ILMU BEDAH SARAF


Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon.
saanin@padang.wasantara.net.id
Ka. SMF Bedah Saraf RSUP. Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang.

Cari dalam ejaan/bahasa Indonesia di situs ini :
Search term:
Case-sensitive - yes
exact fuzzy

2. CEDERA KEPALA
A. Penyebab
B. Klasifikasi
C. Pengelolaan Cedera Kepala
D. Pertimbangan untuk Operasi
E. Obat-obat Terapeutik
F. Pemantauan dan Pengontrolan T.I.K
G. Pengelolaan Cedera Penyerta
H. Sekuele Cedera Kepala
I. Prognosis
J. Konklusi
 
KEMBALI KEHALAMAN UTAMA
 

        6. PEMANTAUAN DAN PENGONTROLAN 
           TEKANAN INTRAKRANIAL
        
        Indikasi
        
        Cedera kepala adalah indikasi paling umum untuk  peman- 
        tauan TIK. Sebagai patokan, pasien yang dapat mengikuti 
        perintah sederhana tidak memerlukan pemantauan.  Mereka 
        mungkin cukup diamati secara klinis. Pasien yang  tidak 
        dapat  mengikuti perintah dan mempunyai CT scan  abnor- 
        mal, insidens terjadinya hipertensi intrakranial adalah 
        tinggi  (53 hingga 63 persen) dan disarankan untuk  pe- 
        mantauan. Cedera kepala berat dengan CT scan normal  u- 
        mumnya mempunyai insidens hipertensi intrakranial  ren- 
        dah (13 persen), kecuali mereka memiliki dua atau lebih 
        keadaan buruk berikut saat masuk:
        
        1. Tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg
        2. Postur motor uni atau bilateral
        3. Usia diatas 40
        
             TIK harus dipantau pada pasien dengan kontusi yang 
        tidak mampu mengikuti perintah sederhana.  Bila tekanan 
        meninggi  dan menetap diatas 25 hingga 30 mmHg,  debri- 
        demen  operatif biasanya diindikasikan.  Klinisi  harus 
        waspada  bahwa TIK tidak selalu meninggi karena  adanya 
        proses intrakranial. Ini terutama jelas pada lesi lobus 
        temporal yang dapat menimbulkan herniasi tentorial tan- 
        pa adanya peninggian TIK.
        
        
        Pengobatan Peninggian TIK
        
        Terdapat  beberapa perdebatan tentang  penentuan  suatu 
        peninggian TIK. Semula diputuskan secara agak kasar un- 
        tuk  mengobati tekanan intrakranial yang lebih dari  25 
        mmHg  pada pasien dengan cedera kepala berat.  Kemudian 
        kelompok  lainnya menurunkan pada 20 mmHg dan  kemudian 
        15 mmHg. Peninggian TIK sementara karena manipulasi pa- 
        sien  seperti pengisapan lendir, pemindahan posisi  tu- 
        buh, atau batuk tidak merupakan alasan yang cukup untuk 
        pengobatan. Pendekatan bertahap terhadap peninggian TIK 
        berikut dianjurkan:
        
        1. Pastikan posisi tubuh dan leher yang optimal.  Umum- 
           nya  leher harus pada posisi netral  untuk  menjamin 
           pengaliran vena. Pemutaran leher pada posisi ekstrem 
           berakibat  pengurangan outflow vena  dan  peninggian 
           tekanan  intrakranial. Derajat  pengangkatan  kepala 
           optimal agak kontroversial. Walau umumnya  dipercaya 
           bahwa peninggian kepala adalah manuver yang  berman- 
           faat,  beberapa penulis berpendapat hal  ini  adalah 
           individual dan peninggian kepala mungkin  mengganggu 
           perfusi serebral pada beberapa kasus. 
        2. Periksa kalibrasi. Sebelum langkah yang lebih lanjut 
           diambil untuk mengobati tekanan intrakranial, perta- 
           ma-tama sistem pemantauan harus dikalibrasi dan pas- 
           tikan bacaan bukan artifak.
        3. Periksa Na+ dan AGD serum. Hiponatremia adalah masa- 
           lah yang umum pada pasien bedah saraf, sering  seba- 
           gai akibat SIADH. Hiponatremia harus dikoreksi agre-
           sif karena berpengaruh dramatis terhadap pembengkak-
           an otak. Hiperkarbia juga berakibat pada pembengkak-
           an  otak sekunder terhadap  vasodilatasi.  Digunakan 
           hiperventilasi (penurunan PCO2 hingga 25 mmHg) seba-
           gai  tindakan  rutin dalam mengobati  pasien  dengan 
           pembengkakan otak potensial. Penelitian mutakhir me- 
           nunjukkan bahwa hiperventilasi setelah beberapa wak- 
           tu mungkin berperan dalam timbulnya iskemia serebral 
           akibat  vaso konstriksi (H.F. Young). Karenanya  hal 
           ini  hanya digunakan dimana perlu, dan  untuk  waktu 
           singkat yang diperlukan untuk mempertahankan tekanan 
           intrakranial dalam batas normal.
        4. Pastikan tidak ada kejang. Walau bukan hal yang umum 
           terjadi, kejang subklinis bisa berakibat  peninggian 
           TIK yang tak diperkirakan.
        5. Pastikan  tidak ada lesi massa dengan CT scan .  Pe- 
           ninggian TIK adalah pertanda masalah dan tidak boleh 
           dipikirkan sebagai suatu diagnosis semata. Karenanya 
           bila  tindakan  sebelumnya tidak  mengatasi  masalah 
           TIK,  CT scan otak harus dilakukan untuk  memastikan 
           tiadanya lesi massa. 
        6. Hiperventilasi hingga PCO2 sekitar 25 mmHg.
        7. Alirkan CSS melalui ventrikulostomi. Pengaliran  CSS 
           intermitten  melalui ventrikulostomi  adalah  metoda 
           sangat berguna dalam mengontrol tekanan  intrakrani- 
           al. Untuk alasan ini kateter ventrikular paling ber-
           guna dibanding alat pemantau lainnya.
        8. Pemberian mannitol (0.25 hingga 2.0 g/kg). Tetap me- 
           rupakan obat terpilih untuk mengobati peninggian te- 
           kanan  intrakranial. Walau urea dan  gliserol  sudah 
           digunakan dibeberapa negara, mannitol tetap  merupa- 
           kan obat yang paling luas digunakan. Ia beraksi  ce- 
           pat, relatif aman, dan kemampuan untuk diberikan in- 
           tra vena berperan atas popularitasnya.
        9. Induksi koma dengan barbiturat. Bila semua  tindakan 
           diatas  gagal mengontrol TIK, koma  barbiturat  bisa 
           dipertimbangkan. Pegangan umum, bila didapatkan bah- 
           wa TIK tetap meninggi diatas 25 mmHg selama 30 menit 
           atau  diatas 30 mmHg untuk 15 menit walau sudah  de- 
           ngan semua tindakan terdahulu. Obat yang umum  digu- 
           nakan  adalah pentobarbital (Nembutal) dengan  dosis 
           10  mg/kg sebagai dosis loading, dalam 30  menit,  5 
           mg/kg setiap 1 jam kali 3, diikuti dosis pemelihara- 
           an 1 mg/kg/jam diatur hingga didapat kadar serum 3-4 
           mg%.