ILMU BEDAH SARAF


Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon.
saanin@padang.wasantara.net.id
Ka. SMF Bedah Saraf RSUP. Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang.




Cari dalam ejaan/bahasa Indonesia di situs ini :
Search term:
Case-sensitive - yes
exact fuzzy

4. TUMOR INTRAKRANIAL
**Pendahuluan
A. Tumor Intrinsik Hemisfer Serebral
B. Tumor Ekstrinsik Hemisfer Serebral
C. Tumor Intrinsik Fossa Posterior
D. Tumor Ekstrinsik Fossa Posterior
E. Tumor Seller/Supraseller
F. Tumor Regio Pineal
G. Tumor Sistema Ventrikuler
H. Tumor Orbita
 
KEMBALI KEHALAMAN UTAMA
 

 TUMOR EKSTRINSIK FOSSA POSTERIOR
        
        
        NEURINOMA AKUSTIKA / NEUROFIBROMA     
        
        Tumor selubung saraf adalah tumor infratentorial terse- 
        ring, merupakan  enam persen dari semua tumor intrakra- 
        nial primer. Biasanya tampak pada usia menengah  (40-50 
        tahun) dan terjadi lebih sering pada wanita.
             Adalah tumor yang jinak, tumbuh lambat yang  teru- 
        tama terjadi pada bagian vestibuler saraf kranial  VIII 
        dan terletak disudut serebelopontin; daerah bentuk baji 
        dikelilingi tulang petrosa, pons, dan serebelum. Jarang 
        timbul dari saraf kranial V.
        
        
        Patologi
        
        Terdapat dua jenis tumor selubung saraf:
        
        Neurinoma (sin. neurilemmoma, schwannoma): tumbuh  dari 
        sel Schwann, namun tumbuh pada permukaan batang saraf.
        
        Neurofibroma: juga tumbuh dari sel Schwann, namun melu- 
        as difus pada batang saraf, memisahkan serabut dan  fa- 
        sikulus saraf.
             Neurofibroma  merupakan bagian penyakit von  Reck- 
        linghausen dan mungkin berhubungan dengan lesi lain se- 
        perti  meningioma, stenosis akuaduktus, bercak cafe  au 
        lait.  Neurinoma biasanya lesi soliter, namun pada  von 
        Recklinghausen dapat dijumpai tumor multipel. Perubahan 
        maligna terkadang terjadi, lebih sering pada  neurofib- 
        roma.
        
        
        Gambaran klinis
        
        Pasien dengan tumor akustika sering mengeluh nyeri  ok- 
        sipital pada sisi tumor. Sebagai tambahan dapat  dijum- 
        pai kerusakan saraf VIII menyebabkan tuli sensorineural 
        progresif bertahap, yang ditemukan dalam beberapa bulan 
        atau tahun. Vertigo jarang dikeluhkan karena pertumbuh- 
        an tumor yang perlahan memungkinkan kompensasi. Hal se- 
        rupa, tinnitus biasanya minimal.
             Kelemahan fasial secara mengejutkan jarang terjadi 
        walau jelas terjadi penekanan saraf VII. Kerusakan  sa- 
        raf IX, X dan XII jarang terjadi namun terkadang  tumor 
        yang besar menyebabkan kesulitan menelan, perubahan su- 
        ara dan kelemahan palatal. Kerusakan saraf V  menyebab- 
        kan nyeri fasial, baal dan parestesia. Depresi  refleks 
        korneal adalah tanda dini yang penting.
             Penekanan  akuaduktus dan ventrikel  keempat  bisa 
        menyebabkan  hidrosefalus dengan tanda dan  gejala  pe- 
        ninggian TIK. Tumor yang besar dapat menekan  serebelum 
        dan  menyebabkan ataksia, inkoordinasi ipsilateral  dan 
        nistagmus. Kerusakan pontin berakibat hemiparesis  kon- 
        tralateral.
        

        Pemeriksaan
        
        Tes neuro-otologis: audiometri, tone decay, lodness re- 
        cruitment, diskriminasi suara, brain stem auditory evo- 
        ked  potential, membantu membedakan tuli karena defisit 
        konduktif atau karena defisit sensorineural, baik defi- 
        sit  kokhlear maupun retrokokhlear seperti tumor  akus- 
        tik. Tes kalorik; secara tidak tetap menunjukkan  tiada 
        atau terganggunya respons pada sisi yang terkena.
        
        
        Tomografi  meatus  auditori  internal  (MAI):   mungkin 
        memperlihatkan erosi dan dilatasi pada sisi yang terke- 
        na.
        
