PERAWATAN
BEDAH-SARAF PEDIATRIK.
Syaiful Saanin. SMF Bedah Saraf RS M. Djamil.
Perawatan bedah-saraf
pediatrik menggabungkan keterampilan perawat bedah-saraf yang menguasai tehnik
yang canggih dengan keterampilan perawat
pediatrik yang memahami kebutuhan
anak. Apakah perawatan dilakukan diruang gawat darurat, ruang rawat intensif,
perawatan neonatal atau unit perawatan umum, terdapat prinsip bedah-saraf dasar
yang harus dipikirkan dalam memberikan perawatan paripurna bagi anak.
Perawat bedah-saraf harus cakap dalam
menilai dan memberikan interpretasi atas beberapa tanda neurologis dan atas
reaksi terhadap terapi. Penilaian perawat
pediatrik menjadi sulit karena
variasi umur, tingkat perkembangan serta derajat kecemasan anak. Walau tingkat
perawatan bedah-saraf tidak terlalu rumit diruang perawatan umum dibanding
diruang perawatan kritis, tanda-tanda perburukan status neurologis tetap dapat terjadi setiap saat bahkan pada
pasien yang sebelumnya stabil. Karenanya semua perawat harus mampu mengidentifikasikan perubahan
penting pada pasien bedah-saraf dan segera memberitahukan dokternya sebelum
terjadi perburukan serius atau kerusakan otak yang irreversibel.
FUNGSI UMUM OTAK.
Beberapa pengetahuan anatomi
fungsional otak dan saraf kranial memungkinkan perawat memahami disfungsi neurologis (tabel). Bagian
posterior lobus frontal (korteks motor) mengatur gerak otot volunter. Bicara
terganggu bila kelainan pada hemisfer dominan. Bagian anterior lobus frontal
mengatur keadaan emosi anak serta kegiatan intelektual yang kompleks. Anak yang
menunjukkan agitasi, bingung dan menunjukkan respons emosi yang tidak lazim
mungkin mempunyai gangguan pada bagian anterior lobus frontal.
Lobus parietal
menginterpretasikan impuls sensori yang diperlukan untuk mengenali objek.
Contohnya anak yang kesulitan mengenal benda yang diletakkan digenggamannya
ketika matanya ditutup menunjukkan tanda-tanda kerusakan lobus parietal.
Lobus temporal adalah pusat
pendengaran dan memungkinkan anak menerima dan mengartikan pembicaraan. Afasia
reseptif auditori menunjukkan gangguan lobus temporal dominan.
Lobus oksipital menerima dan
menginterpretasikan rangsang visual. Karenanya bila terjadi defek lapang
pandang, mungkin akibat gangguan pada lobus oksipital.
Talamus sering dikatakan
sebagai stasiun relai sensori otak. Ia juga membedakan antara sensasi
menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Hipotalamus adalah bagian
pusat dari sistem saraf otonom. Anak dengan gangguan hipotalamus mungkin
menampilkan gangguan metabolisme, pertumbuhan, kematangan seksual, suhu tubuh,
tekanan darah, pola tidur serta respons viseral dan emosional lainnya.
Batang otak (otak tengah,
pons dan medulla oblongata) merupakan jalur penghantar antara kord spinal
dengan bagian lain otak. Juga mempunyai 10 inti saraf kranial, nomor 3 hingga
12. Batang otak memiliki formasi retikuler yang berfungsi sebagai sistem
kesadaran yang merupakan anyaman jaringan sel-sel otak dan serabut saraf. Bila
anak dalam koma, mungkin formasi retikuler sudah terganggu.
Ataksia atau gerakan yang
tidak terkoordinasi menunjukkan terganggunya serebelum yang merupakan pusat
keseimbangan dan koordinasi.
Tabel : Saraf –saraf otak, lokasi dan fungsi.
Saraf
|
Fungsi
|
Lokasi inti
|
I Olfaktori
|
Penciuman
|
Anterior Lobus Frontal
|
II Optik
|
Penglihatan
|
Talamus
|
III Okulomotor
|
Gerak mata
|
Otak tengah
|
IV Trokhlear
|
Gerak mata
|
Otak tengah
|
V Trigeminal
|
Mengunyah
Sensasi wajah, gigi,
kulit kepala
|
Pons
|
VI Abdusen
|
Gerak mata
|
Pons
|
VII Fasial
|
Ekspresi wajah
Rasa, kelenjar ludah dan
air mata
|
Pons
|
VIII Akustik
|
Mendengar
Rasa keseimbangan
|
Medulla
|
IX Glossofaring
|
Sekresi ludah,
Gerak menelan.
