2. OPERASI UNTUK GERAKAN ABNORMAL
1. Penyakit Parkinson
Operasi diindikasikan untuk pasien:
1. Pasien tak dapat mentolerasi dosis terapeutik L-Dopa
karena dispepsia atau diskinesia.
2. Kelainan hanya mengenai satu sisi tubuh.
Untuk pasien-pasien ini lesi stereotaktik dilakukan
pada talamus ventro-lateral dengan akibat pengurangan
tremor dan rigiditas anggota gerak sisi berlawanan
Risiko terjadinya hemiplegia (dan gangguan bicara bila
operasi dilakukan pada hemisfer dominan) adalah kecil.
Risiko bertambah bila pasien mendapatkan tindakan
bilateral.
2. Tremor Intensi
Tremor intensi dapat terjadi pada kasus lanjut
sklerosis diseminata seperti juga yang timbul sebagai
keadaan ideopatik pada beberapa pasien usia pertengahan
dan tua. Kelompok ini dapat ditolong dengan talamotomi,
namun hasilnya kurang dapat diperkirakan pada sklerosis
multipel dimana kerusakan acak jaringan otak sudah
terjadi dan akan terjadi.
3. Tortikolis Spasmodik
Pernah dianggap sebagai kasus psikotik, namun kini
diperkirakan organik. Tindakan bedah bisa sentral atau
perifer:
1. Talamotomi stereotaktik dilakukan pertama-tama pada
sisi yang berlawanan dengan arah putaran kepala.
Tindakan bilateral harus mengingat kemungkinan gangguan
bicara.
2. Denervasi otot yang bertanggung-jawab atas gerakan
otot abnormal didapat dengan memutus saraf aksesori
spinal difosa posterior dan akar motor servikal atas.
Distonia torsi mungkin menunjukkan bentuk yang
lebih luas dari kelainan yang bertanggung-jawab untuk
tortikolis spasmodik serta sebagian perbaikan atas
gerakan abnormal dapat dicapai dengan talamotomi
stereotaktik.
4. Spasme Hemifasial
Adalah sentakan intermiten yang tak terkontrol otot-
otot pada satu sisi muka menyebabkan gangguan fisik dan
psikologis. Penyebab tidak diketahui walau ahli bedah
saraf telah mendapatkan kelainan anatomi vaskuler pada
sudut serebelo-pontin yang menyebabkan arteria atau
vena menyentuh dan mungkin menekan saraf fasial. Bentuk
kelainan itu digunakan juga untuk menjelaskan neuralgia
trigeminal dan glosofaringeal.
Tindakan bedah:
1. Pemutusan lengkap atau sebagian saraf fasial setelah
ia meninggalkan foramen stilomastoid.
2. Penusukan jarum pada saraf melalui telinga tengah.
3. Mengatur lagi posisi pembuluh darah dekat saraf
fasial difosa posterior. Keberhasilan tindakan ini
mungkin sebanding dengan akibat dari manipulasi
saraf yang terkena.