Anggapanmu
Sekebun cinta nan berbunga
Megah berdiri nan berduri
Aku yang asli , Di dalam
mekar
Bila terbit mentari
Menguntumlah . . . . .
Sejambak cinta nan berbunga
Megah berdiri nan tiada
Mekar dan kukuh , Bau dan
kaku
Itulah pilihan ku
Aku di taman hanya perhiasan
. . . Mata untuk . . . . .
Hanya mampu ku melihat
Kecurangan warna bunga ,
Idamanmu . . .
Berbaja tiada
Sedang aku anggapanmu
Menyusahkan untuk , Meraih
impian . . .
Terlontar ku di halaman
Pemusnah ku adalah kumbang
Runtuh bila ku kelayuan
Impian mu hanyalah masa
Untuk menikmati segala
Belum pasti , Dirimu bahgia
. . .
Gerhana
* Tika ia bermula
Cinta itu bersinar
Masih dalam ingatan paduan
janji
Jangan kau persoalkan
Di mana kejujuran
Masih engkau sangsikan keikhlasanku
Berapa lama mungkin
Kesabaran ku ini
Terang yang tiba
Jadi gerhana
Ada cahaya . . . Redup seketika
Benar . . . Aku yang bersalah
Mungkin . . . Tiada kemesraan
di hati
Terang yang tiba . . . Jadi
gerhana
Seandainya dapat kau selam
Sambil mentafsir tasik hatiku
Cuma tenang di permukaan
Dan di dasarnya bergelora
Persoalan demi persoalan
Membelenggu akal dan fikiran
Tidak ku temu jawapan
Seandainya dapat ku lari
Jauh ku pergi membawa diri
Sebenarnya langkah terkunci
Antara kasih dan juga budi
Mengapa kau jua yang kurindu
Walau sudah ku tahu
Payah bersatu
Hidup denganmu
Engkau sungguh jujur dan ikhlas
terhadapku
Tak pernah walau dalam sekali
pun
Kau pinta ku membalas
Semuanya itu lambang kesetiaan
mu
Bukannya mengaburi mata ini
Atau sebaliknya
Kita bagaikan pertaruhan
Pada yang menyaksikan
Jauh manakah kita bertahan
Jika ku tersilap
Pastinya di pandang hina
Terlalu banyak sungguh halangan
Terpaksa ku terjah
Aku pun tidak tahu
Apa yang ingin Tuhan tunjukkan
Adakah ini dugaannya
Hanyalah sekadar untuk menguji
setiamu
Seandainya hajat tak sampai
Tanah dan badan pasti berkecai
Terkubur harapan di liang
cinta
Kasih ini kita semadikan
Dugaan . . . Meresahi diriku
kini
Gelora . . . Fikiran meronta
cari yang pasti
Antara kita . . . Ada sinar
cinta yang resah
Kurasai . . . Demi kerana
ku kasih
Kasih padamu
* Mengalir dalam
diriku
Serupa dengan dirimu
Ia membara
Membakar jiwa
Relaku korbankan cinta
Agar dikau capai bahagia
Pada dirimu . . . Ada diriku
Walaupun cinta terluka
Kupendam segalanya
Demi untuk dirimu
Ku berserah
Antara kita . . . Tersimpan
naluri berbeza
Telah mekar . . . Dibelai
dibawah rumpun serupa
Untukmu . . . Ku korbankan
segalanya
Agar kau . . . Tiada curiga
merintang kasih
Padamu jua kukorbankan cinta
Di dalam sendu yang teramat
Ku lihat senja yang berlabuh
Dan malam yang melepas layar
Kaku aku di sini
Bersama harapan terbakar
Siapa di antara kita
Yang dulu memula sengketa
Pastinya diriku bagimu
Yang engkau anggap punca
Biarpun ketara engkau Yang
mula...
Bukan sekali kau suarakan
Kebimbangan pada cintaku
Kau tak mampu
Bersendirian tanpaku
Itu semua lembut lidah
Manis madah penuh helah
Yang pastinya . . .
Aku adalah sandaran . . .
Bagai hilang semangat diri
Keyakinanku . . . Terlebur
kini
Sesungguhnya kau ku sanjung
tinggi
Bererti hanya kau di hati
Sayangnya kejernihan cinta
Yang mencermin setia
Kau keruhkan warnanya . .