Sensasi tenggorokan,
Rasa
|
Medulla
|
X Vagus
|
Menelan, bersuara,
Memperlambat denyut jantung
dan mempercepat peristaltik
|
Medulla
|
XI Aksesori spinal
|
Gerak bahu,
Rotasi leher
|
Medulla
|
XII Hipoglosal
|
Gerak lidah
|
Medulla
|
PENILAIAN STATUS NEUROLOGIS
Karena perawat lebih banyak
menghabiskan waktunya dengan pasien, observasi mereka sangat penting dalam
menilai perubahan status neurologis. Catatan dasar neurologis sederhana
memungkinkan perawat membandingkan
perubahan neurologis yang terjadi.
Memastikan pasien stabil, memburuk atau membaik akan menentukan arah
pengelolaan pasien. Agar kosisten dalam membandingkan, dipakai format standar
seperti GCS. Untuk menilai pasien secara tepat, perawat harus memahami 4
komponen penilaian neurologis praktis : tingkat kesadaran, fungsi motor, reaksi
pupil, respirasi beserta tanda vital lainnya.
Tingkat kesadaran adalah
indikator terpenting dari fungsi otak pasien dan biasanya memberikan pertanda
pertama bahwa kondisi pasien memburuk. Tingkat kesadaran bervariasi dari sadar
penuh, mengantuk, gelisah atau tidak bereaksi. Bila sadar penuh, pasien dapat
menjawab pertanyaan dengan benar dan bisa berorientasi atas waktu, tempat dan
orang. Pada pasien praverbal, gunakan GCS dengan modifikasi pada unsur verbal.
Untuk menilai kesadaran terhadap lingkungan dan refleks, refleks isap bisa
membatu menetukan derajat respons pasien. Tahap pertama perburukan diketahui
bila anak menjadi gelisah, susah dibangunkan dan bereaksi lambat atau tidak
tepat terhadap pertanyaan. Bila perawat harus memberikan rangsang nyeri untuk
mendapatkan respons, keadaan pasien nyata telah memburuk.
Indikator kedua yang
digunakan adalah fungsi motor. Apakah anak mampu menggerakkan keempat
anggotanya dengan kekuatan yang sama dan dengan terkontrol? Pada bayi, periksa
kemampuan memegang botol dan atau refleks memegang. Pada anak lebih besar
periksa kekuatan, ekualitas bilateral serta kemampuan melepas genggaman tangan.
Untuk memeriksa kelemahan yang sangat ringan, suruh anak merentangkan tangannya
kedepan sambil menyuruh menutup matanya. Bila ada kelemahan, anggota yang lemah
akan bergerak kebawah. Bila satu sisi menjadi lebih buruk, berarti pasien
mengalami perburukan neurologis. Periksa juga kesimetrisan wajah.
Indikator fungsi otak ketiga
adalah mata (gerak bola mata dan respons pupil). Normalnya pupil ukurannya sama
dan bereaksi jelas terhadap sinar. Pupil yang melebar dan bereaksi lambat
merupakan masalah serius terutama bila bersama dengan penurunan derajat kesadaran.
Garak mata dicatat pada lembar pengamatan.
Indikator keempat adalah
perubahan respirasi dan tanda-tanda vital lainnya. Respirasi akan melambat bila
tekanan intrakranial meningkat. Melebarnya tekanan nadi yaitu bertambahnya
selisih tekanan sistol dan diastol, serta bradikardia juga merupakan tanda lain
dari peninggian TIK. Perubahan tanda-tanda
vital biasanya berakibat perubahan yang jelas dari tingkat
kesadaran pasien dan dokter harus
segera diberitahu perburukan pasien tsb.
Bila status neurologis pasien
tidak stabil, tanda-tanda vital
neurologis harus diinterpretasikan dan dicatat berkala. Pencatatan
tanda-tanda neurologis berkisar antara
setiap 15 menit dan 2 jam. Bila anak cukup stabil, tidak perlu memantau lebih
cepat dari setiap 2 jam, namun pengamatan visual tetap merupakan tanggung-jawab
perawat. Bila perawat menemukan
perburukan tingkat kesadaran misalnya, perawat kembali mengatur frekuensi
pencatatan tanda-tanda vital neurologis
serta segera memberitahu dokternya.
