ILMU BEDAH SARAF


Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon.
saanin@padang.wasantara.net.id
Ka. SMF Bedah Saraf RSUP. Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang.

Cari dalam ejaan/bahasa Indonesia di situs ini :
Search term:
Case-sensitive - yes
exact fuzzy

3. ANOMALI SUSUNAN SARAF PUSAT
A. Perkembangan dan Anomali S.S.P
B. Diagnosis Anomali Kongenital dengan CT Scanning
C. Ukuran Kepala Abnormal
D. Hidrosefalus Kongenital
E. Malformasi Serebral
F. Malformasi Serebeler
G. Disrafisme
H. Kraniosinostosis
I. Anomali Kraniovertebral
J. Sindroma Neurokutanosa (Fakomatosis)
K. Malformasi Vaskuler
L. Tumor Otak Kongenital
 
KEMBALI KEHALAMAN UTAMA
 

        4. HIDROSEFALUS KONGENITAL
        
        Hidrosefalus  adalah keadaan dimana  terjadi  akumulasi 
        CSS yang berlebihan pada satu atau lebih ventrikel  dan 
        ruang subarakhnoid. Bila akumulasi CSS yang  berlebihan 
        terjadi  diatas hemisfer serebral, keadaan ini  disebut 
        higroma subdural atau koleksi cairan subdural. Pada ka- 
        sus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada  sis- 
        tema ventrikuler, keadaan ini disebut sebagai  hidrose- 
        falus internal.
             Peninggian TIK harus dibedakan dari peninggian te- 
        kanan intraventrikuler. Beberapa lesi intrakranial  me- 
        nyebabkan peninggian TIK, namun tidak perlu menyebabkan 
        hidrosefalus. Peninggian volume CSS tidak ekivalen  de- 
        ngan hidrosefalus; ini juga terjadi pada atrofi  sereb- 
        ral.  Juga, dilatasi ventrikuler tidak  selalu  berarti 
        hidrosefalus dan juga tampak pada atrofi serebral. Hid- 
        rosefalus  adalah kesatuan klinik yang  dibedakan  oleh 
        tiga  faktor: (1) peninggian tekanan  intraventrikuler, 
        (2) penambahan volume CSS, dan (3) dilatasi rongga CSS.
             Hidrosefalus  internal menyebabkan peninggian  te- 
        kanan intraventrikuler dan pembesaran sistem  ventriku- 
        ler.  Mantel serebral terregang dan menipis. Sentrum o- 
        val, talamus dan ganglia basal tertekan. Akson kortiko- 
        spinal dan kortikotalamik tertekan dan terregang, serta 
        mielinasinya  terganggu. Giri hemisfer serebral  menda- 
        tar, dan vaskulatur serebral terregang. Septum  pelusi- 
        dum menjadi tipis, seperti juga vault dan dasar tengko- 
        rak. Rongga subarakhnoid serta sisterna diluar hemisfer 
        serebral berdilatasi, umumnya dengan tidak mengindahkan 
        jenis dari hidrosefalus. Nekrosis subependimal serta e- 
        dema  akibat pendataran dan robeknya lapisan ependimal, 
        serta pembesaran ruang ekstraseluler, dapat dilihat pa- 
        da mikroskop elektron.
             Secara klinis peninggian tekanan intraventrikuler, 
        volume  CSS, dan ukuran ventrikel menimbulkan  kelainan 
        berikut: pembesaran kepala, penonjolan fontanel,  sepa- 
        rasi  sutura, tanda MacEwen positif,  fenomena  setting 
        sun,  scalp yang mengkilap, dilatasi vena scalp,  stra- 
        bismus konvergen atau divergen, tangis yang high pitch- 
        ed, postur opistotonik, dan kegagalan untuk berkembang. 
        Gejala  klinik ini biasanya tampak  pada   hidrosefalus 
        progresif  cepat. Mereka dapat terjadi  bersamaan  atau 
        bergantian. Pada kebanyakan hidrosefalus dini atau  ri- 
        ngan,  hanya  perubahan ringan pada  sutura,  fontanel, 
        scalp, dan gerak bola mata yang dijumpai. Pada hidrose- 
        falus yang berkembang lambat, gejala mungkin tidak tam- 
        pil  hingga pasien mulai berjalan, dimana  keadaan  ini 
        dibuktikan dengan langkah berdasar-lebar, para paresis, 
        hemianopia bitemporal, dan retardasi mental.
             Pada hidrosefalus infantil, hidrosefalus primer a- 
        tau idiopatik sangat lebih banyak dari hidrosefalus se- 
        kunder.  Gejala mungkin tampak dini pada kehidupan  in- 
        trauterin atau terlambat, beberapa bulan setelah lahir. 
        Gejala  mungkin tampak tiba-tiba (hidrosefalus  akuta), 
        atau  perlahan-lahan (hidrosefalus   kronika). Insidens 
        hidrosefalus kongenital sekitar delapan per 10.000  ke- 
        lahiran.  Hidrosefalus terjadi pada tiga per  100  anak 
        yang lahir dari orangtua yang memiliki anak  mielomeni- 
        ngosel. Penyebab hidrosefalus kongenital pada kebanyak- 
        an kasus tidak diketahui (hidrosefalus idiopatik).  Ke- 
        kecualian  hanya pada hidrosefalus herediter  yang  sex 
        linked, disebabkan oleh stenosis akuaduktal. Jenis hid- 
        rosefalus  ini merupakan kurang dari tiga  persen  dari 
        hidrosefalus  kongenital. Bila anak pertama  diperkira- 
        kan memiliki hidrosefalus primer, diperlukan  konseling 
        genetika. Bila anak kedua dipastikan laki-laki dari am- 
        niosentesis, aborsi harus dipikirkan.
             Hidrosefalus mungkin disebabkan oleh satu dari ti- 
        ga  faktor: (1) produksi CSS yang berlebihan, (2)  obs- 
        truksi jalur CSS, dan (3) gangguan absorpsi CSS.
             Hidrosefalus sekunder sering disebabkan oleh kela- 
        inan  berikut: (1) hematoma subdural, (2) tumor  intra- 
        ventrikuler,  (3)  tumor para sellar, (4)  tumor  fossa 
        posterior, (5) cedera kranioserebral, (6) infeksi  lep- 
        tomeningeal, (7) perdarahan subarakhnoid, (8)  karsino- 
        matosis atau sarkomatosis mening, dan (9)  toksoplasmo- 
        sis.
        
