ILMU BEDAH SARAF


Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon.
saanin@padang.wasantara.net.id
Ka. SMF Bedah Saraf RSUP. Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang.

Cari dalam ejaan/bahasa Indonesia di situs ini :
Search term:
Case-sensitive - yes
exact fuzzy

3. ANOMALI SUSUNAN SARAF PUSAT
A. Perkembangan dan Anomali S.S.P
B. Diagnosis Anomali Kongenital dengan CT Scanning
C. Ukuran Kepala Abnormal
D. Hidrosefalus Kongenital
E. Malformasi Serebral
F. Malformasi Serebeler
G. Disrafisme
H. Kraniosinostosis
I. Anomali Kraniovertebral
J. Sindroma Neurokutanosa (Fakomatosis)
K. Malformasi Vaskuler
L. Tumor Otak Kongenital
 
KEMBALI KEHALAMAN UTAMA
 

        
        10. SINDROMA NEUROKUTANOSA 
            (FAKOMATOSIS)
        
        Fakomatosis adalah malformasi yang disebabkan oleh  ke- 
        lainan  histogenesis. Proliferasi sel  abnormal  sering 
        terjadi pada sistema saraf serta kulit (sindroma neuro- 
        kutanosa). Proliferasi sel Schwann abnormal pada siste- 
        ma saraf pusat pada neurofobromatosis, dan astrosit pa- 
        da sklerosis tuberosa, akan membentuk lesi massa.  Bila 
        lesi massa menggantikan tempat jaringan saraf, bisa di- 
        sebut hamartoma.
             Neurofibromatosis, sklerosis tuberosa, dan  angio- 
        matosis serebeloretinal pertama dikelompokkan kefakoma-
        tosis  oleh van der Hoeve tahun 1932. Kelainan  Sturge-
        Weber  dan ataksia-telangiektasia  dimasukkan  kedaftar 
        fakomatosis  kemudian. Kelainan tersebut  bersifat  ge- 
        netik dan herediter.
        
        
        NEUROFIBROMATOSIS (PENYAKIT VON RECKLINGHAUSEN)
        
        Pertama  dijelaskan oleh von Recklinghausen pada  1882. 
        Adalah penyakit yang diturunkan melalui autosom dominan 
        dan lebih sering pada laki-laki. Manifestasi klinis bi- 
        sa  seragam atau berbeda pada kasus  familial.  Menurut 
        Crowe, setengah anggota dari satu keluarga yang  mende- 
        rita kelainan ini tanpa disertai kelainan kulit.  Kasus 
        sporadis atau terbatas  dipikirkan sebagai diinduksi o- 
        leh mutasi spontan.
             Stigma kutanosa dari kelainan ini terdiri dari ne- 
        urofibroma (fibromata molluska) dan bercak  cafe-au-la- 
        it. Neurofibroma biasanya melebihi diameter 1.5 sm, dan 
        biasanya terdapat paling tidak lima buah. Mungkin tidak 
        dijumpai saat lahir dan tampil setelah usia dua tahun.
             Abnormalitas  sistema saraf ada empat  jenis:  (1) 
        retardasi mental, (2) tumor intrakranial, (3) tumor in- 
        traspinal, dan (4) tumor saraf perifer. Neoplasma  sis- 
        tema saraf yang umum dijumpai adalah neuroma,  biasanya 
        akustika,  trigeminal, dan saraf spinal.  Penyakit  ini 
        sering disertai meningioma multipel, glioma optik,  dan 
        glioma batang otak.
             Pada  kebanyakan kasus anak  hanya  memperlihatkan 
        manifestasi kutanosa, dan neoplasma sistema saraf,  de- 
        ngan kekecualian glioma saraf optik, jarang tampak pada 
        anak.
             Glioma  optik terjadi pada sekitar 10 persen  anak 
        dengan neurofibromatosis, dan neurofibromatosis terjadi 
        pada sekitar 25 persen dari glioma optik. Neuroma akus- 
        tika sangat jarang pada anak dan terjadi hanya pada ne- 
        urofibromatosis. Abnormalitas arteria serebral, teruta- 
        ma  oklusi serebrovaskuler multipel,  mungkin  terdapat 
        pada  anak. Konsekuensinya pemeriksaan  neuroradiologis 
        harus  termasuk angiografi serebral bila gejala  klinis 
        mencurigakan  adanya abnormalitas serebrovaskuler  pada 
        anak dengan neurofibromatosis.  Sekitar 10 persen  anak 
        dengan neurofibromatosis memiliki bangkitan dan  retar- 
        dasi mental.
             Perubahan skeletal yang mengenai tengkorak, tulang 
        belakang,  dan ekstremitas sering  dijumpai.  Perubahan 
        yang biasa terjadi pada tengkorak adalah displasia  sa- 
        yap sfenoid, perubahan seller akibat lesi saraf  optik, 
        pembesaran kanal optik akibat glioma saraf  optik,  pe- 
        lebaran lubang saraf kranial lainnya, dan defek  sutura 
        lambdoid.  Defek sayap sfenoid besar  bisa  menimbulkan 
        eksoftalmos yang berpulsasi. Pada foto tengkorak,  neu- 
        rofibromatosis mungkin menyerupai tampilan plagiosefali 
        atau sista arakhnoid pada fossa media. Defek umum  yang 
        biasanya mengenai tulang belakang adalah displasia ruas 
        tulang  belakang, kifoskoliosis, dan scalloping  poste- 
        rior badan ruas tulang belakang.
             Gambaran radiologis neurofibromatosis telah  dila- 
        porkan. CT scan menunjukkan tidak hanya lesi tengkorak, 
        namun juga lesi intrakranial. Displasia atap tengkorak, 
        dasar tengkorak, dan orbit;  tumor intrakranial;  tumor 
        orbital;  dan hipoplasia lobus temporal mudah  disaksi- 
        kan.  Dilatasi ventrikuler adalah temuan yang umum  di- 
        jumpai pada neurofibromatosis dan mungkin akibat atrofi 
        serebral ringan.
        