Perawat juga harus mengenal
kemungkinan komplikasi yang ditunjukkan oleh kebocoran cairan serebrospinal,
diabetes insipidus serta kejang. Setelah operasi atau cedera kepala, kebocoran
cairan serebrospinal tampak sebagai aliran cairan dari telinga atau hidung.
Bila bingung akan sumber cairan, periksa glukosa cairan tsb. Hasil positif
berarti cairan serebrospinal. Bila aliran cairan serebrospinal menetap dan
tidak diberikan antibiotika, meningitis bisa terjadi. Perawat tidak boleh
melakukan tindakan yang akan memicu kebocoran cairan serebrospinal seperti
menghisap hidung, memasang NGT, dan juga pasien tidak boleh membuang cairan
dari hidungnya dengan cara seperti membuang ingus.
Beberapa basien bedah-saraf
setelah cedera atau operasi akan mengalami diabetes insipidus akibat perubahan
pelepasan ADH (antidiuretic hormone) dari hipofisis posterior. Tanda-tanda diabetes insipidus antaranya volume urin
yang banyak dengan BJ kurang dari 1.005 pada pemeriksaan berulang serta
meningkatnya rasa haus serta mengkonsumsi sejumlah banyak air dalam
mengkompensasi output urin yang tinggi.
Tidak jarang pasien
bedah-saraf mengalami kejang. Kejang yang timbul tiba-tiba jelas menunjukkan
gangguan neurologis dan memerlukan perhatian dokter. Setelah cedera kepala ,
kejang mengharuskan perawat waspada
akan kemungkinan komplikasi seperti edema atau perdarahan otak. Kejang dapat
terjadi setelah operasi intrakranial akibat iritasi lokal atau edema otak.
Untuk anak dengan riwayat kejang atau dengan keadaan yang bisa memicu kejang,
mengawasi pasien harus lebih ketat agar terhindar dari cedera serta untuk
menjaga keutuhan jalan nafas.
PENINGGIAN TEKANAN INTRAKRANIAL
Pemahaman patofisiologi
peninggian tekanan intrakranial membantu perawat melakukan pengamatan penting.
Karena otak letaknya terkurung dalam kerangka yang kaku, peninggian tekanan
dalam rongga tengkorak dapat menghambat aliran darah otak yang bisa berakibat
gangguan fungsi otak yang permanen. Tengkorak bayi, yang belum kaku, merupakan
kekecualian dan peninggian tekanan intrakranial dapat diamati sebagai
penonjolan fontanel. Tanda-tanda serta
gejala awal peninggian tekanan intrakranial antaranya :
- Nyeri kepala.
- Muntah.
- Penurunan tingkat kesadaran.
- Perbedaan ukuran pupil; melambatnya reaksi
terhadap cahaya.
- Peninggian tekanan darah.
- Melambatnya nadi.
- Kelemahan anggota badan.
- Munculnya respon plantar.
Penyebab peninggian tekanan
intrakranial bervariasi, namun bila perawat
tidak mendapatkan tanda peringatan pada waktunya, hasil akhir akan
berupa pupil yang melebar serta henti napas, yang biasanya irreversibel akibat
peninggian tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial normal berkisar dari 0-15 mmHg; tekanan intrakranial diatas 15 mmHg dianggap meninggi.
Anak dengan tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial memerlukan
pengamatan ketat serta pencatatan yang lengkap di ICU. Anak dengan GCS 8 atau
kurang memerlukan pemantauan tekanan intrakranial secara kontinu. Tindakan keperawatan untuk mengontrol tekanan
intrakranial antaranya : peninggian
kepala tempat tidur 15-30°, mempertahakan jalan nafas untuk mencegah hipoventilasi, memposisikan
pasien secara miring untuk mencegah obstruksi jalan nafas akibat muntah, dan
mengatur cairan sesuai kebutuhan. Untuk mempertahankan jalan nafas yang utuh,
penghisapan hanya dilakukan maksimum 15 detik, karena penghisapan meninggikan
tekanan intrakranial seketika. Bila masih diperlukan penghisapan, lakukan
hiperventilasi dengan oksigen terlebih dahulu.