        CT scan: Sering tampak dilatasi MAI. Kontras i.v.  ada- 
        lah penting karena tumor akustika sering isodens. Sete- 
        lah pemberian kontras, tumor sangat diperkuat dan  ter- 
        letak dekat MAI. Daerah sistik berdensitas rendah  ter- 
        kadang tampak. Pasien dengan kompresi ventrikel keempat 
        mungkin  memperlihatkan dilatasi ventrikel  ketiga  dan 
        ventrikel lateral.
             CT scan metrizamida: pemasukan kontras  kesisterna 
        basal  (melalui pungsi lumbar atau sisternal)  membantu 
        memastikan  tumor akustika kecil yang muncul dari  MAI. 
        Pilihan  lain, insuflasi udara dapat digunakan.  Tehnik 
        CT scan ini menggantikan ensefalografi miodil; kegagal- 
        an miodil memasuki MAI, secara tak langsung menunjukkan 
        adanya tumor akustika.
        
        Pemeriksaan  CSS: Sering memperlihatkan  kadar  protein 
        tinggi, yaitu hingga 10g/l. Pungsi kontraindikasi untuk 
        tumor yang besar.
        
        
        Pengelolaan
        
        Tindakan terhadap tumor akustika adalah pengangkatan o- 
        peratif.  Pendekatan konservatif tidak memberikan  apa-
        apa; risiko operasi tergantung ukuran tumor, makin  be- 
        sar tumor, makin besar mortalitas operasi dan makin ke- 
        cil kesempatan untuk mempertahankan fungsi saraf VII.
        
        
        Tehnik
        
        Pendekatan fossa media: Retraksi lobus temporal  menam- 
        pilkan tumor akustik dan saraf fasial dari bawah.  Ten- 
        torium serebeli dan sinus petrosus superior  dipisahkan 
        bila perlu.
        
        Pendekatan translabirintin: Pendekatan melalui sel uda- 
        ra mastoid dan labirin memungkinkan identifikasi segera 
        saraf fasial; diikuti dekompresi tumor dan pengangkatan 
        tumor.
        
        Pendekatan  suboksipital: Sudut serebelopontin  dicapai 
        dari bawah dengan membuka tulang oksipital dan  retrak- 
        si serebelum.
             Debulking tumor membantu diseksi kapsul tumor dari 
        jaringan  sekitarnya, termasuk saraf fasial.  Menggerus 
        menjauhi atap meatus internal menampilkan tumor dan sa- 
        raf fasial yang terletak didalam kanal.
        
             Semua cara mempunyai alasan masing-masing.  Terba- 
        tasnya  lapang pandang atas struktur batang  otak  pada 
        pendekatan translabirintin tidak layak untuk tumor yang 
        besar. Tak dapat dielakkan bahwa pendekatan ini merusak 
        pendengaran. Pada tumor yang sangat kecil (yang  biasa- 
        nya timbul dari bagian vestibuler saraf),  pengangkatan 
        hati-hati  melalui jalan suboksipital mungkin  menyela- 
        matkan fungsi saraf kokhlear seperti juga fasial.
        
        
        Hasil
        
        Tingkat mortalitas berhubungan dengan ukuran tumor  dan 
        mencapai  20 persen pada tumor sangat  besar.  Kematian 
        biasanya  akibat  kerusakan struktur  vaskuler  penting 
        (seperti arteria serebeler anterior inferior) atau aki- 
        bat pembengkakan serebelum pasca bedah. Insidens penga- 
        manan  saraf fasial juga tergantung ukuran tumor.  Pada 
        kebanyakan  pasien dengan tumor kecil (misal dibawah  2 
        sm) integritas saraf fasial dapat dipertahankan, diban- 
        dingkan dengan 20 persen pada tumor besar (misalnya le- 
        bih  dari  4 sm), walau pemulihan mungkin  perlu  waktu 
        berbulan-bulan.  Penutupan  kelopak  mata  tak  lengkap 
        mungkin  memerlukan tarsorafi untuk  mencegah  ulserasi 
        kornea.  Bila palsi saraf fasial  menetap,  anastomosis 
        hipoglosal-fasial  mungkin memberikan  perbaikan  hasil 
        akhir kosmetik. 
             Kesulitan menelan akibat kerusakan saraf kranial X 
        jarang menetap; pemberian cairan i.v. atau oral  dengan 
        hati-hati selama periode ini akan mencegah aspirasi.
             Pada  10-30 persen pasien, pengangkatan tumor  tak 
        lengkap berakibat rekurensi tunda dan memerlukan opera- 
        si  selanjutnya. Pada orang tua, pengangkatan  subtotal 
        intrakapsuler intensional mungkin merupakan  pendekatan 
        yang paling aman.
        
