4. TUMOR INTRAKRANIAL
______________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Insidens
Tumor otak primer terjadi pada sekitar enam kasus per
100.000 populasi per tahun. Lebih sedikit pasien dengan
tumor metastatik yang datang kepusat bedah-saraf, walau
insidens sebenarnya harus sebanding, bahkan melebihi
tumor primer. Sekitar 1 dari tumor otak primer terjadi
pada anak-anak usia dibawah 15 tahun.
Lokasi
Pada dewasa, 80-85 persen terjadi supratentorial. Tumor
terbanyak adalah glioma, metastase dan meningioma.
Pada anak-anak 60 persen terjadi infratentorial.
Medulloblastoma dan astrositoma serebeler adalah pre-
dominan.
Patologi
Tumor intrakranial sering diuraikan sebagai 'jinak' dan
'ganas', namun istilah ini tidak dapat langsung diban-
dingkan dengan tumor yang terjadi ekstrakranial:
Tumor intrakranial jinak mempunyai efek membinasa-
kan karena ia berkembang didalam rongga tengkorak yang
berdinding kaku. Astrositoma jinak bisa menginfiltrasi
jaringan otak secara luas hingga mencegah untuk peng-
angkatan total, atau mengisi daerah neurologis yang
kritis yang bahkan mencegah pengangkatan parsial seka-
lipun.
Tumor intrakranial ganas berarti pertumbuhan yang
cepat, diferensiasi yang buruk, selularitas yang ber-
tambah, mitosis, nekrosis dan proliferasi vaskuler. Na-
mun metastasis kedaerah ekstrakranial jarang terjadi.
Klasifikasi Patologis
Tahun 1979, WHO mengajukan dan disetujui secara inter-
nasional, klasifikasi tumor intrakranial berdasarkan
pada jaringan asal tumornya. Ini mencegah pemakaian is-
tilah 'glioma', yang sebelumnya mencakup astrositoma,
oligodendroglioma, ependimoma, dan glioblastoma multi-
forme. Karena sel asal glioblastoma yang sangat ganas
tidak diketahui, ia diklasifikasikan kedalam tumor yang
berasal embrionik.
KLASIFIKASI PATOLOGIS
Neuroepitelial
Astrosit
Astrositoma: Adalah tumor otak primer yang paling se-
ring terjadi. Gambaran histologis memungkinkan pemisah-
an kedalam empat tingkat tergantung tingkat keganasan.
Penderajatan ini ketepatannya terbatas dan hanya me-
nunjukkan gambaran contoh biopsi dan tidak selalu mewa-
kili tumor keseluruhan. Jenis paling ganas, astrositoma
anaplastik (derajat IV), terjadi paling sering dan
menginfiltrasi jaringan sekitarnya secara luas. Astro-
sitoma derajat rendah yang lebih jarang terjadi, anta-
ranya jenis pilositik (juvenil) dan fibriler, proto-
plasmik dan gemistositik.
Oligodendrosit
Oligodendroglioma: Biasanya tumbuh lambat, tumor berba-
tas tegas. Variannya antara lain bentuk anaplastik (ga-
nas) dan 'campuran' astrositoma oligodendroglioma.
Sel ependimal dan pleksus khoroid
Ependimoma: Terjadi dimana saja sepanjang sistema ven-
trikuler dan kanal spinal, namun terutama terjadi pada
ventrikel keempat dan kauda ekuina. Ia menginfiltrasi
jaringan sekitarnya dan mungkin menyebar melalui jalur
CSS. Variannya antara lain jenis anaplastik dan sube-
pendimoma yang berasal dari astrosit subependimal.
Papiloma pleksus khoroid: Tumor yang jarang dan terka-
dang sebagai penyebab hidrosefalus akibat produksi CSS
yang berlebihan. Biasanya jinak namun terkadang dalam
bentuk ganas.
Sel saraf
Ganglioglioma/Gangliositoma/Neuroblastoma: Tumor jarang
berisi sel ganglion dan neuron abnormal. Terjadi dalam
berbagai tingkat keganasan.