Dokter mungkin mengorderkan
steroid, cairan hiperosmotik, hiperventilasi, hipotermia dan induksi koma dengan
barbiturat. Steroid membantu mengurangi edema otak serta menstabilkan sawar
darah otak kecuali pada trauma mungkin hanya metilprednisolon. Cairan
hiperosmotik membuang cairan dari jaringan otak kealiran darah untuk dibuang
melalui ginjal. Namun lebih mungkin perbaikan yang terjadi adalah akibat
hemodilusi hingga aliran darah keotak menjadi lebih baik dibanding efeknya
sebagai pengurang edema. Cairan hiperosmotik yang digunakan biasanya mannitol
20% dengan dosis 1-3 gram per kg dan diinfuskan sekitar 15-30 menit. Pasien
harus dipasang kateter sebelum pemberian mannitol IV untuk memastikan
keefektifan diuresis. Hiperventilasi mekanik dengan respirator atau dengan
“bagging” mengurangi CO2 jaringan otak, dengan akibat
vasokonstriksi, menurunkan tekanan intrakranial. Induksi hipotermia mengurangi
tekanan intrakranial dengan mengurangi
kebutuhan glukosa dan oksigen otak. Pengamatan tekanan intrakranial secara kontinu dengan menginsersikan sensor
atau sensor pada fontanel memberikan data perubahan tekanan intrakranial ,
hingga tindakan bisa diberikan secara cepat. Bila tekanan intrakranial tetap tinggi, dokter sering menginduksikan
koma dengan barbiturat, yang walau tetap kontroversial, namun sering sangat
efektif mengurangi tekanan intrakranial
secara nyata.
Pada pasien dengan monitor
epidural atau fontanel terpasang, perawat dapat lebih hati-hati dengan tindakan keperawatan yang bisa meninggikan
tekanan intrakranial . Misalnya penghisapan dan pengaturan posisi pasien akan
meninggikan tekanan intrakranial , karenanya perawat harus merancang perawatan
sehingga kedua tindakan tersebut tidak dilakukan secara bersamaan. Anak dengan
koma barbiturat memerlukan perawatan fisik total karena koma menyebabkan
paralisis total. Karena otot pernafasan mengalami paralisis total, perawat
bertanggung-jawab memastikan anak mendapat ventilasi adekuat.
ANAK DENGAN KONDISI KRITIS
Perawatan anak dengan keadaan
koma memerlukan asuhan keperawatan ketat untuk mempertahankan keadaan fisik
optimal serta mencegah komplikasi akibat immobolitas dan terganggunya fungsi
neurologis.
Perawatan respirasi dengan
pengamatan berkala serta penghisapan jalan nafas diperlukan pada semua pasien
koma dengan intubasi untuk memastikan jalan nafas yang utuh, karena gagal nafas
adalah penyebab kematian paling utama pada pasien koma. Masalah yang umum
timbul adalah sumbatan jalan nafas oleh sumbat mukus atau atau aspirasi makanan
dari makanan nasogastrik. Untuk mencegah sumbat mukus, kelembaban sangat
bermanfaat. Untuk mencegah aspirasi, peninggian kepala tempat tidur 30° serta membuang residu isi lambung dengan penghisap
sebelum memberikan makanan lewat NGT untuk mengurangi risiko keluarnya isi
lambung atau regurgitasi. Pembuangan residu dengan penghisap adalah untuk
memberikan ruang pada makanan yang akan diberikan selanjutnya. Pengamatan
residu lambung penting karena peningkatan residu lambung bisa mengindikasikan
adanya ileus.
Rongga hidung memerlukan
pengusapan dua kali sehari untuk mencegah sekresi yang mengering menghambat
jalan nafas. Bila dokter curiga adanya kebocoran cairan serebrospinal,
pengusapan dan penghisapan hidung dikontraindikasikan.
Perawatan mulut penting pada
pasien koma. Gigi dan gusi dibersihkan dengan spatula dibalut kassa yang
dibasahi cairan pembersih mulut. Untuk membersihkan bagian dalam mulut, dapat
diirigasi dengan kombinasi cairan pembersih mulut dan peroksida, sementara
parawat yang lain menghisap mulut. Selalu posisikan anak pada sisi tubuhnya
selama merawat mulut untuk mencegah aspirasi.
