Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
garuda.gif (3492 bytes) Jaksa Agung Andi Muhammad Galib dalam kunjungannya ke Surabaya Jumat (7 Agt 1998) menyatakan, perkosaan massal yang terjadi 13-14 Mei lalu, terlalu dibesar-besarkan oleh LSM, karena bukti-buktinya sampai sekarang tidak ada.
   

 

kosong.gif (814 bytes)

Manajer  Pribumi  Berprestasi “ Disio-sio ”  atau
“ Mengalami  Perlakuan Diskriminasi ”
di Bank Lippo

 

Yth. Bapak Habibie,  Bapak Wiranto, Pak Fahmi Idris, Pak Bambang Subianto, Pak Muladi, Pak Adi Sasono, Pak Amien Rais, Ibu Megawati, Tolong beri perhatian pada kasus saya.

Perkenalkan, nama saya : FX. Edgar Affandi (32).  Memegang jabatan terakhir sebagai Kepala Cabang Wisma Nusantara (WNR) di Bank Lippo. Cabang WNR berukuran XL (Extra Large) dengan asset sebesar Rp. 300 – 400 miliar dan mencapai akumulasi profit di tahun 1997 sebesar Rp. 21 miliar.  Prestasi di atas dicapai berkat bantuan rekan-rekan muda saya berjumlah kurang lebih 55 orang. Sebelum rekan-rekan saya dan saya bahu membahu membesarkan Cabang WNR dalam suasana kerja yang kondusif & kekeluargaan yang tinggi, pada tahun ‘96, Cabang WNR masih berukuran S (Small) dan berprofit kira-kira Rp. 150 Juta/bulan.  Pada saat ini, Cabang WNR mempunyai  5 “sub branch”  atau Kantor Kas yang berlokasi di tempat-tempat strategi  yaitu di Plaza Indonesia, Kota BNI 46, Gedung Usmar Ismail, Gedung sarinah, dan ATD Plaza.

Pada bulan April ‘98 , melalui SK Direksi  No. 0166, saya dimutasikan ke Cabang Tangerang, Karawaci  (TKR) atas usulan Ibu Liza Tjokrosaputro, selaku Kepala Wilayah Gatot Subroto. Singkat kata, Saya menolak untuk di mutasikan. Alasan, ide, dan pendapat saya, saat itu, melalui memo-memo internal saya  ke Kepala  Wialayah, Direksi, dan  Komisaris diacuhkan alias tidak mendapat tanggapan sama sekali. Memo-memo internal saya berisikan bahwa : Konstribusi saya masih diperlukan untuk membangun, membesarkan Cabang WNR (bersamaan pula, saya menentang rencana internal Bank Lippo versi Kepala Wilayah, yang akan memindahkan Izin Cabang WNR  ke Cabang Plaza BII – statusnya Kantor Kas, singkatnya : Kantor Kas Plaza BII  berubah menjadi Cabang, sedangkan Cabang WNR  menjadi K.K, ini adalah upaya untuk memaksa saya  menerima SK Direksi No. 0166)  bersama rekan-rekan saya. Dan, tanpa sepengetahuan saya, rekan-rekan saya (55 orang) menulis surat ke Dewan Komisaris  (Bp. Mochtar Riady), agar seorang Edgar Affandi, yang humanis, yang pekerja keras, yang selalu punya visi “Lippo Minded”  tidak dipindah buru-buru ke  cabang TKR. Namun, tidak ada tanggapan sama sekali.

Sejak menulis surat ke Dewan Komisaris, hasilnya diluar dugaan sama sekali. Saya dan rekan-rekan malah menerima perlakuan-perlakuan tidak adil. Rekan-rekan kerja saya sengaja dimutasikan ke Cabang-cabang lain, yang sebenarnya tidak perlu-perlu sekali tambahan tenaga kerja, demi memenuhi ambisi seorang Kepala Wilayah  Ibu Liza Tjokrosaputro :  Menurunkan status Cabang WNR dari Cabang menjadi Kantor Kas, padahal  saat itupun, izin  prinsip dari Bank Indonesia  (Tim 2 UPB 3) & Menteri Keuangan belum keluar. Rekan kerja saya, Sdri Astuti Djatmiko, bertempat tinggal di Depok, dimutasikan paksa dan  harus berkantor di Karawaci. Kalau tidak mau, ya, monggo keluar atau mengundurkan diri. Demikian pula, dengan  seorang  Yanti, ex Head Teller WNR, tinggal di Bekasi, harus berkantor di Tangerang Karawaci. Seorang AO, Andy Faisal, tinggal di Apartemen Lippo Sudirman, tiba-tiba mendapat SK baru : menjadi AO di Bank Lippo Cilegon !  Busyet !  Banyak cerita sedih lainnya yang tidak bisa ditulis satu persatu di sini.

