5. TANDA-TANDA RADIOLOGIS
SINAR-X TENGKORAK
Radiograf tengkorak polos adalah pemeriksaan pertama pada pasien
dengan gejala SSP dan tetap sangat bermanfaat. Radiograf
tengkorak adalah rekaman fotografik dari pola absorpsi sinar-x
hasil dari pasasi sinar-x melalui kepala. Semua absorpsi yang
terpisah dari scalp, tulang dan otak dijumlahkan. Didapatkan
hasil yang baik namun tumpang-tindih dari struktur tulang;
'absorpsi jaringan lunak' oleh otak tidak terjadi dan tidak ada
gambaran yang dihasilkan.
Erosi dorsum sellae oleh pulsasi ventrikel ketiga adalah
gambaran khas peninggian TIK dan bila foto polos digunakan secara
rutin, dapat ditemukan pada sepertiga pasien namun hanya setelah
sakit 5-6 bulan. Kelenjar pineal yang tergeser, erosi tulang,
kalsifikasi abnormal dan hiperostosis tidaklah merupakan tanda
spesifik dari lesi desak ruang, jadi tidak harus berarti
peninggian TIK. Hidrosefalus obstruktif yang telah berlangsung
lama yang bersamaan dengan dilatasi jelas pada ventrikel ketiga
dapat menyebabkan pembesaran yang hebat dari fossa pituitari dan
mungkin menyerupai tumor pituitari.
Pada anak-anak, radiograf tengkorak tetap bernilai pada tes
skrining. Baik peninggian TIK akut maupun kronik hingga usia 8-9
tahun menyebabkan diastasis (splitting) sutura dan erosi dorsum
sellae. Peninggian TIK kronik mungkin juga berakibat penipisan
vault tengkorak dan impresi konvolusional pada bagian atas tulang
frontal dan parietal.
TOMOGRAFI TERKOMPUTER
Yang paling berguna pada pemeriksaan pasien dengan dugaan
peninggian TIK adalah sken tomografi terkomputer (CT scan).
Berkas sinar-x yang sangat tajam berputar mengelilingi
pasien dengan lengkung detektor yang sesuai pada sisi
seberangnya. Sejumlah besar nilai sinar-x yang diperkuat
diperoleh dan diproses oleh komputer hingga menghasilkan matriks.
Ia mangandung 256 X 256 atau 320 X 320 unit area yang disebut
piksel, namun bila diperbanyak oleh ketebalan slice, maka disebut
voksel. Nilai penguatan masing-masing voksel dinyatakan sebagai
unit Hounsfield, berkisar dari udara (-1000), hingga air (0) dan
tulang kortikal (+1000). Unit ini dikonversikan kedalam
pencitraan dengan menggunakan skala abu-abu, biasanya terdiri
dari 16 bayangan yang diperuntukkan bagi wilayah yang paling
berguna dari berbagai jaringan yang dipelajari. Putih menunjukkan
penguatan paling tinggi, seperti pada sinar-x polos. Citra yang
paling baik dari isi intrakranial didapat dari nilai penguatan
yang berbeda sedikit untuk CSS, substansi kelabu dan putih, dan
darah. Iodin pada media kontras intravena akan meningkatkan
penguatan didaerah dimana sawar darah otaknya rusak.
Karena sangat akurat, cepat dan aman, CT menjadi tes
radiologis terpilih untuk memeriksa pasien yang diduga dengan
peninggian TIK. Ia akan memperlihatkan keadaan yang mengkin
merupakan penyebab peninggian TIK, seperti klot, tumor, abses,
hidrosefalus dan pembengkakan otak. CT scan merupakan metoda
pertama yang mencitrakan pembengkakan otak secara langsung.
CT scan mungkin menunjukkan bahwa cadangan TIK sudah
berkurang, memberitahu dokter adanya TIK yang tinggi atau hal-hal
yang akan terjadi. Tanda CT yang paling berguna dari berkurangnya
cadangan TIK adalah pergeseran garis tengah, obliterasi sisterna
CSS sekeliling batang otak, dilatasi ventrikel kontralateral,
penyempitan sulsi serebral, dan pada cedera kepala adanya klot
kecil multipel intraserebral.
