2. DIAGNOSIS ANOMALI KONGENITAL
DENGAN TOMOGRAFI TERKOMPUTER
Ventrikulografi (VG) dengan udara atau kontras positif,
dan pneumoensefalografi (PEG) pernah menjadi tindakan
yang berharga pada diagnosis anomali kongenital SSP.
Prosedur ini invasif dan tidak dapat dilakukan tanpa
merubah TIK. Angiografi serebral memperlihatkan pembu-
luh serebral dan hubungannya dengan struktur anatomi
intrakranial tanpa merubah tekanan CSS. Tehnik ini te-
tap tak bisa disingkirkan untuk mendiagnosis malformasi
vaskuler, arsitekturnya dan untuk pemeriksaan prabedah
atas hubungan antara lesi kongenital dengan pembuluh
yang bersangkutan.
CT scan adalah metoda pemeriksaan SSP yang nonin-
vasif. Pemakaian untuk diagnosis dan perawatan anomali
kongenital SSP telah menggantikan VG dengan udara dan
PEG. Saat ini kebanyakan diagnosis radiologis anomali
kongenital SSP berdasar pada CT scan dan angiografi se-
rebral.
Kebanyakan anomali kongenital secara morfologis
memperlihatkan perubahan rongga CSS dan karenanya mudah
tampak pada CT scan. Patologi rongga CSS termasuk ber-
bagai anomali perkembangan seperti hipoplasia dan lesi
destruktif. Keadaan ini dapat diklasifikasikan kedalam
empat kelompok; (1) hidrosefalus, (2) rongga CSS abnor-
mal, (3) rongga ekstra digaris tengah, dan (4) disgene-
sis jaringan serebral. Hidrosefalus adalah abnormalitas
rongga CSS karena perubahan yang diperlihatkan oleh CT
scan. Secara patofisiologi disebabkan tidak hanya oleh
perubahan ruang CSS, namun juga oleh parenkhima otak.
Kadang-kadang perubahan pada rongga CSS terjadi sekun-
der terhadap perubahan parenkhim. Hidrosefalus dan dis-
genesis jaringan serebral tampil sebagai dilatasi ruang
CSS normal pada CT scan; rongga ekstra digaris tengah
mungkin ditemukan sebagai rongga CSS persisten yang bi-
asanya menghilang. Rongga CSS abnormal adalah rongga
yang baru, jadi tidak merupakan bagian dari ruang CSS
normal yang sebenarnya.
Diagnosis anomali kongenital SSP menjadi mudah se-
cara progresif sejak adanya CT scan. Diagnosis klinis
anomali kongenital harus termasuk penentuan pengobatan
yang mungkin serta prognosisnya. Konsekuensinya pema-
haman atas perkembangan SSP serta anomalinya dan pato-
fisiologi dari setiap anomali adalah penting dalam di-
agnosis anomali SSP kongenital. Juga penting pada pen-
dekatan klinik terhadap setiap anomali untuk menilai
ukuran kepala dan mendeteksi setiap peninggian TIK.
Perkembangan fungsi otak harus dinilai secara bersama-
an. Walau perubahan morfologi dapat diperlihatkan leng-
kap oleh CT scan, ada beberapa tes untuk menilai fungsi
otak. Tes developmental quotient (DQ) dan intelligence
qoutient (IQ) biasanya digunakan untuk mengetahui fung-
si otak.
Diagnosis akurat anomali kongenital karenanya ter-
gantung pada hubungan antara temuan CT scan dengan gam-
baran klinik. Diagnosis klinik harus termasuk penilaian
akan kemungkinan pengobatan serta penentuan prognosis
sebagai tambahan terhadap penentuan penyakit.