        
        SKLEROSIS TUBEROSA (PENYAKIT BOURNEVILLE-PRINGLE)
        
        Bourneville  menjelaskan kasus tuber serebral  terbatas 
        yang  disertai bangkitan epileptik serta kelainan  men- 
        tal, dimana sindroma ini dinamakannya sklerosis tubero- 
        sa, tahun1880. Pringle menemukan lesi dimuka pada  tiap 
        pasien dan dinamainya adenoma sebaseum pada tahun 1908. 
        Vogt melaporkan triad klinis epilepsi, defisiensi  men- 
        tal,  dan adenoma sebaseum sebagai  karakter  sklerosis 
        tuberosa pada tahun 1908. Epoloia, suatu kombinasi epi- 
        lepsi dengan anoia (mindlessness), bisa digunakan seba- 
        gai sinonimnya. Lagos dan Gomez melaporkan kasus  skle- 
        rosis  tuberosa dan menemukan bahwa kasus dengan  triad 
        klinis  lengkap lebih sedikit dari yang tidak  memiliki 
        satu dari tiga gejala. Triad patologis terdiri dari  a- 
        denoma  sebaseum, tumor jantung dan ginjal,  dan  nodul 
        neuroglial (tuber) diotak.
             Walau sklerosis tuberosa dipercaya herediter, ben- 
        tuk transmisinya tidak jelas. Transmisi dominan autosom 
        terjadi pada banyak kasus. Menurut penelitian terakhir, 
        81 persen kasus diperkirakan mutasi baru. Gambaran kli- 
        nis bervariasi pada atau sekitar anggota keluarga.  Ke- 
        turunan penderita adenoma sebaseum dan bercak  shagreen 
        atau fibroma subungual dan nevi putih diperkirakan  me- 
        miliki kemungkinan 50 persen menderita kelainan ini.
             Tuber  kortikal dan tuber subependimal, yang  ter- 
        akhir  biasa  dijumpai pada badan dan  tanduk  inferior 
        ventrikel lateral, diketahui sebagai lesi serebral. Me- 
        reka  sering mengalami kalsifikasi. Nodul  subependimal 
        tampak sebagai 'tetesan lilin' atau 'parit lilin'  pada 
        pemeriksaan dengan udara. Tuber periventrikuler mungkin 
        menjadi tumor yang sangat besar (astrositoma sel raksa- 
        sa subependimal) sekitar foramen Monro. Karena tumor i- 
        ni tidak radiosensitif, pengangkatannya diperlukan. Le- 
        si kutanosa terdiri dari adenoma sebaseum bentuk  kupu-
        kupu  pada  muka, bercak shagreen,  fibroma  subungual, 
        bercak akhromik, nodul subkutanosa, bercak  cafe-au-la- 
        it. Pada sistema skeletal, lesi mungkin ditemukan  pada 
        tengkorak, tulang panjang, tulang belakang, pelvis, ta- 
        ngan,  dan kaki. Pada organ lain,  rabdomioma  jantung, 
        tumor  retinal (fakoma), hamartoma  embrional  campuran 
        pada ginjal, duodenum, hati, kelenjar tiroid,  kelenjar 
        adrenal dan ovarium bisa ditemukan.
             CT  scan merupakan alat diagnosis  paling  berguna 
        pada  tuber  subependimal. Tuber tampak  sebagai  nodul 
        yang berkalsifikasi pada dinding ventrikel dan  mungkin 
        tidak tampak pada foto polos tengkorak. Ventrikel  pada 
        sklerosis tuberosa sedikit membesar sebagai akibat  at- 
        rofi serebral. Astrositoma sel raksasa subependimal pa- 
        da  tanduk  frontal ventrikel lateral  merupakan  massa 
        dengan sedikit peninggian atenuasi dan sering diperkuat 
        olah  pemeriksaan memakai kontras. Bila  foramen  monro 
        terobstruksi, timbul hidrosefalus. Pleksus khoroid  ha- 
        rus  dibedakan dari tuber. Yang pertama  terletak  pada 
        trigonum  atau tepi medial ventrikel lateral dan  jelas 
        diperkuat  oleh injeksi medium kontras; tuber  terletak 
        sepanjang tepi lateral ventrikel lateral. Ia tampak se- 
        bagai massa yang berkalsifikasi dan tidak diperkuat  o- 
        leh pemeriksaan kontras. Tuber juga harus dibedakan da- 
        ri setiap kelainan yang berhubungan dengan  kalsifikasi 
        periventrikuler seperti toksoplasmosis dan penyakit in- 
        klusi sitomegalik.
        