        
        DIAGNOSIS HIDROSEFALUS 
        
        
        Penyebab obstruksi
        
        Kebanyakan hidrosefalus kongenital adalah  hidrosefalus 
        primer atau idiopatik. Hidrosefalus mungkin  disebabkan 
        lesi  massa yang tak terperkirakan, seperti  tumor  dan 
        sista.  Karenanya harus hati-hati untuk tidak saja  me- 
        nentukan tempat obstruksi, namun juga untuk  menentukan 
        penyebab obstruksi dalam mendiagnosis hidrosefalus.
             Hipersekresi CSS diketahui sebagai penyebab hidro- 
        sefalus pada papiloma pleksus khoroid, namun perdarahan 
        perlahan berkala juga dipikir sebagai kemungkinan meka- 
        nisme obstruksi daerah absorpsi.


        Menetapkan Tempat Obstruksi Jalur CSS
        
        CT scan secara tepat menggambarkan struktur intrakrani- 
        al, terutama ruang CSS, dan tak mungkin dihindarkan un- 
        tuk  mendiagnosis hidrosefalus. Penilaian  tempat  obs- 
        truksi dengan CT scan berdasar pada titik transisi dari 
        ruang  CSS yang berdilatasi dan yang tidak.  Kebanyakan 
        kasus hidrosefalus disebabkan oleh obstruksi jalur  CSS 
        (hidrosefalus obstruktiva). Ada dua jenis obstruksi ja- 
        lur CSS: obstruksi intraventrikuler (hidrosefalus  obs- 
        truktif intraventrikuler atau nonkomunikans)  dan  obs- 
        truksi  ekstraventrikuler (hidrosefalus obstruktif  in- 
        traventrikuler atau komunikans). Secara  umum  dilatasi 
        ventrikuler lebih jelas pada obstruksi intraventrikuler 
        dibanding obstruksi ekstraventrikuler.
             Kebanyakan  keadaan berikut adalah didapat  diban- 
        ding kongenital, namun pengetahuan mengenainya diperlu- 
        kan untuk mengerti sepenuhnya tentang hidrosefalus  dan 
        untuk  diagnosis diferensial. Pada banyak kasus  bentuk 
        didapat  dapat dikenal dan bentuk kongenital  karenanya 
        tersingkirkan.
        
        
        Hidrosefalus Obstruktiva Intraventrikuler
        
        Pada dilatasi monoventrikuler, obstruksi foramina Monro 
        (atresia satu foramina Monro) berakibat dilatasi unila- 
        teral  dari ventrikel lateral pada sisi yang  obstruksi 
        dan menyebabkan hidrosefalus unilateral atau  asimetri- 
        kal. Bila terjadi dilatasi biventrikuler, obstruksi ke- 
        dua  foramina Monro atau ventrikel  ketiga  menyebabkan 
        hidrosefalus simetrikal.
             Pada dilatasi triventrikuler, obstruksi akuaduktus 
        (stenosis  akuaduktus) menyebabkan  dilatasi  ventrikel 
        lateral dan ventrikel ketiga. Ventrikel keempat  biasa- 
        nya normal dalam ukuran dan lokasinya. 
             Pada dilatasi tetraventrikuler, atau  panventriku- 
        ler, obstruksi outlet ventrikel keempat (atresia  fora- 
        mina  Luschka dan Magendie) menyebabkan dilatasi  semua 
        bagian sistema ventrikuler, terutama ventrikel  keempat 
        (transformasi sistik ventrikel keempat, atau sista Dan- 
        dy-Walker).
        
        
        Hidrosefalus Obstruktiva Ekstraventrikuler
        
        Obstruksi  ekstraventrikuler biasanya  menyebabkan  di- 
        latasi sistem ventrikuler dan rongga subarakhnoid prok- 
        simal  dari daerah obstruksi. Jenis umum obstruksi  ini 
        adalah  blok insisural, blok sisterna basal, blok  kon- 
        veksitas, dan blok ruang CSS distal. Blok granulasi  a- 
        rakhnoid mungkin berakibat dilatasi semua rongga CSS.
        

