Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!

   

 

 

 

 

:: SEJARAH

:: TEKNIK

:: TIPE

:: MOTIF

 

Pandai Sikek
Padang Panjang 27151
Sumatra Barat
Tel. 0752 498193

Teknik Tenun Pandai Sikek

oleh: Adyan Anwar

 

BAHAN BAKU

Pada masa dahulu, penyiapan bahan baku tenun seperti benang dan pewarnaannya dikerjakan dengan bahan-bahan yang diambil dari alam. Akan tetapi sekarang digunakan benang katun dan rayon hasil pabrik dan pewarnaan menggunakan bahan kimia meskipun masih dikerjakan secara manual. Pekerjaan ini menjadi komoditas masyarakat Silungkang. Adapun benang mas yang biasa disebut makau adalah produk industri rumah tangga dari India dan didatangkan melalui Singapura.

Bahan baku benang ini dipersiapkan untuk ditenun oleh perajin Silungkang. Benang lungsin jumlahnya mencapa 2000 lembar untuk membuat satu helai kain sarung, dan panjangnya mencapai 14 meter, cukup untuk membuat beberapa helai kain. Setiap helai benang secara bergantian masuk kedalam sepasang karok dan terus melawati gigi-gigi suri hingga dieratkan dengan menggunakan beberappa batang lidi. Pekerjaan persiapan ini dinamakan ma-anyi.

Benang pakan yang berupa katun atau rayon, juga benang mas, digulung oleh masing-masing penenun sendiri pada kasali dari bambu menggunakan alat yang dinamakan kincia tanun.

ALAT TENUN

Tenun songket Pandai Sikek seluruhnya dikerjakan dengan tangan, mengunakan alat-alat tradisional yang umumnya terbuat dari bahan alam seperti kayu dan bambu. Hampir tidak ada digunakan bahan logam seperti besi. Alat utama dinamakan panta adalah sebuak konstruksi kayu berukuran 2 x 1.5 meter tampat merentangkan banang yang akan ditenun. Benang dasar yang dinamakan lungsin atau lusi, juga disebut tagak kalau di Pandai Sikek ini adalah cadangan benang yang digulung pada gulungan dan terpasang pada arang babi di bagian yang jauh dari panta. Wanita yang mengerjakan tenun ini duduk pada semacam bangku di bagian pangkal dari panta ini. Di depannya ada dua buah tiang yang menyangga kayu paso tempat kain yang sudah ditenun akan digulung. Jadi lungsin terentang antara gulungan dengan paso dan di antaranya terdapat satu pasang karok dan satu buah suri tergantung pada tandayan. Di kiri dan kanan penenun digantungkan tempat penyimpan skoci benang  pakan dan skoci benang mas. Skoci ini dinamakan turak dan terbuat dari bambu.

CARA MENENUN

Pada waktu seorang wanita mengerjakan pekerjaannya menenun kain, pertama sekali dia akan menggerakkan karok akan dengan menginjak salah satu tijak-tijak untuk memisahkan benang sedemikian rupa sehingga ketika benang pakan yang digulung pada kasali  dan dimasukkan dalam skoci atau turak dapat dimasukkan dari kiri ke kanan melewati seluruh bidang karok, atau dari kanan ke kiri, secara bergantian, dan akan membentuk semacam ayaman yang ketika dipukul ke arah penenun dengan suri menjadi rapat dan membentuk kain.

Jadi kain ini terbentuk secara berangsur-angsur, selembar benang demi selembar benang, dan kalau ada satu benang yang putus harus segera disambung kembali. Dalam menyambung kembali benang-benang ini diperlukan pengetahuan tentang posisi setiap benang dan bagain mana yang harus diperbaiki, sehingga dalam  gurindam tentang kepiawaian wanita, dikatakan wanita harus tahu di suri mato karok.

Untuk membuat pola atau motif kain, digunakan benang mas yang disebut makau. Makau ini juga digulung dengan kasali dan dimasukkan dalam turak. Akan tetapi jalur masukknya tidak dibuat dengan menggerakkan karok malainkan ditentukan dahulu dengan mancukie bagian-bagian tertentu dari benang lungsini dengan suatu alat sederhana dari bambu yang disebut pancukie. Tahap inilah yang sangat penting dan memakan waktu yang sangat lama karena benang lungsin itu harus dihitung satu persatu dari pinggik kanan kain hingga pinggir kiri menurut hitungan tertentu sesuai dengan contoh motif yang akan dibuat.

Setelah jalur benang mas itu dibuat dengan pancukie, ruang untuk melewatkan turak itu diperbesar dengan alat yang disebut palapah. Turak yang berisi benang mas dilewatkan dan dipukul lagi beberapa kali dengan suri ke arah benang yang sudah dipukul sebelumya.

Demikianlah diulang-ulang berganti-ganti memasukkan benang pakan, memukul, mencukie jalur, melewatkan benang mas, dan  memukul lagi, dan demikian seterusnya sampai kain itu mencapai panjang yang cukup.

Karena kebanyakan motif tenun adalah simetris, maka pada waktu penenun selesai membuat satu jalur makau, akan diletakkan satu batang lidi untuk menandai jalur itu sehingga dapat dipakai kembali ketika polanya kembali sama.

Dalam satu hari seorang penenun dapat menyelesaikan kira-kira lima sampai sepuluh sentimeter kain, dan untuk menyelesaikan satu helai sarung mungkin diperlukan waktu kira-kira satu bulan.

TIPE KAIN

Secara teknis pembuatan kain tenun Pandai Sikek, tipe kain terbagi kepada dua tipe, yaitu balapak dan bacatua. Kain balapak adalah kain yang ditenun dengan melawatkan benang mas pada seluruh bidang kain, sedang kain bacatua adalah kain yang sebagian besar terdiri dari tenunan lungsin dengan pakan saja, dan hanya pada bagian-bagian tertentu diberi hisasan benang mas sehingga bahannya menjadi lebih ringan.

Dalam pembikinan motif menggunakan benang mas, dikenal istilah tuhuak, yaitu jumlah berepa kali benang mas dilewatkan pada jalur motif yang sama. Kalau ada enam lembar benang mas pada jalur yang sama akan memberikan kesan kasar, sedang kalau hanya dua lembar akan menghasilkan motif yang lebih halus.

Tipe kain juga ditentukan oleh penggunaanya oleh pemesan. Kain yang ditenun untuk dipakai pada upacara perkawinan adalah berbeda dari kain yang ditenun untuk dipakai pada acara resepsi. Bahan yang digunakan, seperti banang katun, rayon, sutra alam, benang mas, atau benang perak, turut menentukan tipe kain tenun yang dihasilkan. Selain itu, dalam merancang suatu produk tenunan, kami sangat memperhatikan motif-motif yang sesuai dengan karakter kain yang diinginkaan.

Perbedaan tipe-tipe ini akan lebih jelas dengan melihat daftar katalog produk kami dengan mengklik di sini ...

 

 

Daftar nama alat tenun: panta, suri, karok, turak, tingau, kasali, paso, panggulung, palapah, pancukia, tandayan, tijak-tijak. Alat bantu: kincia, ulang-aling.
 

8 Februari 2003