok yang memang salah, tidak mampu dlsb".
Penyakit ini pelan-pelan bisa membunuh kita. Merasa inferior, kita tidak punya
kemampuan. Kita sering membandingkan keberhasilan orang lain dengan
kekurangan kita. Penyakit ini tidak akan memecahkan persoalan, menutupi
kelemahan. Insting kita selalu tidak mau terlihat lemah.
3. Tidak
punya goal / cita-cita.
Kita sering terpaku dengan
kesibukan kerja, tetapi arahnya tidak jelas. Sebaiknya kita selalu mempunyai
target kerja dengan milestone. Target jangka panjang dan jangka pendek
secara tertulis.
Ilustrasi: Ada anjing jago lari yang sombong. Apa sih yang nggak bisa
saya kejar, kuda aja kalah sama saya. Kemudian ada kelinci lompat-lompat,
kiclik, kiclik, kiclik.
Temannya bilang: "Nah tuh ada kelinci, kejar aja".
Dia kejar itu kelinci, wesss...., kelinci lari lebih kencang, anjingnya
ngotot ngejar dan kelinci lari sipat-kuping (sampai nggak dengar/peduli apa-apa), dan
akhirnya nggak terkejar, kelinci masuk pagar.
Anjing kembali lagi ke temannya dan diketawain. "Ah lu, katanya jago lari, sama
kelinci aja nggak bisa kejar. Katanya lu paling kencang".
"Lha dia goalnya untuk tetap hidup sih, survive, lha gua goalnya untuk
"fun" aja sih. Kalau "goal" kita hanya untuk
"fun", isi waktu aja, ya hasilnya cuma terengah-engah saja.
4.
Mempunyai "goal", tapi salah.
Biasanya dialami oleh orang
yang tidak "teachable". Goalnya salah, fokus kita juga salah, jalannya
juga salah, arahnya juga salah.
Ilustrasi: Di Beijing ada pemuda yang terobsesi dengan emas, karena
pengaruh tradisi yang mendewakan emas.
Pemuda ini pergi ke pertokoan dan mengisi karungnya dengan emas dan seenaknya
ngeloyor pergi.
Tentu saja ditangkap polisi dan waktu ditanya, jawabnya: Pokoknya saya mau
emas, saya nggak mau lihat kiri-kanan.
5.
Mengambil jalan pintas, short cut.
Keberhasilan tidak pernah
dilalui dengan jalan pintas. Jalan pintas tidak membawa orang ke kesuksesan yang
sebenarnya, real success, karena tidak mengikuti proses. Kalau kita
menghindari proses, ya nggak matang,
kalaupun matang ya dikarbit. Jadi, tidak ada tuh jalan pintas.
Ronaldo jadi pemain sukses dengan latihan 6 jam per hari. Pemain
bulutangkis Indonesia bangun jam 5 pagi, lari keliling Senayan, melakukan smash
1000 kali. Itu bukan jalan pintas. Nggak ada orang yang leha-leha tiap hari
pakai sarung, terus tiba-tiba jadi juara bulu tangkis. Nggak ada ! Kalau
anda disuruh taruh uang 1 juta, dalam 3 minggu jadi 3 juta, masuk akal
nggak tuh? Nggak mungkin !. Karena hal itu melawan kodrat.
6.
Mengambil jalan terlalu panjang, terlalu santai.
Analoginya begini: Pesawat
terbang untuk bisa take-off, harus mempunyai kecepatan minimum.
Pesawat Boeing 737, untuk dapat take-off, memerlukan kecepatan minimum 300
km/jam. Kalau kecepatan dia cuma 50 km/jam, ya cuma ngabis-ngabisin avtur aja,
muter-muter aja. Lha kalau jalannya, runway-nya lurus anda cuma pakai
kecepatan 50 km/jam, ya nggak bisa take-off, malah nyungsep. Iya kan?
7.
Mengabaikan hal-hal yang kecil.
Dia maunya yang besar-besar,
yang heboh, tapi yang kecil-kecil nggak dikerjain. Dia lupa bahwa struktur
bangunan yang besar, pasti ada komponen yang kecilnya. Maunya yang hebat
aja. Mengabaikan hal kecil aja nggak boleh, apalagi mengabaikan orang kecil.
8.
Terlalu cepat menyerah.
Jangan berhenti kerja pada
masa percobaan 3 bulan. Bukan mengawali dengan yang salah yang bikin orang gagal,
tetapi berhenti pada tempat yang salah. Mengawali dengan salah bisa
diperbaiki, tetapi berhenti di tempat yang salah repot sekali.
9.
Bayang-bayang masa lalu.
Wah puitis sekali, saya suka
sekali dengan yang ini. Karena apa ? Kita selalu penuh memori kan ?. Apa yang
kita lakukan, masuk memori kita, lalu membuat, minimal sebagai pertimbangan
kita untuk langkah kita berikutnya.
Apalagi kalau kita pernah gagal, nggak berani untuk mencoba lagi. Ini bisa
balik lagi ke penyakit nomer-3.
Kegagalan sebagai akibat bayang-bayang masa lalu yang tidak terselesaikan dengan
semestinya.
Itu bayang-bayang negatip. Bayang bayang positip juga ada, jadi ngocol, orang
sukses dia.
Masa depan kadang-kadang menakutkan, karena kita nggak tahu kan ?
Memori kita kadang-kadang sangat membatasi kita untuk maju ke depan. Kita
kadang kadang lupa bahwa hidup itu maju terus. "Waktu" itu maju 'kan? Ada
nggak yang punya jam yang jalannya terbalik ?? Nggak ada kan ?
Semuanya maju, hidup itu maju. Lari aja ke depan, kalaupun harus jatuh, pasti ke
depan kok.
Orang yang berhasil, pasti pernah gagal. Itu memori negatip yang menghalangi
kesuksesan.
Ada juga memori kesuksesan yang juga bisa menjadi penyakit seperti penyakit
nomer 10 ini.
10.
Menghipnotis diri dengan kesuksesan yang kadang-kadang semu.
Biasa disebut Psaudo
Success Syndrome. Kita dihipnotis dengan itu. Kita kalau pernah
berhasil dengan sukses kecil, terus berhenti, nggak kemana-mana. Ilusi dari
sukses.
Napoleon menyatakan: " Saat yang paling berbahaya datang bersama dengan
kemenangan yang besar".
Itu saat yang paling berbahaya, karena orang lengah, mabuk kemenangan.
Jangan terjebak dengan goal-goal hasil yang kecil, karena kita akan menembak
sasaran yang besar,
goal yang jauh. Jangan berpuas diri, ntar jadi sombong, terus takabur. Sok jago.
Disadur dari http://www.tanpatembok.com/
--------------------------------------------------------------------------------------------
p.s. Untuk artikel yang lain... tunggu minggu depan...
kalo kamu punya artikel yang seru, bagi-bagi donk. Kirim via e-mail yaa...
--------------------------------------------------------------------------------------------