Sel pineal
Pineositoma/Pineoblastoma: Tumor yang sangat jarang.
Yang disebut terakhir kurang berdiferensiasi dengan ba-
ik dan memperlihatkan pertumbuhan yang lebih ganas.
Sel berdiferensiasi buruk dan sel embrionik
Glioblastoma multiforme: Tumor sangat ganas. Dengan ti-
dak adanya diferensiasi sel, mencegah identifikasi ja-
ringan asal.
Medulloblastoma: Tumor ganas anak-anak berasal dari
vermis serebeler. Kelompok kecil sel yang terkumpul pa-
dat sering membentuk roset sekeliling akson yang rusak.
Mungkin menyebar melalui jalur CSS.
Mening
Meningioma: Berasal dari granulasi arakhnoid, biasanya
sangat dekat dengan sinus venosa namun juga ditemukan
diatas konveksitas hemisferik. Tumor lebih bersifat me-
nekan dari pada menginvasi otak sekitarnya. Ia juga
terjadi pada orbit dan tulang belakang. Kebanyakan ji-
nak (walau cenderung menginvasi tulang berdekatan) na-
mun beberapa mengalami perubahan sarkomatosa. Secara
histologis memperlihatkan whorls jaringan fibrosa serta
sel kumparan. Tampak badan psammoma dan kalsifikasi.
Histologis terdiri jenis sinsitial, transisional, fib-
roblastik, dan angioblastik.
Sarkoma meningeal dan Melanoma meningeal primer: Tumor
yang sangat jarang.
Sel Selubung Saraf
Tumor intrakranial sel selubung saraf yang biasanya me-
ngenai saraf akustik, dan terkadang saraf trigeminal.
Neurinoma (sin. shwannoma, neurilemmoma): Tumor tumbuh
lambat, non invasif, terletak erat pada sisi saraf a-
salnya. Histologis terdiri dari Antoni jenis A; kelom-
pok padat sel yang dangkal atau berbentuk lingkaran
('whorl'), berkelompok atau membentuk pallisade, dan
Antoni jenis B; jaringan kelompok sel stelata yang ber-
hubungan secara renggang.
Neurofibroma: Tumor difusa, meluas keseluruh saraf, me-
lalui mana serabut saraf lewat. Tumor ini berhubungan
dengan sindroma von Recklinghausen dan mempunyai kecen-
derungan yang besar menjadi ganas dibanding neurinoma.
Pembuluh Darah
Hemangioblastoma: Terjadi didalam parenkhima serebeler
atau cord spinal. 1926, Lindau menguraikan sindroma
yang berkaitan dengan hemangioblastoma serebeler dan a-
tau spinal dengan tumor yang serupa pada retina (penya-
kit von Hippel) serta lesi sistik dipankreas dan gin-
jal.
Sel Germinal
Germinoma: tumor sel sferoid primitif sejenis seminoma
testis.
Teratoma: Tumor mengandung campuran jaringan berdife-
rensiasi baik; dermis,otot,tulang.
Keduanya adalah tumor jarang pada regio pineal (yang
tidak berasal dari sel pineal).
Tumor Karena Gangguan Perkembangan
Kraniofaringioma: Asal dari sisa sel epitel bukal dan
terletak dalam hubungan yang erat dengan tangkai pitui-
tari. Biasanya nonnoduler dengan daerah sistik berisi
cairan kehijauan serta material kholesteatomatosa.
Sista epidermoid/dermoid: Tumor sistik jarang, berasal
dari sisa sel yang akan membentuk epidermis/dermis.
Sista koloid: Tumor sistik berasal dari sisa embriolo-
gis pada atap ventrikel ketiga.
Kelenjar Pituitari Anterior
Adenoma pituitari: Tumor jinak, biasanya mengsekresikan
jumlah yang berlebihan dari hormon prolaktin, pertum-
buhan dan adrenokortikotropik.
Adenokarsinoma: Tumor ganas yang terkadang terjadi pada
pituitari.