        Hidrosefalus Konstriktiva
        
        Pada malformasi Chiari jenis II, yang tampak pada pasi- 
        en dengan mielomeningosel, hindbrain yang tergeser  ke- 
        bawah  mungkin tertambat pada sambungan kraniovertebral 
        dan  fossa posterior yang kecil mungkin mengalami  obs- 
        truksi  secara  anatomi.  Konsekuensinya,  hidrosefalus 
        mungkin  terjadi karena gangguan sirkulasi CSS  sekitar 
        hindbrain. Pada keadaan ini ventrikel keempat memperli- 
        hatkan pergeseran kebawah dan  tak dapat diidentifikasi 
        pada posisi normal. Ventrikel keempat sering  ditemukan 
        dalam kanal servikal.
        
        
        Prognosis Hidrosefalus Kongenital
        
        Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrose- 
        falus  ditentukan oleh ada atau tidaknya  anomali  yang 
        menyertai.  Hidrosefalus simpel, dimana tidak ada  mal- 
        formasi lain yang menyertai, mempunyai prognosis  lebih 
        baik  dari hidrosefalus yang bersama dengan  malformasi 
        lain (hidrosefalus komplikata). 
             Prognosis hidrosefalus komplikata ditentukan  oleh 
        jenis  dan  derajat anomali yang  menyertai.  Diagnosis 
        spesifik anomali tertentu yang bersamaan dengan  hidro- 
        sefalus diperlukan untuk menentukan prognosis.  Anomali 
        yang  biasa bersamaan dengan hidrosefalus   diantaranya 
        porensefali, agenesis korpus kalosum, displasia  lobar, 
        hidranensefali, displasia tentorial, malformasi Chiari, 
        sista Dandy-Walker, holoprosensefali, sista  arakhnoid, 
        dan aneurisma vena Galen.
             Anak dengan hidrosefalus simpel diharap dapat ber- 
        kembang normal bila operasi pintas dilakukan dalam tiga 
        bulan pertama kehidupan.
        
        
        Diagnosis Diferensial
        
        Tampilan  CT scan dari hidrosefalus simpel  yang  berat 
        serupa dengan hidranensefali, porensefali berat,  hema- 
        toma  subdural bilateral berat,  holoprosensefali,  dan 
        keadaan serupa lainnya. Hidrosefalus simpel adalah  ke- 
        lainan yang dapat ditindak, bahkan bila berat dan  mem- 
        punyai mantel serebral setipis kertas. Sebaliknya temu- 
        an CT scan serupa dengan hidrosefalus ini tak dapat di- 
        tindak, dan biasanya bukan kandidat untuk tindakan  be- 
        dah. Karenanya diagnosis diferensial sangat penting un- 
        tuk  prognosis  dan terapeutik. Untuk  diagnosis  pasti 
        hidrosefalus,  dan untuk membedakan dari  hidranensefa- 
        li dan higroma subdural bilateral masif, diperlukan  a- 
        ngiografi serebral, bahkan setelah adanya CT scan.
        
        
        STENOSIS AKUADUKTAL

        Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh 
        infeksi atau perdarahan selama kehidupan fetal;  steno- 
        sis kongenital sejati adalah sangat jarang.
             Russell mengklasifikasikan stenosis akuaduktal ke- 
        dalam  empat kelompok berdasar temuan  histologis:  (1) 
        gliosis, (2) forking, (3) stenosis simpel, dan (4) pem- 
        bentukan  septum. Stenosis atau penyempitan  akuaduktal 
        terjadi  pada duapertiga kasus hidrosefalus  kongenital 
        dan sepertiganya malformasi Chiari jenis II, dan diang- 
        gap  sebagai penyebab utama  hidrosefalus.  Akhir-akhir 
        ini  diduga bahwa stenosis akuaduktal  bukan  penyebab, 
        tapi  akibat dari hidrosefalus. Saat hidrosefalus  ber- 
        kembang, ventrikel lateral berdilatasi dan terjadi ede- 
        ma  substansi putih periventrikuler. Akibatnya  tekanan 
        akan mengenai pelat kuadrigeminal dan bisa terjadi obs- 
        truksi akuaduktus. Menurut teori ini stenosis  akuaduk- 
        tus  adalah obstruksi fungsional, bukan anatomis.  Pada 
        kasus dimana hidrosefalus komunikans berkembang menjadi 
        stenosis akuaduktal, dilatasi ringan hingga sedang dari 
        ventrikel keempat mungkin tampak sebagai tambahan  ter- 
        hadap  dilatasi triventrikuler. Oklusi baik  akuaduktus 
        maupun  jalan keluar ventrikel keempat  akibat  infeksi 
        bisa menyebabkan dilatasi triventrikuler dan  obstruksi 
        ventrikel keempat ('hidrosefalus kompartemen ganda').
             Stenosis  akuaduktus harus dibedakan  dari  glioma 
        periakuaduktal.  Pada kejadian yang  jarang,  diagnosis 
        diferensial  masing-masing kelainan bisa tidak  mungkin 
        bahkan  dengan CT scan. Secara klinis perbaikan  klinis 
        yang  nyata sebagai akibat shunting biasanya tak  dapat 
        diharapkan pada stenosis tumoral, berbeda dengan steno- 
        sis non tumoral.
        