Perawatan saluran cerna dan
kandung kencing sangat penting pada pasien koma. Mencret dapat berarti
malabsorbsi makanan nasogastrik, bendungan fekal atau makanan yang diberikan
terlalu cepat. Konstipasi dapat menimbulkan peninggian tekanan intrakranial
bila anak mengedan, karenanya pelunak makanan harus segera diberikan. Output
urin perlu pengamatan untuk menilai balans cairan. Kateter terpasang berperan
dalam menimbulkan infeksi saluran kemih hingga harus dilakukan pengangkatan
secara dini.
Perawatan kulit bertujuan
mencegah lecet karena tekanan pada pasien sakit berat. Perhatian diarahkan pada
perubahan berkala posisi tubuh disertai dengan latihan. Kasur udara yang
diindikasikan bersamaan dengan jadwal perubahan posisi akan menentukan jadwal
perubahan posisi serta posisinya sendiri. Anak dengan inkontinensia harus
segera dirawat dengan baik. Bila anak memakai alas pendingin, peruabahan posisi
dilakukan tiap 2 jam dan gerak pasif minimal tiap 8 jam. Beberapa pasien
memerlukan bidai untuk mencegah wristdrop dan footdrop. Bila
bidai dipakai, perlu dibuka tiap 4 jam untuk melihat kulit didaerah penekanan.
Pasien sakit kritis
memerlukan perawatan fisik dan psikososial. Membicarakan serta menjelaskan
semua kegiatan pada pasien adalah penting karena ia mungkin merasa dan
mendengar. Kebutuhan psikososial keluarga dengan anak dalam perawatan intensif
tidak boleh dilupakan. Penjelasan berkelanjutan serta penegasan kembali rencana
medis serta prognosis diindikasikan. Orang-tua biasanya ingin mengetahui
mengapa mesin atau monitor digunakan dan bagaimana kerjanya membantu anaknya.
Jawab pertanyaan dengan sejelas dan sesingkat mungkin serta harus tanggap akan
reaksi keluarga. Yang lebih penting, perawat harus menjelaskan pada orang-tua
perawatan apa yang boleh mereka lakukan. Sering dengan semua instrumen
terpasang, orang-tua cemas untuk menyentuh dan berbicara dengan anaknya.
Orang-tua dapat menjadi aktif dalam melakukan beberapa perawatan fisik dan
perawat harus memberi semangat pada mereka agar berbicara pada anaknya bila
keadaan mengizinkan, karena anak mungkin mengerti dan mendengar.
PERAWATAN DIBANGSAL
Kondisi bedah-saraf pasien
yang dirawat dibangsal bervariasi. Mereka mungkin dalam pemulihan setelah
operasi, cedera kepala dalam observasi atau pemulihan dari cedera kepala berat, dan pasien yang dirawat untuk
pemeriksaan. Semua pasien dapat menunjukkan perburukan status neurologis. Walau
pasien bedah-saraf ini tidak kritis, mereka tetap memerlukan penilaian yang
tepat bila tanda-tanda vital neurologis
perlu pengamatan.
Tanggung-jawab mengharuskan
perawat melaporkan semua kemunduran dan untuk membantu anak agar pulih
kepotensi maksimum. Pemulihan dapat menjadi kerja berat terutama setelah
kerusakan neurologis berat. Anak mungkin memerlukan pembelajaran ulang bahkan
terhadap perintah yang sederhana seperti menelan dan mengunyah sebelum makanan
lewat mulut dilakukan. Tampaknya, bila anak mulai makan lewat oral lagi, ia
menjadi lebih sadar dan menjadi lebih peduli terhadap lingkungannya. Merawat
anak kembali ketingkat fungsional dapat berjalan lambat dan merupakan pekerjaan yang menimbulkan
frustasi, namun dapat menjadi sangat menyenangkan ketika kemampuan anak pulih.
Orang-tua memerlukan dukungan terus-menerus dan dorongan semangat selama masa
ini. Untuk menunggu anaknya normal dan sehat, bisa merupakan pengalaman
menakutkan, dimana dimerlukan usaha keluarga yang terencana untuk mendapatkan
potensi maksimum.
Pasien dan keluarganya yang
masuk rumah-sakit untuk memeriksakan tanda-tanda kelainan neurologis juga
memerlukan dukungan dari petugas keperawatan. Adalah tugas perawat untuk
mempersiapkan baik pasien maupun keluarganya untuk berbagai pemeriksaan yang
akan dilakukan. Orang-tua harus mengerti tes apa saja yang akan dilakukan dan
informasi apa yang dapat dikumpulkan untuk mendiagnosis dan menindak
kelainannya. Orang-tua dengan cemas menunggu hasil pemeriksaan sehingga
perawat, sebagai pengayom pasien, mengusahakan pengumpulan hasil secepat
mungkin.