Ekstensi Lokal Dari Tumor Berdekatan
Khordoma: Tumor jarang, berasal dari sisa sel noto-
khord. Mungkin terjadi dimana saja dari sfenoid hingga
koksiks, namun tersering didaerah basi-oksipital dan
sakrokoksigeal, menginvasi dan menghancurkan tulang se-
kitarnya.
Tumor glomus jugulare (sin. khemodektoma): Tumor vasku-
ler berasal dari jaringan glomus jugulare yang terletak
baik pada bulbus vena jugular internal atau pada mukosa
telinga tengah. Tumor menginvasi tulang petrosa dan bi-
sa meluas kefossa posteior atau leher.
Tumor lokal lainnya: Antara lain khondroma, khondrosar-
koma, dan silindroma.
Limfoma Maligna Primer (sin. mikrogliomatosis): Terben-
tuk sekitar pembuluh darah parenkhimal. Bisa soliter a-
tau multifokal. Sebagian pasien kelainannya mengenai
ekstrakranial; yang mana yang merupakan fokus primer
(intra atau ekstrakranial) tetap belum diketahui.
Tumor metastatik: Bisa berasal dari semua fokus primer,
namun paling sering berasal dari brokhus atau mamma.
KLASIFIKASI MENURUT LOKASI
Hemisfer Serebral
ekstrinsik: meningioma
sista (dermoid, epidermoid, arakhnoid)
intrinsik : astrositoma
glioblastoma
oligodendroglioma
ganglioglioma
limfoma
metastasis
Hipotalamus
astrositoma
Daerah Seller/Supraseller
adenoma pituitari
kraniofaringioma *
meningioma
glioma saraf optik *
sista episermoid/dermoid
Dasar Tengkorak dan Sinus
karsinoma: nasofaringeal / bisa berakibat
sinus, telinga / meningitis karsinomatosa
khordoma
tumor glomus jugulare
osteoma (mukosel)
Sistema ventrikuler
sista koloid
papiloma pleksus khoroid
ependimoma
germinoma
teratoma
meningioma
pineositoma/pineoblastoma
astrositoma
Daerah Pineal
ependimoma
germinoma
teratoma
meningioma
pineositoma/pineoblastoma
astrositoma
Fossa Posterior
ekstrinsik: neurilemmoma (VIII, V)
meningioma
sista epidermoid/dermoid
sista arakhnoid
intrinsik : metastasis
hemangioblastoma
medulloblastoma *
astrositoma * : serebelum
batang otak
* predominan pada anak-anak.
ETIOLOGI
Penyebab dari kebanyakan tumor otak tetap tidak dike-
tahui, namun beberapa tumor, faktor predisposisinya di-
ketahui:
Iradiasi Kranial: Pengamatan jangka panjang setelah ra-
diasi kepala menyeluruh (antaranya untuk tinea kapitis)
memperlihatkan peninggian insidens tumor jinak maupun
ganas; astrositoma, meningioma.
Terapi Immunosupressif: Meninggikan insidens limfoma
dan tumor limforetikuler.
Neurofibromatosis: Berkaitan dengan peninggian insidens
glioma saraf optik serta meningioma.
Sklerosis Tuberosa: berhubungan dengan pembentukan as-
trositoma subependimal.
INSIDENS
Sebagai contoh, tabel berikut diambil dari Adams,
Graham dan Doyle,'82, populasi 2.7 juta, dalam persen:
Supratentorial Dewasa Anak
Astrositoma anaplastik 40 7
(termasuk glioblastoma
multiforme)
Meningioma 15 -
Metastasis 12 -
Astrositoma 8 7
Adenoma pituitari 4 -
Kraniofaringioma 1 13
Oligodendroglioma 1 1
Sista koloid <1 -
Limfoma <1 -
Lain-lain 1 9
Infratentorial Dewasa Anak
Neurilemmoma 6 -
Metastasis 4 -
Hemangioblastoma 2 -
Astrositoma 1 27
Meningioma 1 -
Medulloblastoma 1 24
Dermoid/epidermoid 1 1
Ependimoma 1 6
Lain-lain 1 4
-------------------------------------------------------
Total Pasien dalam 5 tahun 876 70
GAMBARAN KLINIS
Gejala cenderung timbul perlahan, bertahap memburuk da-
lam beberapa minggu atau beberapa tahun, tergantung de-
rajat keganasan (bandingkan dengan onset akut yang ter-
jadi pada cerebrovascular accident diikuti perbaikan
bertahap bila pasien bertahan hidup). Kadang-kadang tu-
mor menampilkan gejala akut akibat perdarahan atau ter-
bentuknya hidrosefalus.