        
        DILATASI VENTRIKULER PADA HIDROSEFALUS
        
        
        Tekanan Denyut CSS Endoventrikuler
        
        Pada  hidrosefalus sistem ventrikuler berdilatasi  pro- 
        gresif sebagai akibat akumulasi berlebihan dari CSS pa- 
        da ventrikel dan menambah hipertensi intraventrikuler.
             Penelitian terakhir memperlihatkan bahwa  dilatasi 
        ventrikuler  dapat disebabkan oleh tekanan  denyut  CSS 
        beramplituda  tinggi, bahkan disaat tekanan  CSS  rata-
        rata  normal. Tekanan denyut CSS biasanya  dibangkitkan 
        oleh pleksus khoroid dan diredam oleh struktur  sekitar 
        ventrikel dan drainase vena. Karenanya pada oklusi  si- 
        nus  vena utama, dilatasi ventrikel mungkin  disebabkan 
        oleh gangguan absorpsi CSS yang tergantung-tekanan pada 
        villi arakhnoid dan oleh peninggian tekanan denyut  CSS 
        endoventrikuler. Pada keadaan ini ventrikel bisa berdi- 
        latasi tanpa obstruksi anatomis dari jalur CSS.
             Hidrosefalus  infantil dengan sutura  melebar  dan 
        penonjolan fontanel biasanya berakibat pembesaran  ven- 
        trikel yang lebih hebat dibanding hidrosefalus  dewasa, 
        temuan yang dijelaskan oleh distensibilitas yang  lebih 
        besar dari dinding ventrikuler. Setelah penutupan sutu- 
        ra,  struktur kranioserebral sekitar ventrikel  menjadi 
        kaku.  Pada pasien dengan sinostosis  sutura  multipel, 
        ventrikel mungkin tidak berdilatasi walau terdapat  pe- 
        ninggian TIK.
        
        
        Ekspansi Diferensial Ventrikel Lateral
        
        Seperti telah dijelaskan, jenis dilatasi ventrikel ter- 
        bukti tergantung pada daerah obstruksi. Umumnya derajat 
        dilatasi ventrikel lateral lebih besar pada stenosis a- 
        kuaduktus dibanding hidrosefalus komunikan.
             Ventrikel lateral tidak biasanya berdilatasi seca- 
        ra  uniform pada hidrosefalus. Tanduk oksipital  cende- 
        rung berdilatasi melebihi tanduk frontal. Ekspansi yang 
        tidak seimbang ini terutama akibat terbatasnya ekspansi 
        substansi kelabu ganglia basal dan talami sekitar  tan- 
        duk  dan badan frontal, dimana struktur yang  membatasi 
        atria  dan tanduk oksipital adalah substansi putih  dan 
        mungkin  membesar lebih luas. Pada beberapa kasus  ven- 
        trikel lateral membesar seimbang, atau  tanduk  frontal 
        lebih dari tanduk oksipital. Perbedaan dilatasi ventri- 
        kel tergantung perbedaan distensibilitas bagian dinding 
        ventrikuler. Bila kerusakan otak fokal terjadi pada lo- 
        bus frontal, tanduk frontal mungkin berdilatasi  sangat 
        melebihi tanduk oksipital.
        
        
        Pembesaran Ventrikel pada 
        Hidrosefalus dan Atrofi Serebral
        
        Walau  hidrosefalus  dapat didiferensiasi  dari  atrofi 
        serebral  dengan perbedaan tekanan ventrikuler,  atrofi 
        serebral  mungkin memperlihatkan  dilatasi  ventrikuler 
        pada  CT  scan serupa hidrosefalus.  Pada  hidrosefalus 
        dapat dilihat penumpulan atau pembundaran sudut lateral 
        tanduk  frontal, ventrikel lateral bertambah  ukurannya 
        secara simetris, dan tanduk temporal berdilatasi  sesu- 
        ai. Pembesaran tidak simetris ventrikel lateral dan se- 
        cara lebih jarang dilatasi tanduk temporal biasa  dite- 
        mukan pada atrofi serebral. 
        
        
        Ventrikulosubarakhnoidostomi Spontan
        
        Pada  hidrosefalus  berat akibat  stenosis  akuaduktal, 
        tanduk  oksipital ventrikel lateral  berdilatasi  hebat 
        dan membentuk divertikulum atau sista porensefalik. Ti- 
        tik lemah ventrikel ini akhirnya ruptur dan berhubungan 
        dengan ruang subarakhnoid (ventrikulosubarakhnoidostomi 
        spontan  atau  ventrikulosisternostomi).   Hidrosefalus 
        mungkin  dikompensasi  oleh hubungan  tersebut.  Tempat 
        yang  umum untuk ruptur adalah titik yang lemah  secara 
        kongenital seperti dinding arterial inferomedial, rese- 
        sus suprapineal, dan lamina terminalis.
        
        
        Rekonstruksi Pasca Operasi Pintas
        terhadap Mantel Serebral
        
        Ventrikel biasanya menjadi normal ukurannya sesuai  de- 
        ngan  waktu setelah operasi pintas, bahkan disaat  ven- 
        trikel jelas berdilatasi dan mantel serebralnya setipis 
        kertas. Rekonstruksi mantel serebral dikira sebagai  a- 
        kibat pengurangan edema substansi putih serta  astrosi- 
        tosis reaktif. Perbaikan klinis setelah shunting  bukan 
        karena regenerasi neuron, namun oleh perbaikan fungsio- 
        nal neuron yang tersisa.
        
        
        Asimetri Ventrikel Lateral
        Pasca Operasi Pintas
        
        Asimetri ventrikel lateral biasa ditemukan pada  hidro- 
        sefalus pasca shunting, dimana satu ventrikel lebih ke- 
        cil  dari lainnya. Pada keadaan ini sistema  shunt  CSS 
        dalam  satu ventrikel lateral meredam amplituda  tekan- 
        an denyut CSS endoventrikuler, berakibat ketidaksetang- 
        kupan.
        