.
Kau keruhkan warnanya . .
.
Dalam air tenang
Arus menyusur damai
Sesekali embun yang menitis
memecah
Di mana percikkannya di mata
Lalu kusentuh
Basahnya kejernihan
Dalam hati sunyi
Bagai hening pagi
Tiada beza lagi kedukaan
ini
Andai nilai setia tiada
Bagaimana pula nantinya
Di dalam istana
* Retak kasih
ini
Berlimpahan rona luka
Telah pun kita simpan
Tak sedikit sejarah percintaan
Puncak kasih kita
Rendangnya oh . . . Seketika
Bagai cerita . . .
Satu mimpi episod cinta
Terpaksa aku redha
Walaupun dalam nyata
Kau merisik tanpa
Tidak ku percaya
Dalam air tenang
Hati melawan sunyi
Tiada beza lagi kedukaan
ini
Andai nilai setia tiada
Bagaimana pula nantinya
Di dalam istana serikan warnanya
Hebatkah cinta
Seringkali kau menepis tiap
persoalan
Ada sesuatu kau sembunyikan
Dari pengetahuanku
Dapat aku merasakan
Ketara perubahan
Setelah jelas terbukti
Sesuatu yang terlarang
Menjadi teman hidupmu
Selain aku . . .
Demi masa hadapan kita
Aku merayu
Kuncikan keinginanmu
Bernafaslah dalam sejahtera
Ku pasti ruang untuk mu
Masih ada . . .
Sudah puas ku menghimpun doa
Agar kau berubah
Berpaling membentuk impian
hidup kita
Namun tiada oh kudratku untuk
Halang keinginan
Suaraku tak berdaya
Menentang kemahuanmu
Sia-sia belaka aku
Berkorban kasih ku padamu
Sekiranya kau
Masih tak ubah pendirian
Yang hanya menjanjikan
Pemergian ngeri
Yang tak memberi erti
Demi masa hadapan kita
Tak sanggup aku
Bertemankan oh kasihmu
Yang penuh dengan fantasi
Terpaksa jua ku undur diri
. . .
Terpaksa jua ku undur diri
. . .
Masihkah kita termangu di
bawah pepohon itu
Ketika hujan melunturi danau
yang terusang
Tidak pernah dibilang hari
Hanyalah debar yang terasa
. . . Terasa
Setiap hari dibuai mimpi yang
terindah
Dengan menghitung senja merah
dihujung sinar
Mencipta keheningan rahsia
Pada sehimpun kenangan
Menyimpul satu makna diruang
yang lurus ini
* Haruskah kita
mencari . . .
Pada gunung dan lurah , Liku-liku
curam insani
Haruskah kita mencari . .
.
Puncak mengilau cahaya ,
Dalam hidup seribu warna
Dibawah teriring ungkapan
pada sebuah wajah
Yang lara kesepian
Haruskah kita mencari . .
.
Dalam senja begini , Kembali
kita bertemu
Haruskah kita mencari . .
.
Dalam simpati wangi , Membilang
kenangan yang abadi
Seperti menuggu mentari senja
Menghilang perlahan-lahan
disebalik
Awan yang merah
Dibalik awan yang merah . . . Dibalik awan yang merah . . .
Ku terasa kesyahduan
Menyelimut malam ku sepi
Ku menanti kepulangan mu
Kau janji-janjikan suatu
masa dulu
Hanya kau kasih kau ku kasihi
Kata-kata yang dilafazkan
Mengikat jiwa dan cinta
Hingga tak termimpi pengganti
yang lain
Biar ku dicengkam gelisah
Dibuai rindu yang mendalam
Resah mendamba belaian mu
Yang teramat ku dahaga
Ku masih lagi setia
Biar pun takdir mencabar
kita terpisah
Ku masih lagi di sini
Berpegang teguh kalimah cinta
Ku bisikkan dalam tangisan
Yang gugur berderai ke bumi
Menjadi bingkisan ku yang
akhir
Untuk bekalan jalanmu
Mencari mahkota menghiasi
pelamin kita
SYURGA DI HATI KITA
Sememangnya lidah
Tiada bertulang
Namun itu bukan
Alasan berdiam
Percintaan ini
Kita memilih nya
Kesilapan hanya
Suatu perbandingan
* :
Kekasih.....