        
        ANGIOMATOSIS ENSEFALOTRIGEMINAL
        (PENYAKIT STURGE-WEBER)
        
        Sturge melaporkan pada 1879 kasus angioma pada satu si- 
        si muka disertai adanya glaukoma ipisilateral, hemiple- 
        gia, dan epilepsi. Ia melaporkan gejala serebral  dise- 
        babkan oleh angioma pada otak yang sejenis dengan tumor 
        pada  muka. Weber memperlihatkan kalsifikasi otak  pada 
        foto polos tengkorak pada 1929.
             Kelainan ini mengandung hal berikut:
        
        1. Angiomatosis kutanosa (nevus flammeus atau nevus ka- 
           pilari) atau pewarnaan port-wine hemifasial.
        2. Bangkitan epileptik yang mulai pada usia anak-anak.
        3. Kalsifikasi giriform.
        4. Buftalmos atau glaukoma.
        5. Retardasi mental.
        6. Hemiplegia.
        7. Hemianopsia homonim.
        
        Angiomatosis  leptomeningeal tampak paling sering  pada 
        lobus oksipital. Korteks serebral dibawah angioma meng- 
        alami kalsifikasi karena gangguan sirkulasi. Kalsifika- 
        si dikenal sebagai kontur ganda pada foto polos tengko- 
        rak.
             Temuan  yang umum pada angiogram  serebral  adalah 
        vena kortikal abnormal  yang mengalirkan isi vena  kor- 
        tikal  permukaan dan sinus sagital  superior  kesistema 
        vena dalam.
             CT  scan paling baik dalam mendeteksi  kalsifikasi 
        kortikal dan berguna dalam diagnosis dini kelainan ini. 
        Kalsifikasi  sering lebih jelas pada CT scan  dibanding 
        foto  polos tengkorak. CT scan biasanya  memperlihatkan 
        kalsifikasi kortikal giriformis pada lobus temporal dan 
        oksipital. Hemisfer serebral mungkin dilapisi  angioma, 
        dan malformasi vaskuler pial mungkin diperkuat oleh zat 
        kontras pada semua kasus. Atrofi kortikal dan  ketidak- 
        setangkupan bentuk dan ketebalan tengkorak sering  tam- 
        pak. Kalsifikasi giriformis yang khas untuk kelainan i- 
        ni biasanya tampak setelah usia dua tahun.  Kalsifikasi 
        sejenis mungkin dijumpai pada leukemia SSP. Diferensia- 
        si  klinis kedua kelainan ini tidak sulit.  Kalsifikasi 
        bilateral mungkin dijumpai. Hemisferektomi mungkin  di- 
        indikasikan untuk bangkitan yang tak terkontrol.
        
        
        ANGIOMATOSIS SEREBELORETINAL
        (PENYAKIT VON HIPPEL-LINDAU)
        