Tumor supratentorial Tumor infratentorial
/------- Efek massa -------/ obstruksi
| | jalur CSS
|---> Tanda dan gejala <---|
| peninggian TIK |
| |
/---> Herniasi tentorial |
| |
! |
Herniasi tonsiller <-/
/------ Kerusakan fokal ---/
| |
|-------> Epilepsi |
| |
/-----> Gangguan fungsi <--/
| | | |
| | | |
Kerusakan saraf <-/ | | /-> Kerusakan saraf
kranial I - VI ! ! Kranial III - XII
Serebral Serebeler
Efek Klinis (lihat bab-bab sebelumnya)
Peninggian TIK: nyeri kepala, muntah, edema papil.
Pergeseran otak: perburukan tingkat kesadaran, dilatasi
pupil.
Epilepsi: terjadi pada 30 persen pasien dengan tumor o-
tak. Bisa umum, fokal, atau fokal berkembang menjadi u-
mum.
Bangkitan parsial membantu lokalisasi lokasi tu-
mor:
- Bangkitan motor Jacksonian timbul dari korteks motor,
tonik atau klonik, dimuka atau anggota kontralateral.
- Bangkitan sensori timbul dari korteks sensori dan me-
nyebabkan baal dan tingling muka dan anggota kontra-
lateral.
- Bangkitan visual atau auditori sejati jarang.
- Bangkitan partial kompleks (lobus temporal) timbul
dari lobus temporal medial, membentuk halusinasi vi-
sual atau auditori, perasaan rasa abnormal, perasaan
cemas, deja vu, tidak familier atau depersonalisasi
serta automatisme.
Gangguan Fungsi:
Supratentorial
Lobus Frontal:
- Kelemahan muka, lengan, tungkai kontralateral
Disfasia ekspresif (hemisfer dominan)
Perubahan personalitas:
tabiat antisosial
kehilangan inhibisi
kehilangan inisiatif
gangguan intelektual
--? ditemukan demensia terutama bila korpus kalo-
sum terkena
(terkenanya jalur fronto-ponto-serebeler mungkin me-
nyerupai penyakit serebeler)
Lobus Temporal:
- Disfasia reseptif (hemisfer dominan)
Defek lapang pandang, kuadrantanopia homonim atas
Lobus Oksipital:
- Defek lapang pandang, hemianopia homonim
Korpus Kalosum:
- Sindroma diskoneksi
Apraksia
Buta kata-kata
Lobus Parietal:
- Gangguan sensasi:
lokalisasi sentuh
diskriminasi dua titik
gerak pasif
astereognosis
inatensi sensori
Gangguan lapang pandang, kuadrantanopia homonim bawah
Hemisfer dominan: disfasia reseptif
konfusi kiri/kanan
agnosia jari
akalkulia
agrafia
Hemisfer nondominan: apraksia
agnosia
Hipotalamus/Pituitari:
- Disfungsi endokrin
Tumor supratentorial mungkin langsung merusak saraf
kranial I dan II. Penekanan atau invasi pada sinus ka-
vernosus mungkin mengenai saraf kranial III-VI.