Sementara saya bersama ketiga rekan saya : Rizaldi Hartawan, Dewi Yana, Andy Faisal, sebelum di PHK  mengalami hal-hal yang lebih buruk dan tidak manusiawi, dan dapat digolongkan sebagai Tindakan Pidana sebagai berikut :

  1. Saya difitnah sepihak atas pencairan Kredit “Back to Back”  sebesar Rp. 1.5 miliar. Padahal, belakangan  tidak  terbukti  sama  sekali. Namun saya, lelah untuk meng”counter" berita-berita “murahan” tersebut dan  untuk menjawab telepon puluhan Kepala Cabang lain yang menanyakan,  Apakah benar saya manipulasi ?

  2. Tindakan tidak menyenangkan dari Kepala Wilayah  Gatot Subroto – Ibu Liza Tjokrosaputro, saat melakukan Cross Check secara brutal tentang  pemberian 2 buah lukisan bagi Pejabat Kostrad saat sertijab Pimpinan kostrad dari Bp. Sugiono kepada Bp. Prabowo. Saya dituduh  melakukan pemberian lukisan fiktif.

  3. Tindakan menurunkan kredibilitas saya per tanggal 23 Mei ’98,  saat Sdr. Lukito dan Sdr. Robby Mondong (2 “boneka”) Ibu Liza  menduduki ruangan dan kantor saya di WNR.

  4. Membongkar file-file pribadi saya di komputer ruangan saya (termasuk surat pribadi saya ke Tim 2 UPB3 Bank Indonesia, di mana saya melaporkan kewenangan Kepala Wilayah Gatot Subroto  yang sudah melebihi batas)

  5. Saya akan diseret keluar oleh Satpam K.K. Plaza BII apabila tetap memasuki ruangan saya di Cabang WNR. Semua kunci ruangan dan kantor saya diganti paksa.

  6. “Mencari-cari kesalahan “ kepemimpinan saya saat Ibu Liza menurunkan “tim audit khusus Kantor Pusat”  ke Cabang WNR, dan ternyata tidak ada - setelah 1 bulan lamanya-repotase jelek tentang saya, namun itu saya nilai sepihak karena saya tidak pernah diajak untuk berkomunikasi, berdiskusi dan berdebat atas temuan – temuan tim audit khusus KP tersebut.

Sekarang kasus saya dan rekan-rekan saya : Rizaldi Hartawan, Dewi Yana, dan Andy Faisal ditangani  oleh  lawyer  kami  FTA (Fuady, Tommy, Aji Wijaya)  Attorneys  at  Law oleh Bp. Munir Fuady, Bp. Freddy Simatupang dan Bp.Lindu Dwi Purnomo. Sedangkan Bank Lippo dikuasakan kepada Gani Djemat & Partners.  Seharusnya  sudah ada  kesepakatan  damai di antara lawyer kedua belah pihak yang berseteru berdasarkan surat No.1772/IX/GD/FIR/98 dari Bp. Humprey Djemat & Firmansyah namun tiba-tiba ada surat “dagelan” dari HRG Bank Lippo No.0620 & 0650 yang tiba-tiba memPHK sepihak saya, atas pengaduan Ibu Liza karena sejak tanggal 8 Juni 1998 saya tidak masuk ke kantor lagi. Aneh, padahal sejak tanggal 23 Mei 1998 kantor Cab. WNR sudah diduduki “oleh boneka-boneka” Ibu Liza. Makanya, ini saya sebut dengan “dagelan”.

Yth. Bp. Habibie, Bp. Wiranto, Bp. Fahmi Idris, Bp. Bambang Subianto, Bp. Muladi, Bp. Adi Sasono, Bp. Amien Rais, Ibu Megawati, ketika Bapak-Bapak dan Ibu sekalian gencar melakukan gerakan reformasi di segala bidang, ternyata kami malah mengalami “deformasi total” baik pada karir kami & lingkungan kerja kami yang sudah baik sebelumnya.