        Angiomatosis serebeloretinal terdiri dari hemangioblas- 
        toma serebeler, angioma retinal, lesi tipikal organ in- 
        ternal, dan eritrositosis darah perifer. Angioma  reti- 
        nal pertama dikemukakan von Hippel 1904. Lindau menemu- 
        kan  tahun 1926, saat  meneliti tumor serebeler,  bahwa 
        hemangioblastoma  serebeler sering bersamaan dengan  a- 
        ngiomatosis  retina dan mengajukan hubungan ini sebagai 
        kesatuan  nosologis. Cushing dan Bailey  menamakan  hu- 
        bungan  ini  sebagai Penyakit Lindau pada  tahun  1928. 
        Hemangioblastoma sering terjadi sebagai lesi sistik pa- 
        da paramedian hemisfer serebeler. Bisa terbentuk  soli- 
        ter atau multipel. Sista berisi cairan xantokhrom,  dan 
        terdapat nodul mural. Setiap lesi organ internal  dije- 
        laskan sebagai foekhromositoma medulla adrenal,  hiper- 
        nefroma  ginjal, dan sista atau angioma limpa dan  gin- 
        jal.
             Mungkin  terdapat siringomielia,  meningioma,  dan 
        paraganglioma. Sista tulang dan nevi vaskuler dan  ber- 
        pigmen pada kulit dan mukosa bisa dijumpai.
             Lesi organ internal jarang memberikan gejala. Pre- 
        sentasi  klinis terdiri dari peninggian TIK  dan  tanda 
        serebeler  akibat tumor serebeler, dan gangguan  visual 
        akibat angioma retinal. Polisitemia mungkin  menghilang 
        setelah pengangkatan hemangioblastoma serebeler.
             Hemangioblastoma serebeler tampak pada CT scan se- 
        bagai area densitas rendah pada bagian sistik dan  area 
        isodensitas  atau sedikit hiperdensitas pada nodus  mu- 
        ral. Obstruksi ventrikel keempat oleh efek massa biasa- 
        nya menyebebkan hidrosefalus. Nodul solid pada  dinding 
        sista diperkuat secara merata oleh injeksi kontras. Ba- 
        gian perifer lesi sistik diperkuat dan dikelilingi cin- 
        cin hiperdens. Konsekuensinya, diferensiasi keadaan ini 
        dengan sista arakhnoid tidak sulit. Sarkoma sistik atau 
        ependimoma mungkin memberikan temuan CT scan serupa.
        
        
        SINDROMA NEUROKUTANOSA LAIN
        
        
        Ataksia-Telangiektasia
        (Sindroma Louis-Bar atau Border-Sedgwick)
        
        Sindroma  ini dijelaskan oleh Louis-Bar pada  1941  dan 
        dinamakan  ataksia-telangiektasia dan dianggap  sebagai 
        fakomatosis  kelima. Gambaran khas sindroma ini  adalah 
        ataksia serebeler progresif yang dimulai saat bayi, dan 
        telangiektasia progresif dari bulbar konjunktiva  serta 
        muka. Gangguan motor tampak menonjol sebagai khoreoate- 
        totik.  Infeksi sinus paranasal serta paru-paru  sering 
        berulang.  Mekanisme immunologis terganggu serta  timus 
        tampak hipoplastik. Tumor maligna jarang. Perubahan se- 
        rebeler termasuk degenerasi sel Purkinje, dan  dilatasi 
        serta  penipisan dinding pembuluh kecil pial dan  subs- 
        tansia putih. Lesi bisa dilihat pada cord tulang  bela- 
        kang.  CT scan memperlihatkan atrofi serebeler,  sesuai 
        dengan temuan patologis.
        
        
        Melanosis Neurokutanosa (Sindroma Rokistansky-Bogaert)
        
        Nevi kutanosa berpigmen, melanosis leptomeningeal,  dan 
        pigmentasi  melanotik intraserebral adalah  khas  untuk 
        melanosis neurokutanosa.  Hidrosefalus  terjadi  karena 
        obstruksi  pada  daerah absorpsi CSS oleh  sel  pigmen. 
        Pasien   menampilkan  bangkitan  konvulsif,   retardasi 
        mental, iritasi meningeal kronik, palsi saraf  kranial, 
        dan peninggian TIK.
        

        Tabel 10-1. Sindroma Fakomatosa Jarang
        -------------------------------------------------------
         1. Melanosis neurokutanosa                        
              (sindroma Rokistansky-van Bogaert)           
         2. Inkontinensia pigmenti                         
              (sindroma Bloch-Sulzberger)                  
         3. Karsinoma sel basal nevoid multipel            
              (sindroma Ward-Gorlin-Goltz)                 
         4. Angiomatosis kutaneomeningospinal              
              (sindroma Berenbruch-Cushing-Cobb)           
         5. Angiomatosis osteohipertrofika                 
              (sindroma Klippel-Trenaunay)                 
         6. Angiomatosis sistemik (sindroma Ulmann)        
         7. Angiomatosis okuloserebral (sindroma Bregeat)  
         8. Lipomatosis circumscribed periferal multipel   
              (penyakit Krabbe-Bartels)                    
         9. Lipomatosis neurokutanosa                      
        10. Displasia fibrosa (sindroma Albright)
        -------------------------------------------------------