Infratentorial
Otak Tengah/Batang Otak:
- Lesi saraf kranial III-XII
Tanda traktus panjang, motor dan sensori
Perburukan tingkat kesadaran
Tremor (nukleus merah)
Gangguan gerak mata
Abnormalitas pupil
Muntah, tersedu (medulla)
Serebelum:
- Langkah ataksik
Tremor intensi
Inkoordinasi
Disartri
Nistagmus
Tumor batang otak intrinsik berlawanan dengan yang eks-
trinsik, lebih sering menimbulkan tanda traktus panjang
(motor dan sensori) pada awal perjalanan penyakit.
PEMERIKSAAN
Foto toraks dan LED: Tingginya insidens tumor metasta-
tik menyebabkan pemeriksaan ini diwajibkan pada pasien
yang diduga dengan tumor intrakranial.
Foto tengkorak:
Kalsifikasi
oligodendroglioma
meningioma (cari juga hiperostosis tulang sekitarnya)
kraniofaringioma
Lesi Osteolitik
tumor tulang primer atau sekunder
dermoid/epidermoid
khordoma
karsinoma nasofaringeal
mieloma
retikulosis
Tanda Peninggian TIK
diastasis sutura (pada bayi)
gambaran 'beaten brass', nilainya terbatas karena
bisa terjadi secara normal pada anak-anak dan be-
berapa orang dewasa
erosi klinoid posterior (mungkin juga terjadi akibat
tekanan lokal, misalnya kraniofaringioma
pergeseran pineal (pastikan bukan karena rotasi film)
CT scanning
Lokasi
misalnya frontal, oksipital dll
- ekstrinsik: diluar jaringan otak, misal meningioma
- intrinsik: didalam jaringan otak, misal astrositoma
Efek Massa
pergeseran garis tengah
kompresi ventrikuler
hidrosefalus (sekunder terhadap lesi ventrikel ketiga
atau fossa posterior)
Efek Terhadap Tulang Berdekatan
misal hiperostosis akibat meningioma
Lesi Singel atau Multipel
misal multipel, kemungkinan metastasis
Efek Penguatan Kontras
misal tak ada: astrositoma derajat rendah
irreguler: astrositoma ganas
homogen: meningioma
CT scan definisi tinggi (lebar antar slice sempit)
Berguna untuk mendeteksi tumor orbital, pituitari dan
fossa posterior
Rekonstruksi Koronal dan Sagital,
CT scan koronal langsung
Berguna untuk memperlihatkan perluasan vertikal dan
hubungan tumor, terutama bila intraventrikuler atau
timbul dari fossa pituitari atau dasar tengkorak.
Angiografi:
Walau angiografi bisa menampilkan blush tumor atau
pergeseran pembuluh, hanya kadang-kadang diperlukan
untuk melengkapi hasil CT scan. Pada beberapa kasus
diperlukan untuk informasi prabedah seperti mengeta-
hui pembuluh pencatu tumor, atau terkenanya atau kon-
striksi pembuluh utama oleh tumor.
M.R.I
Mungkin lebih baik dari CT scan, terutama basis teng-
korak.
Sidik Isotop
Berguna bila tidak memiliki CT scanner, namun tidak
bisa membedakan asal tumor.
Pemeriksaan CSS
Pungsi lumbar kontra indikasi bila ada dugaan tumor
intrakranial. Bila CSS didapat dari sumber lain, mi-
sal drainase ventrikuler atau saat operasi pintas,
pemeriksaan sitologis mungkin akan menampilkan sel
tumor.
Penanda Tumor
Usaha untuk mencari substansi yang menunjukkan per-
tumbuhan tumor spesifik dari darah atau CSS terbatas
pada hubungan antara peninggian alfa feto protein dan
gonadotrofin khorionik manusia dengan germinoma ven-
trikel ketiga yang membantu diagnosis. Perkembangan
antibodi monoklonal, dengan perbaikan pada sensitivi-
tasnya mungkin memberikan pendekatan yang bermanfaat
untuk lokalisasi tumor serta identifikasinya dimasa
yang akan datang.