        
        Lusensi Periventrikuler
        
        Lusensi periventrikuler (PVL) tampak pada CT scan  hid- 
        rosefalus sekunder dan kongenital. Edema  periventriku- 
        ler jauh lebih jarang pada hidrosefalus kongenital  di- 
        banding yang sekunder. PVL dikira akibat edema periven- 
        trikuler dan hilang segera setelah operasi pintas, ber- 
        sama dengan pengurangan ukuran ventrikuler. PVL  biasa- 
        nya  paling  berat didekat sudut  superolateral  tanduk 
        frontal.  Secara klinis, PVL paling sering  berhubungan 
        dengan  hidrosefalus akuta dan subakuta dengan  tekanan 
        intraventrikuler yang tinggi. Pada hidrosefalus  kronik 
        kompensata, PVL minimal.
             Sebagai  patokan, PVL hanya ditemukan pada  pembe- 
        saran ventrikel yang sedang, dan pada kasus  pembesaran 
        asimetris ia cenderung terjadi pada sisi dengan ventri- 
        kel  yang lebih besar. Jarang PVL ditemukan pada  kasus 
        tanpa  pembesaran ventrikel, seperti pada epilepsi  in- 
        fantil.
             Tampilan  densitas linear normal pada CT scan  me- 
        nunjukkan densitas sesuai dengan dinding ventrikel  la- 
        teral,  diikuti densitas yang relatif uniform yang  me- 
        nunjukkan  substansi putih periventrikuler. Pada  tahap 
        akut  hidrosefalus primer atau sekunder, terjadi  penu- 
        runan derajat CT didalam substansi putih  periventriku- 
        ler didekat dinding ventrikel dan dinding ventrikel tak 
        dapat dikenal. Baru-baru ini DiChiro melaporkan tampil- 
        an densitas untuk hidrosefalus  dan  leukoensefalopati. 
        Ia  mengklasifikasikan pola tampilan kedalam empat  ke- 
        lompok.  Perbedaan pada kemungkinan PVL  pada  tampilan 
        densitas  linear mungkin dijelaskan oleh perbedaan  me- 
        kanisme peninggian kandung air pada hidrosefalus  akuta 
        dan  kronika.  Karena  rekonstruksi  lapisan  ependimal 
        mungkin terjadi serta air pada substansi putih  mungkin 
        akhirnya diabsorpsi kealiran darah melalui pembuluh ke- 
        cil, PVL mungkin minimal pada hidrosefalus kronika.
             Pada  tahap  akut hidrosefalus,  akumulasi  cairan 
        yang berlebihan disubstansi putih periventrikuler,  di- 
        sebabkan perubahan jelas permeabilitas ependimal sekun- 
        der terhadap peninggian tekanan intraventrikuler. Peru- 
        bahan ini biasanya paling jelas pada sudut  superolate- 
        ral tanduk frontal ventrikel lateral. Pemeriksaan  mik- 
        roskop cahaya pada daerah ini menunjukkan perubahan se- 
        perti bunga-karang serta edema distruktur  subependimal 
        pada  anjing dengan hidrosefalus akuta. Pada  mikroskop 
        elektron, perubahan ini diidentifikasi sebagai  pening- 
        gian ruang ekstraseluler dalam struktura  subependimal, 
        dan  tampaknya  sesuai dengan temuan PVL pada  CT  scan 
        eksperimental.
             Dari  ventrikulografi metrizamida pada anjing  de- 
        ngan hidrosefalus, dijumpai juga blushing serebral pada 
        CT scan. Fenomena ini menunjukkan tempat keluarnya  CSS 
        transependimal. Ia lebih jelas pada area  periventriku- 
        ler  tanduk frontal dibanding substansi putih  periven- 
        trikuler  lainnya.  Pada pemeriksaan  dengan  penguatan 
        kontras,  substansi putih yang memiliki  PVL  cenderung 
        tidak  berubah. Ini mungkin akibat perfusi  darah  yang 
        rendah pada substansi putih periventrikuler karena kan- 
        dung air yang tinggi pada ruang ekstraseluler, atau  o- 
        leh tekanan jaringan yang tinggi akibat dari peninggian 
        tekanan  pada ventrikel dan perubahan  vaskuler  disub- 
        stansia putih periventrikuler. Selain itu daerah  dide- 
        kat  sudut superolateral tanduk frontal  memperlihatkan 
        predileksi untuk infarksi serebral.
             Pada  beberapa kasus hidrosefalus,  terutama  pada 
        hidrosefalus infantil, PVL tak teramati, mungkin karena 
        peninggian tekanan intrakranial dikompensasi oleh pele- 
        baran  sutura.  Pada dewasa  dengan  hidrosefalus,  PVL 
        mungkin juga tidak ada bila tekanan intrakranial dikom- 
        pensasi oleh mekanisme tertentu.
             PVL  pada  hidrosefalus hipertensif  atau  tekanan 
        normal adalah tanda peninggian tekanan intraventrikuler 
        yang terjadi atau telah terjadi. PVL pada  hidrosefalus 
        mungkin suatu temuan CT scan yang berguna untuk  menen- 
        tukan keberhasilan yang baik dari operasi pintas.
             Hal yang jarang terjadi, PVL ditemukan pada  kasus 
        tanpa dilatasi ventrikuler, seperti pada kelainan bang-
        kitan  neonatal atau infantil. Ini dipercaya  diakibat- 
        kan  oleh lesi substansia putih periventrikuler  akibat 
        asfiksia  intrauterin atau perinatal, kelainan  perfusi 
        substansia putih karena hipotensi maternal atau insufi- 
        siensi plasental, atau sebab lain. Leukomalasia  infan- 
        til  periventrikuler dipikirkian  sebagai  ensefalopati 
        hipoksik-iskemik, dan patogenesisnya berhubungan dengan 
        kelainan perfusi substansia putih pada zona  perbatasan 
        arterial.
             Jadi penelitian patogenesis menunjukkan bahwa  ada 
        dua mekanisme utama yang berperan untuk menampilkan PVL 
        pada  CT scan. Pertama adalah pergeseran air dari  ven- 
        trikel karena disrupsi ependimal pada sudut superolate- 
        ral tanduk frontal, yang terancam terhadap tekanan. PVL 
        dikira  sebagai tanda hipertensi intraventrikuler  yang 
        sedang  atau telah berlangsung serta reversibel.  Meka- 
        nisme  kedua adalah leukoensefalopatia pada zona perba- 
        tasan arterial dekat tanduk frontal, yang terancam atas 
        keadaan hipoksik-iskemik. Dua jenis PVL ini harus didi- 
        ferensiasi.
        