        
        NEURINOMA TRIGEMINAL
        
        Neuronoma jarang berasal dari ganglion trigeminal  atau 
        akar saraf. Ia terletak difossa media atau meluas kesu- 
        dut serebelopontin, menekan struktur sekitarnya:  sinus 
        kavernosa, otak tengah dan pons, serta mengerosi  apeks   
        tulang petrosa.
             Gambaran klinis biasanya berjalan lama: nyeri  fa- 
        sial, parestesi, dan baal. Kompresi struktur fossa pos- 
        terior berakibat nistagmus, ataksia dan hemiparesis.
             Foto  polos tengkorak memperlihatkan  erosi  apeks 
        petrosa dan CT scan memperlihatkan lesi yang  diperkuat 
        meluas ke fossa media dan posterior.
        
        Pengelolaan
        
        Pengangkatan operatif, bahkan subtotal, memberikan  ke- 
        untungan  dalam jangka lama. Tumor dicapai baik melalui 
        fossa media atau melalui kraniektomi suboksipital, ter- 
        gantung daerah predominan.
        
        
        MENINGIOMA
        
        Sekitar delapan persen dari semua meningioma  intrakra- 
        nial terjadi difossa posterior.
        
        
        Gambaran Klinis
        
        Sangat tergantung lokasi tumor. Yang timbul diatas kon- 
        veksitas  serebeler  mungkin tidak  menampilkan  gejala 
        hingga massa mengobstruksi aliran CSS. Meningioma  yang 
        terjadi  disudut serebelopontin mungkin mengenai  semua 
        saraf  kranial  dari V hingga VIII.  Meningioma  klivus 
        mungkin tampil dengan palsi saraf VI bilateral  sebelum 
        penekanan pontin menyebabkan tanda traktus panjang.
             Tumor  yang  tumbuh pada foramen  magnum,  menekan 
        sambungan servikomedullari, menimbulkan efek khas:  ke- 
        lemahan piramidal dimulai dengan mengenai lengan  ipsi- 
        lateral, diikuti tungkai ipsilateral, menyebar keanggo- 
        ta kontralateral dengan pertumbuhan tumor selanjutnya.
        
        
        Pemeriksaan
        
        CT scan mengidentifikasi lokasi tepat tumor. Kebanyakan 
        meningioma menguat homogen dengan kontras. Pada CT scan 
        sudut  serebelopontin, tiadanya dilatasi MAI  mendukung 
        diagnosis meningioma dibanding neurinoma akustik.
        
        
        Pengelolaan
        
        Seperti meningioma supratentorial, sasaran tindakan  a- 
        dalah  pengangkatan tumor lengkap.  Difossa  posterior, 
        terkenanya  saraf kranial membuatnya menjadi sulit  dan 
        mengesalkan.
        
        
        SISTA EPIDERMOID/DERMOID
        
        Sista  yang berasal embriologis, terjadi dari sel  yang 
        seharusnya  menjadi epidermis atau dermis.  Paling  se- 
        ring  terjadi disudut serebelopontin, namun  bisa  juga 
        disekitar  sisterna supraseller, ventrikel lateral  dan 
        fisura Sylvian, sering meluas dalam kejaringan otak.
        
        
        Patologi
        
        Tergantung sel asal.
        
        Epidermoid (epidermis)): dinding sista tipis transparan 
        sering melekat erat kejaringan sekitar. Isinya:  debris 
        yang berkeratinisasi serta kristal kolesterol membentuk 
        tampilan putih 'pearly'.
        
        Dermoid (dermis): serupa diatas, namun lebih tebal, dan 
        sebagai  tambahan, berisi folikel rambut  dan  jaringan 
        kelenjar.  Sista dermoid garis tengah terletak  difossa 
        posterior sering berhubungan dengan kulit permukaan me- 
        lalui defek tulang. Ini merupakan jalur potensial untuk 
        infeksi.
        
        
        Gambaran KLinis
        
        Bila terletak disudut serebelopontin, sista  dermoid/e- 
        pidermoid sering menyebabkan neuralgia trigeminal.  Te- 
        muan  neurologis berkisar dari depresi refleks  korneal 
        hingga palsi saraf kranial multipel. Ruptur dan  terle- 
        pasnya kolesterol keruang subarakhnoid berakibat  meni- 
        ngitis  kimia  yang berat dan terkadang  fatal.  Adanya 
        'dimple' suboksipital bersamaan dengan serangan mening- 
        itis infektif, harus meningkatkan kecurigaan sista der- 
        moid fossa posterior dengan fistula kutanosa.
        
        
        Pemeriksaan
        
        CT  scan memperlihatkan lesi densitas rendah yang  khas 
        (sering  densitas 'lemak'), tak berubah setelah  pembe- 
        rian kontras, atau memperlihatkan hanya sedikit  pengu- 
        atan perifer. Mungkin terdapat kalsifikasi.
        
        
        Tindakan
        
        Perlengketan  dinding  sista kestruktur  penting  jelas 
        mencegah pengangkatan lengkap, namun evakuasi isi  mem- 
        berikan perbaikan gejala. Rekoleksi debris yang  berke- 
        ratinisasi memerlukan beberapa tahun.