PENYEBAB LAIN LESI MASSA INTRAKRANIAL SELAIN TUMOR
Vaskuler
hematoma
aneurisma raksasa
malformasi arteriovenosa
infark dengan edema
trombosis vena
Trauma
hematoma
kontusi
Infeksi
abses
tuberkuloma
sarkoidosis
ensefalitis
Sista
arakhnoid
parasitik (hidatid)
PENGELOLAAN
Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tu-
mor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap
tumor.
Dosis pembebanan dekasametason 12 mg. iv, diikuti
4 mg. q.i.d. sering mengurangi perburukan klinis yang
progresif dalam beberapa jam. Setelah beberapa hari
pengobatan, dosis dikurangi bertahap untuk menekan ri-
siko efek samping yang tak diharapkan.
Tumor seller atau paraseller kadang-kadang tampil
dengan insufisiensi steroid. Pada pasien ini perlin-
dungan steroid merupakan sarat mutlak tindakan aneste-
tik atau operatif.
Tindakan Operatif
Kebanyakan pasien dengan tumor intrakranial memerlukan
satu atau lebih pendekatan bedah-saraf. Contohnya anta-
ra lain sebagai berikut:
Kraniotomi: Flap tulang dipotong dan dibuka dengan
melipat.
Burr hole: Untuk biopsi langsung atau stereotaktik.
Pendekatan Transsfenoid: Melalui sinus sfenoid kefossa
pituitari.
Pendekatan Transoral: Membuang arkus atlas, peg odon-
toid dan klivus memberikan jalan mencapai aspek ante-
rior batang otak dan cord servikal atas. Jarang digu-
nakan. Biasanya untuk tumor letak depan seperti ne-
urofibroma, khordoma.
Kraniektomi: Burr hole diikuti pengangkatan tulang se-
kitarnya untuk memperluas bukaan, rutin digunakan un-
tuk pendekatan pada fossa posterior.
Prosedur biopsi, pengangkatan tumor parsial/ dekompresi
internal atau pengangkatan total tumor tergantung asal
dan lokasi tumor. Tumor ganas primer yang infiltratif
mencegah pengangkatan total dan sering operasi dilaku-
kan terbatas untuk biopsi atau dekompresi tumor. Pros-
pek pengangkatan total membaik pada tumor jinak seperti
meningioma atau kraniofaringioma; bila banyak tumor
yang terabaikan, atau bagian tumor mengenai struktur
dalam, bisa berakibat rekurensi.
Radioterapi
Saat ini tindakan terhadap tumor intrakranial mengguna-
kan salah satu dari cara berikut:
sinar-x megavoltase
sinar gama dari kobalt60
berkas elektron dari akselerator linear
partikel yang dipercepat dari siklotron, seperti ne-
utron, nuklei dari helium, proton
Sebagai alternatif, tumor ditindak dari dalam
(brakhiterapi) dengan mengimplantasikan butir radioak-
tif seperti ytrium90.
Kontras dengan metoda tua dengan 'terapi sinar-x
dalam', tehnik modern memberikan penetrasi jaringan le-
bih dalam dan mencegah kerusakan radiasi terhadap per-
mukaan kulit.
Efek radioterapi tergantung dosis total, biasanya
hingga 6.000 rad, dan durasi pengobatan. Harus terdapat
keseimbangan terhadap risiko pada struktur normal se-
kitar. Umumnya, makin cepat sel membelah, makin besar
sensitivitasnya. Radioterapi terutama bernilai pada pe-
ngelolaan tumor ganas; astrositoma maligna, metastasis,
medulloblastoma dan germinoma, namun juga berperan pen-
ting pada beberapa tumor jinak; adenoma pituitari, kra-
niofaringioma. Karena beberapa tumor menyebar melalui
jalur CSS seperti medulloblastoma, iradiasi seluruh ak-
sis neural menekan risiko terjadinya rekurensi dalam
selang waktu singkat.
Komplikasi Radioterapi: Setelah tindakan, perburukan
pasien bisa terjadi karena beberapa hal:
selama tindakan: peningkatan edema, reversibel
setelah beberapa minggu/bulan: demielinasi
enam bulan-10 tahun: radionekrosis, irreversibel
(biasanya satu hingga dua tahun)
Komplikasi serupa mungkin mengenai cord spinal setelah
iradiasi tumor spinal.