        
        HIDROSEFALUS TEKANAN - NORMAL
        
        Sesuai  konvensi, sindroma hidrosefalik termasuk  tanda 
        dan  gejala peninggian TIK, seperti kepala  yang  besar 
        dengan penonjolan fontanel. Akhir-akhir ini, dilaporkan 
        temuan klinis hidrosefalus yang tidak bersamaan  dengan 
        peninggian TIK.  Diketahui bahwa kavum veli interpositi 
        atau  kavum vergae bisa menyebabkan  hidrosefalus.  Hu- 
        bungan  hidrosefalus nonhipertensif dengan  kavum  veli 
        interpositi belum pernah dilaporkan. Secara klinis  pa- 
        sien biasanya tampil dengan kepala yang membesar dengan 
        fontanel cekung, gagal untuk tumbuh serta terlambat un- 
        tuk  berkembang. Pemeriksaan neororadiologis  memperli- 
        hatkan pembesaran ventrikel bersamaan dengan kavum  ve- 
        li  interpositi pada kebanyakan kasus.  Sisterna  basal 
        mungkin berdilatasi, namun tak ada atrofi kortikal.
        
        
        HIDROSEFALUS DAN EFUSI SUBDURAL
        
        Tak biasa ditemukan kasus dimana hematoma (efusi)  sub- 
        dural bersamaan dengan hidrosefalus internal serta bia- 
        sanya progresif. Sering bila kedua kelainan  bersamaan, 
        keadaan  patologi yang satu menjadi penyulit bagi  yang 
        lainnya. Setiap kasus diklasifikasikan kedalam dua  ke- 
        lompok utama, tergantung kelainan yang mana yang muncul 
        pertama: (1) kasus dimana hidrosefalus mengikuti  hema- 
        toma  subdural dan (2) kasus dimana  hidrosefalus  men- 
        dahului, dan kemudian dipersulit oleh hematoma subdural 
        yang sebabnya tidak diketahui.
             Pada  kasus jenis pertama, hematoma subdural  atau 
        efusi subdural mengobstruksi jalur CSS subarakhnoid dan 
        menyebabkan hidrosefalus komunikans. Gangguan  absorpsi 
        leptomening berperan kausatif yang nyata pada  hidrose- 
        falus komunikans sekunder. Kelainan diatas termasuk he- 
        matoma  subdural, perdarahan subarakhnoid,  meningitis, 
        dan inflamasi leptomeningeal akibat operasi intrakrani- 
        al, cedera kranioserebral, dan karsinomatosis atau sar- 
        komatosis mening. Lesi ini tak hanya mengobstruksi  ja- 
        lur  subarakhnoid, menimbulkan hidrosefalus komunikans, 
        namun  juga sering bertanggung-jawab atas efusi  subdu- 
        ral. Inflamasi akut pada daerah yang luas dari leptome- 
        ning, menyebabkan fibrosis atau gliosis, yang  akhirnya 
        mengganggu absorpsi CSS leptomeningovaskuller dan  pada 
        saat  yang sama menyebabkan pakhimeningitis yang  hemo- 
        ragik,  yang akan menimbulkan efusi  subdural.  Keadaan 
        ini  sering setelah pengangkatan hematoma,  dan  dikira 
        terjadi bila hematomanya sudah terinfeksi.
             Tak ada regimen yang dapat diterima untuk mengata- 
        si hematoma (efusi) subdural dan hidrosefalus yang ter- 
        jadi bersamaan, namun perlu menindak kedua kelainan ini 
        secara bersamaan pada beberapa kasus. Dengan kata lain, 
        kombinasi  drainase  ventrikuler  dan  cairan  subdural 
        mungkin diperlukan. Pada beberapa kasus yang diikuti o- 
        perasi pintas, shunt mungkin ditutup transien atau bah- 
        kan diangkat untuk mengatasi hematoma (efusi) subdural, 
        selanjutnya  shunt direkonstruksi. Bila  infeksi  belum 
        diobati  atau berulang, terapi antibiotik dan  drainase 
        ventrikuler  eksternal diperlukan. Perlu untuk  menghi- 
        langkan  tekanan yang berasal dari cairan subdural  dan 
        hipertensi intraventrikuler terhadap parenkhima  otak.
        