Dibangsal umum, perawat
sering menjumpai anak cacad karena anomali kongenital, seperti spina bifida.
Sebagian mereka menunjukkan paralisis, kesulitan saluran cerna dan kandung
kemih. Mereka sering masuk rumah-sakit berulang untuk operasi agar memungkinkan
mereka dapat berfungsi dengan pemakaian brace. Ketika anak semakin besar, ia akan memerlukan katerisasi
intermiten untuk memastikan kandung kemih betul-betul kosong serta untuk
mencegah infeksi saluran kemih berulang. Kateterisasi yang dilakukan sendiri
perlu keberanian dan petunjuk yang baik harus diberikan pada pasien.
PERAWATAN NEONATAL
Kelainan bedah-saraf yang
dijumpai pada keperawatan neonatal biasanya kongenital (meningomielosel,
hidrosefalus) atau yang berkaitan dengan kelahiran yang traumatik baik dengan
atau tanpa perdarahan intraserebral. Banyak diantara bayi ini adalah prematur
dengan insidens perdarahan intraventrikuler yang tinggi. Tidak seperti anak
yang lebih besar, neonatus dengan kelainan neurologis mungkin tidak menunjukkan
tanda-tanda peninggian tekanan
intrakranial kecuali penonjolan fontanel serta cepatnya pertambahan lingkaran
kepala. Beberapa bayi ini dirawat dalam inkubator dan memerlukan bantuan
respirasi dan sebagian dari mereka memerlukan operasi segera yang terkadang
berulang.
Ini adalah saat penyesuaian
yang sulit bagi orang-tua muda karena mereka lebih mengharap bayi yang normal
dan sehat dibanding bayi yang sakit atau sakit berat yang mungkin akan cacad
kelak. Sang ibu terkadang berpikir telah melakukan sesuatu saat hamil yang
menyebabkan kelainan tsb. Disini peran perawat membantu orang-tua agar mengerti
bahwa kemarahan, kesedihan dan dukacita adalah normal serta perasaan bersalah
adalah tidak perlu. Sang ibu biasanya ada dirumah sakit karena persalinannya,
hingga komunikasi langsung perawat dengan ibu, seperti juga dengan sang ayah
lebih mudah dilakukan. Bila masalah
bedah-saraf kongenital mempunyai implikasi jangka panjang yang memerlukan
perawatan rumah-sakit berulang, orang-tua membutuhkan bantuan dalam menghadapi
kesulitan dan dalam belajar bagaimana mengatasi kecacadan. Mereka mungkin
memerlukan petunjuk praktis bagaimana memberi makan dan merawat bayi secara
umum. Sebagian orang-tua mungkin memilih anaknya dirawat diinstitusi atau
diadopsikan. Perawat berperan memberikan informasi berbagai alternatif serta
kemungkinan konsekuensinya dan kemudian bertindak sesuai anjurannya membantu
mereka melakukan keinginan tsb. untuk bayinya.
Merawat semua pasien
bedah-saraf pediatrik adalah pengalaman yang menantang, baik di ICU, bangsal
atau ruang neonatal. Perawat
bedah-saraf pediatrik yang kompeten harus mampu menilai, menginterpretasikan
dan mencatat tanda-tanda neurologis
vital scara tepat sebagai tanggung-jawab seorang anggota tim perawat kesehatan.
Evaluasi dan koordinasi untuk terapi, sepanjang dalam pendekatan keperawatan
dapat membantu anak mencapai potensi terbaiknya. Dalam bekerja dengan pasien
sakit kritis atau anak dengan neurologis terganggu serta melihat mereka pulang
dari rumah-sakit, setelah memberikan mereka bantuan untuk mencapai tingkat
fungsional yang baik, adalah sangat menggembirakan dan merupakan pengalaman
yang sangat berharga.
Rujukan :
- Donna Murray, RN, BA. : Pediatric Neurosurgical
Nursing. In The Pediatric Neurosurgical Patient : A Cooperative Approach.
LP. Ivan, ed.
- Zehava Noah : Neorologic Intensive Care. In
Pediatric Neurosurgery. J. Raymondi, ed.