Sensitiser sel hipoksik: Saat radioterapi, bagian dari
proses destruktif adalah konversi oksigen ke ion hid-
roksil. Adanya area hipoksik didalam jaringan tumor me-
nambah radioresistensi. Penggunaan sensitiser sel hi-
poksik seperti misonidazol, bertujuan meningkatkan sen-
sitivitas didalam regio ini. Manfaat zat ini masih da-
lam pengamatan.
Khemoterapi
Manfaatnya belum jelas. Yang biasanya digunakan adalah
BCNU, CCNU, metil CCNU, prokarbazin, vinkristin dan me-
totreksat.
Obat khemoterapeutik ideal adalah membunuh sel tu-
mor secara selektif; namun respon sel tumor berkaitan
langsung dengan dosis. Tak dapat dihindarkan, dosis
tinggi menyebabkan toksisitas 'bone marrow'. Dalam
praktek, kegagalan menimbulkan tanda depresi 'marrow'
(antara lain leukopenia) menunjukkan dosis yang tidak
adekuat.
Efek samping merintangi pemakaian khemoterapi pada
tumor jinak atau 'derajat rendah'. Pada pasien dengan
tumor ganas, beberapa penelitian menunjukkan terapi
tunggal atau kombinasi menghasilkan beberapa remisi tu-
mor, namun penelitian terkontrol acak memperlihatkan
hasil yang tak sesuai. Pada astrositoma maligna, BCNU
mungkin bermanfaat sedang. Pada medulloblastoma, terapi
kombinasi CCNU dan vinkristin mungkin memperlambat re-
kurensi.
Antibodi Monoklonal
Tehnik produksi antibodi monoklonal memberi harapan
yang lebih baik dalam mengelola tumor ganas, walau
pengangkutan dan lokalisasinya masih merupakan masa-
lah. Antibodi monoklonal berperam sebgai karier, yang
membawa obat sitotoksik, toksin atau radionuklida lang-
sung kedaerah tumor.
PROGNOSIS
Tergantung jenis tumor spesifik.
Adenoid cystic, Arteriovenous malformation venous,
Astroblastoma, Astrocytic, Astrocytoma grade I and II grade III and IV Fibrilary
Protoplasmic Gemistocytic Pilocytic giant cell tuberous sclerosis anaplastic,
Capilary telangiectasis, Cavernous hemangioma angioma, Chordoma, Chondroma,
Chondrosarcoma, Chorio, Choroid plexus papiloma, Choroid plexus carcinoma,
Chorstoma, Colloid cyst, Craniopharyngioma, Dermoid, Desmoplastic, Embryonal,
Enterogenous cyst, Ependymoma myxopapilary subependymoma, Ependymoblastoma,
Epidermoid, Gangliocytoma, Ganglioglioma, Ganglioneuroblastoma, Ganglioneuroma,
Germinoma, Giant cell tumor, Glial heterotopia, Glioblastoma multiforme
sarcomatous, Gliomatosis, Hamartoma, Glomus jugulare, Hemangioblastoma,
Leptomeningeal melanoma, Lipoma, Medulloblastoma, Medullomyoblastoma,
Meningioma, Melanotic, Mesenchymoma, Metastatic, Mixed glioma, Monstrocellular,
Neurilemmoma, Neuroastrocytoma grade I grade III to IV, Neuroblastoma
olfactory, Neurofibroma, Oligodendroglioma grade I to IV, Papiloma, Pinealoma,
Pineoblastoma, Pineocytoma, Pituitary adenoma adenocarcinoma, Primitive
neuroectodermal tumor, Primitive polar spongioblastoma, Rathke's cleft, Sarcoma,
Schwannoma, Sturge Weber, Sympathicoblastoma, Teratoma Benign malignant,
Unclassified, Unverified, Xanthomatous,