        
        Tabel 4-1. Klasifikasi 
                   Hematoma (Efusi) Subdural dan Hidrosefalus
        -------------------------------------------------------
        Hidrosefalus mengikuti hematoma (efusi) subdural
          Hidrosefalus mengikuti hematoma subdural 
          Hidrosefalus mengikuti efusi subdural 
        Hematoma (efusi) subdural mengikuti hidrosefalus 
          Hematoma (efusi) subdural pasca pintas 
            akibat disproporsi kranioserebral
          Efusi subdural meningitik primer atau pasca pintas
          Efusi subdural sebagai komplikasi ensefalografi  
            udara untuk hematoma atau cedera kepala 
          Fistula ventrikulosubdural spontan
        -------------------------------------------------------
        
        
        OPERASI PINTAS UNTUK HIDROSEFALUS
        
        Hidrosefalus  internal ditindak dengan tiga  cara:  (1) 
        menurunkan produksi CSS, (2) memintas obstruksi CSS di- 
        dalam  ventrikel, dan (3) mengalirkan CSS dari  sistema 
        ventrikulosubarakhnoid  keruang tubuh lain, dimana  CSS 
        dapat diabsorpsi. 
             Berbagai  jenis shunt digunakan, namun hanya  dua, 
        ventrikulovenosa dan ventrikuloperitoneal yang  dipakai 
        saat ini. Pada pintas ventrikulovenosa, komplikasi vas- 
        kuler seperti trombosis vena kava asenden dan vena  ju- 
        gular internal, sepsis, dan endokarditis bakterial, se- 
        ring dijumpai. Pada pintas ventrikuloperitoneal,  komp- 
        likasi abdominal seperti peritonitis tahap ringan meka- 
        nikal  atau bakterial, ileus paralitik, dan sista  yang 
        lokuler, sering terjadi. Karena pintas  ventrikuloperi- 
        toneal tak mengharuskan untuk menginsersikan ujung dis- 
        tal shunt ke sistema vena, maka tindakan ini sangat se- 
        derhana,  dan revisinya mudah, maka ia  menjadi  sangat 
        populer dikalangan ahli bedah-saraf.
             Penelitian histologis terhadap hidrosefalus ekspe- 
        rimental memperlihatkan bahwa disrupsi lembar ependimal 
        dan  edema periventrikuler terjadi segera, diikuti  de- 
        generasi aksonal dan disintegrasi atau disrupsi  mielin 
        sekunder terhadap degenerasi aksonal. Perubahan ini  a- 
        khirnya menjadi gliosis. Pada tahap ini, kerusakan otak 
        biasanya  irreversibel. Karenanya operasi pintas  untuk 
        hidrosefalus  harus dilakukan segera,  sebelum  terjadi 
        kerusakan otak yang irreversibel. Operasi pintas  harus 
        dilakukan  dalam tiga bulan sejak lahir. Kandidat  yang 
        terbaik untuk operrasi pintas adalah hidrosefalus  sim- 
        pel, dimana tidak berhubungan dengan defek anatomis dan 
        tidak ditemukan kerusakan otak.
        
        
        KOMPLIKASI PASCA OPERASI PINTAS PADA HIDROSEFALUS
        
        Ada beberapa komplikasi pasca operasi pintas pada  hid- 
        rosefalus.
        
        
        Disfungsi Shunt
        
        Adalah komplikasi utama operasi pintas pada  hidrosefa- 
        lus. CT scan adalah paling dapat dipercaya untuk  meni- 
        lai  fungsi shunt. Ventrikel yang  berkurang  ukurannya 
        setelah  operasi pintas biasanya berdilatasi lagi  bila 
        shunt gagal berfungsi. Perubahan yang tidak jelas  dari 
        ukuran  ventrikel  menyulitkan dalam menilai  tanpa  CT 
        scan ulang, terutama bila malfungsi shunt terjadi  pada 
        kasus surgically arrested hydrocephalus yang telah ber- 
        langsung  lama. Malfungsi shunt harus  didiagnosa  baik 
        dengan CT scan maupun gejala klinis. Walau gejala  mal- 
        fungsi shunt bermacam, namun cenderung untuk  stereotip 
        pada setiap pasien. Contohnya pasien tertentu bisa  me- 
        nunjukkan tanda Parinaud disaat kegagalan shunt, bahkan 
        bila CT scan tidak menunjukkan bukti disfungsi shunt.
             Keadaan  yang jarang, pasien  dengan  hidrosefalus 
        pasca  operasi pintas tidak memperlihatkan  gejala  pe- 
        ninggian TIK karena malfungsi shunt dan dilatasi ringan 
        hingga sedang tampak pada CT scan. Hidrosefalus mungkin 
        dikompensasi  pada keadaan ini  (shunt-independent  ar- 
        rested  hydrocephalus). Revisi shunt  harus  dipikirkan 
        betul-betul pada setiap kasus.
        