Cinta ku ibarat rimba
Andainya dibakar
Tinggallah debuan arang
Siramlah dengan kata-kata
sakti mu
Semoga asmara berbunga ke
akhir nanti
Bagi ku engkau....
Permata hidup ku
Inilah ujian buat kita
** :
Berjanjilah kau setia kekasih
pada ku
Kita bercinta hingga ke pintu
syurga
Sinarilah asmara di mata
dan di jiwa
Hidupkan cahaya cinta selamanya
( Ulang Rangkap *, ** )
Di sini kita berdiri
Di bibir ombak mengucap rinduan
Hanyalah tinggal kenangan
Cinta yang pasrah tiada kesampaian
Dibawa arus
Perbezaan mu
Tinggal tanpa bermaya
Ada kalanya kau datang
Walaupun tidak aku relai
Menyusur jalan mimpi ku
Memberi janji seribunya rindu
pada ku
Di dalam lena
Tiada gunanya
(c/o)
Biarlah aku
Sendiri dengan rindu
Masa yang menawarkan
Segala kepedihannya
Ku yang terseksa
Ku hadapi dengan rela
Ku jadikan segalanya
Teladan titi usia
Disuatu masa
Mungkinkan tiba
Apa sebenarnya
Di dalam cinta
Di sini kita berdiri
Di bibir ombak mengucap rinduan
Hanyalah tinggal kenangan
Cinta yang pasrh tiada kesampaian
Ini kenyataan
Yang harus ku terima
(Ulangi c/o)
Mungkin ada rahmatnya
Kita tidak bersama
Andainya diteruskan
Apakah ucapanmu
Di hujung pertemuan
Kuat mana diikat
Pasti akan terlucut
Andai disambung lagi
Tidak sekuat dulu
Kerana cuma aku
Yang menarik . . . Bukan
lagi tanganmu
Tak guna mendustai
Pada diri sendiri
Sedangkan rindu itu sering
mengganggu
Salah usah dicari
Seharusnya berdua kita menghadapi
* Pada zahir tidak
terlihat
Ada garis yang terbentang
Tapi batinku sering berkata
Biar ada batasannya
Walau tidak di sisni
Cinta kita brsemi
Berkat keyakinanku
Dan doa ku pohonkan
Moga diperkenankan
Dipertemukan suatu masa nanti
Sejenak terlintas seakan jelas
Kerana masih ku terasa kehadiran
Demo benci kawan pung tak
apa
Biar terkadang kenyataan
Adalah satu kemestian perjalanan
Tak manis berdendam
Memusnah rasa kelukaan
Kelak kan berkecai juga
Segala rasa cinta
Takkan kering madu
Yang disimbah hujan
Yang dibakar suria
Menyentuh di jiwa
Terangilah kesuma hati
Di dalam gelap tidak tercari
Memberi hadiah seberkas cinta
yang tulus suci
Sinarilah pujaan hati
Ke dalam tasik indah berseri
Sehingga kabus pergi berarak
dengan terang
Taman Firdausi
Warna-warna kembalikan seri
kamanisan
Hilang harapan seandai sinarnya
menghilang
Oh datanglah cinta ini
Dalam seru dalam hati
Penyeri ku hanya rindu
Hadir di sepanjang waktu
Sejenak terbayang
Kesuma hati kesucian hadir
kembali
Sekali lagi
Tidakkan berhenti penantian
Selama ini kerana masih terasa
Hadir di sepanjang waktu
Terbuka kelopak walau tiada
harum
Namun tetap berseri
Dalam taman larangan tersendiri
Tersentuh jejari dalam asyik
berjaga
Tidak disangka berduri
Bisa telus menyentuh ke hati
Luka ku berdarah sebelum
sampai waktunya
* :
Mengalir ke lurah asing nan
berliku
Dan merempuh tebing kasih
Selama ini gagah bertahan
Menghakis segunung rindu
yang teguh
Dihanyut arus rapuh untuk
ku berpaut
Di mana ku temui penawar
ini
Mengharap lagi
Terbukalah kembali... mekar
semula
( Ulang Rangkap * )
Setangkai semalu malu bila
ku sentuh
Namun kan berseri
Dalam taman larangan tersendiri
Usah disentuh lagi...