Bila obstruksi aliran CSS mulai berakibat pada ukuran
ventrikular, tanda pertama adalah dilatasi tanduk temporal.
PENCITRAAN RESONANSI MAGNETIK
Sken magnetic resonance (MR) juga sangat berguna pada pemeriksaan
penderita yang diduga mempunyai peninggian TIK.
Pasien diletakkan pada medan magnet yang sangat kuat. Nuklei
atom hidrogen (proton), yang terutama terdapat pada air dan
lemak, akan berusaha untuk sejajar dengan medan, namun
kenyataannya tersusun sekeliling garis-garis tenaga. Tingkat
ketersusunannya tergantung dari kekuatan medan, dan terletak pada
jalur frekuensi radio (RF). Proton akan mengabsorpsi energi dari
denyut RF resonan dan merubah alignmentnya. Saat denyut RF
berhenti, proton mengalami realign dan memancarkan energinya
sebagai sinyal RF. Waktu yang diperlukan untuk melakukan realign
terhadap medan disebut waktu relaksasi T1 yang panjang untuk
proton pada air, pendek untuk proton pada molekul besar
sekitarnya dan bahkan pendek pada proton pada lemak.
Cara lain dimana respon proton terhadap denyut RF dapat
diukur adalah waktu relaksasi T2, yang juga panjang untuk air.
Tidak ada sinyal dari kalsium atau darah yang bergerak. Slice
untuk pemeriksaan dapat dipilih dengan menggunakan perbedaan
magnetik dengan kumparan magnet tambahan dan tidak seperti pada
sken CT, slice dapat dipilih pada semua bidang, aksial, koronal,
atau sagittal. Kekuatan sinyal dari jaringan berbeda dapat dibuat
lebih atau kurang tergantung pada T1 atau T2 dengan memanipulasi
sinyal yang digunakan.
Matriks dibangun oleh komputer seperti pada CT dengan
kekuatan sinyal radio untuk masing-masing voksel digambarkan
berupa angka dan selanjutnya dibentuk kedalam citra dengan
memakai skala abu-abu, sinyal terkuat akan menjadi putih.
Karena penggunaan klinis MRI adalah betul-betul diarahkan
menuju eksitasi proton, maka ia akan merupakan cara yang ideal
untuk mengukur kandung air jaringan otak. MRI memperlihatkan
edema serebral secara baik pada pencitraan beban T2 maupun T1,
namun terutama yang terakhir. Walau MRI berguna, namun bukan
pemeriksaan yang pertama pada pasien yn yang diduga mempunyai
peninggian TIK. Ia lebih mahal, lebih lambat dalam pengerjaannya
dan lebih memerlukan kooperasi pasien dibanding CT; lebih rumit
melaksanakannya untuk pasien yang memerlukan pemantauan atau
sistem life support. Untuk alasan ini, CT tetap merupakan teknik
pencitraan yang paling berguna untuk pasien.
MRI mempunyai sensitifitas yang lebih dibanding CT scan,
namun spesifisitas untuk tiap-tiap lesi mungkin kurang. Misalnya
MRI sering tidak bisa menjelaskan perbedaan antara edema sekitar
tumor dengan tumornya sendiri. Namun setelah penyuntikan
substansi paramagnetik seperti Gadolinium DTPA akan dapat
membedakan antara tumor dan edema sekitarnya pada 54 % kasus bila
sawar darah-otaknya sudah rusak (McNamara, 1987).
Mungkin manfaat terbesar MRI adalah kemampuannya
mendemonstrasikan struktur garis tengah dan fossa posterior.
Keseluruhan jalur CSS ditampilkan pada sken sagittal, bersama
dengan lesi yang memutusnya. Perubahan pada MRI dalam pemeriksaan
perdarahan intrakranial lebih rumit karena sinyal MR dari darah
bervariasi menurut waktu, namun dengan pengalaman, MRI sebanding
dengan CT pada tahap awal dan lebih baik pada fase sub-akut dan
kronis.
MRI sekarang digunakan untuk mengukur volume CSS
intrakranial. Teknik ini mungkin memberikan indeks objektif dari
atrofi serebral, dan akan berguna pada penilaian hidrosefalus dan
fungsi shunt (Teasdale, 1987).