        
        Infeksi Shunt
        
        Adalah  komplikasi utama yang terjadi  setelah  operasi 
        pintas  pada hidrosefalus dan penyebab  tersering  dari 
        kegagalan shunt. Pengontrolan TIK adalah masalah serius 
        saat  shunt terinfeksi. Insidens infeksi  shunt  adalah 
        delapan  persen. Ventrikulitis atau  meningitis  karena 
        infeksi shunt yang terjadi segera atau kemudian  menun- 
        jukkan prognosis yang buruk untuk fungsi otak. Stafilo- 
        kokus epidermidis adalah paling sering dapat  diisolasi 
        dari  kulit saat operasi yang  mempunyai potensi  pato- 
        gen. Kebanyakan infeksi disebabkan oleh  S. epidermidis 
        dan S. aureus.
             Saat ini tidak ada cara khusus yang memuaskan ter- 
        hadap shunt yang terinfeksi. Kebanyakan ahli  bedah-sa- 
        raf  menganggap  pentingnya pengangkatan  sistema shunt 
        yang terinfeksi. Dua cara yang umum diterima untuk tin- 
        dakan  adalah: (1) pengangkatan shunt  yang  terinfeksi 
        dan insersi segera shunt yang baru dan (2) pengangkatan 
        shunt yang terinfeksi dan memulai drainase  ventrikuler 
        eksternal,  diikuti reinsersi shunt yang  baru  setelah 
        infeksi teratasi.
             Pembentukan septum didalam ventrikel akibat  epen- 
        dimitis  adalah  komplikasi yang serius.  Drainase  CSS 
        yang  sempurna  menjadi sangat sulit  karena  ventrikel 
        yang menjadi multilokuler.
        
        
        Disproporsi Kranioserebral
        
        Pengurangan  ukuran ventrikel pasca pintas  menyebabkan 
        pembentukan ruang mati antara kalvarium yang meluas dan 
        permukaan  konveksitas  serebral, yang  biasanya  diisi 
        CSS.  Ruang ini dibentuk oleh  disproporsi  kraniosere- 
        bral, akan berkurang dengan waktu, karena penutupan su- 
        tura  dan fontanel serta pertumbuhan otak yang  progre- 
        sif.
             Bila shunting  dilakukan setelah pertumbuhan  otak 
        hampir  maksimal dan ukuran kepala tidak berkurang  de- 
        ngan penyempitan sutura dan fontanel, hematoma subdural 
        masif  bisa  terjadi setelah operasi  pintas.  Hematomaoma 
        subdural  pasca pintas biasanya kecil dan biasanya  hi- 
        lang tanpa tindakan. Pada keadaan yang jarang, ia  bisa 
        meluas. Hematoma subdural yang dipacu oleh shunting bi- 
        sa mengalami  kalsifikasi.
        
        
        Ventrikel yang Slitlike
        
        Seraya jumlah revisi shunt akan berkurang dengan waktu, 
        ventrikel menjadi kecil secara abnormal dan pasien men- 
        jadi  mudah mengalami dekompensasi atas peninggian  TIK 
        yang ringan saat terjadi malfungsi shunt (shunt  depen- 
        dency). Malfungsi shunt pada anak dengan ketergantungan 
        terhadap  shunt dengan ventrikel yang  slitlike  adalah 
        komplikasi yang serius dan mungkin menjadi keadaan yang 
        berbahaya.  Ventrikel yang slitlike  tidak  menunjukkan 
        pembesaran yang nyata, karena pengurangan distensibili- 
        tas dinding ventrikel disebabkan oleh fibrosis subepen- 
        dimal. CT scan biasanya tidak membantu dalam mendiagno- 
        sis  malfungsi  shunt pada kasus ini.  Reinsersi  ujung 
        proksimal dari shunt pada posisi yang tepat menjadi sa- 
        ngat sulit. Perdarahan intraventrikuler akibat pengang- 
        katan  ujung proksimal yang tersumbat dan tap  berulang 
        mungkin  menyebabkan hemiplegia, letargi,  dan  keadaan 
        lainnya.  Tak ada pengelolaan yang memuaskan  saat  ini 
        terhadap ventrikel yang slitlike. Konversi katup  shunt 
        dari  tekanan medium ke tinggi saat revisi elektif  dan 
        dekompresi subtemporal pada saat malfungsi mungkin  sa- 
        ngat bermanfaat.
        
        
        Ventrikel Keempat yang Terisolasi
        
        Ventrikel  keempat biasanya tetap  berdilatasi,  dengan 
        sistema  ventrikuler proksimal dari akuaduktus  menjadi 
        kolaps. Isolasi ventrikel keempat ini dikira akibat ob- 
        struksi inflamatori akuaduktus dan saluran keluar  ven- 
        trikel  keempat.  Drainase CSS hanya  dari  kompartemen 
        supratentorial,  yang  mana terjadi  pada  hidrosefalus 
        kompartemen  ganda, mungkin mengandung risiko  herniasi 
        keatas  yang mendadak dari vermis sebelah atas  melalui 
        insisura tentorii. Pada keadaan ini dekompresi  ventri- 
        kel  keempat yang terisolasi, baik oleh  insersi  shunt 
        yang lain keventrikel keempat (shunt ganda) atau dengan 
        membuka ventrikel keempat yang terjebak, diutamakan.
        
        
        Kraniosinostosis Pasca Operasi Pintas
        
        Setelah shunting, lingkar kepala biasanya berkurang un- 
        tuk beberapa bulan, hingga pertumbuhan otak mengisi ru- 
        ang mati akibat disproporsi kranioserebral. Bila  shun- 
        ting dilakukan sebelum pertumbuhan otak maksimal, penu- 
        tupan sutura prematur, terutama sinostosis sagittal dan 
        penebalan kalvarium, bisa terjadi, namun sangat jarang.