Bapak-bapak & Ibu pendorong pro-reformasi, mohon perhatiannya pada kasus kami ini. Karena kasus kami ini ternyata malah mendapat rasa simpatik & dukungan tak henti-hentinya dari karyawan-karyawan Bank Lippo lainnya (baik pribumi & non pribumi), namun dukungan mereka tidak “frontal”, sebab sebagian besar pendukung kami itu sudah berkeluarga & punya kedudukan baik di Bank Lippo. Lagi pula mereka bisa menjadi “korban” berikutnya. Dan percayalah, sebagian besar karyawan-karyawati  Bank

Lippo bila mereka jujur saat ini, mengharapkan adanya perubahan managemen (terutama Presdir & BBG Head I –  dijabat  oleh  kakak  adik   kandung,   yang   saat   ini
banyak melakukan praktek nepotisme di tubuh Bank Lippo). Sebagai contoh : keluarga Ibu Liza – BBG Head I – dan kakak dari Bp. Eddy Sindoro (Presdir Bank Lippo) sangat banyak menikmati fasilitas kredit dari Bank Lippo dan suka melanggar aturan main perkreditan Bank Lippo. Bukti ada ditangan saya. Juga semua pembangunan Kantor Kas – Kantor Kas baru maupun renovasi Kantor Kas lama biasanya memakai jasa kontraktor sebuah PT. milik pribadi Ibu Liza. Sekali lagi saya punya bukti-buktinya.

Jadi, apabila kasus saya ini dapat “terangkat ke permukaan”, alias “everybody knows well about the real situation in Lippobank”, karyawan-karyawan Bank Lippo senang sekali, karena pasti akan membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Kenapa kami berani melakukan ini semua ? Jawabnya : masih single, tidak takut untuk melarat, tidak takut kesana kemari mengejar angkutan umum, yang penting : menegakkan kebenaran & jujur.

Apabila saya menyebut diri sebagai “manager pribumi” yang disia-siakan oleh elite pemimpin Cina di Bank Lippo, bukan berarti saya rasis/sektarian/SARA. Malah sebaliknya,  justru saya mempunyai calon pasangan hidup seorang “single white chinese female”. Bagi saya, percuma seseorang berbicara masalah pembauran antara pri & non pribumi, apabila pada sebuah keluarga pribumi tidak terdapat seorang Cina dan begitu pula sebaliknya.

Terakhir, Pak Mochtar Riady & Pak James Riady yang saya hormati, maaf, saya melakukan ini semua, karena justru kami semua akan sangat sayang bila melihat Bank Lippo makin lama makin menurun “performancenya” hanya karena Bp. Mochtar & Bp. James yang sangat sibuk di luar tidak menangkap aspirasi sebagian besar karyawan-karyawan Bank Lippo yang tengah menginginkan perubahan besar dalam managemen internal Bank Lippo, terus kenapa anda berdua masih saja membela Ibu Liza, Bp. Eddy Sindoro, Ibu Vita yang jelas-jelas sudah banyak “makan” korban, namun “korbannya” selama ini diam saja, tetapi pada kasus saya & rekan-rekan saya, yang semuanya masih single & berprestasi bagus, tidak punya “vested interest”, tidak bermain “valas”, tidak dapat menerima begitu saja perlakuan “paranoid” Ibu Liza dan sekutunya : Ibu Vita & Bp. Eddy Sindoro. Bp. Mochtar & Bp. James, berhati-hatilah justru dengan orang – orang dekat Anda, coba sekali-kali “turunlah ke bawah” ke manusia – manusia golongan 12 ke bawah, tanyailah apa mau mereka.

Sekali lagi Pak Mochtar & Pak James, apakah layak seorang Edgar Affandi dan ketiga teman saya, pemimpin cabang WNR dan rekan-rekannya, yang sudah berkarir selama + 6 tahun dan sudah menghasilkan profit bagi Bank Lippo puluhan miliar rupiah, tidak manipulasi & punya “testimony market” bagus dimata : keluarga Bambang Subianto, PT. Indosat, PT. Telkom, Hard Rock Café Group, Bp. Nirwan Bakrie, keluarga besar KOSTRAD, Ibu Karlina Leksono, Mas Garin Nugroho dkk, Ibu Toety Herawati, bisa begitu saja dirusak karirnya begitu rupa oleh Ibu Liza gara – gara berbeda pendapat ?

Dimana kearifanmu Bp. Mochtar & Bp. James ? Seorang Soeharto jatuh gara – gara omongan beberapa orang terdekatnya, bukan tidak mungkin Bp. Mochtar & Bp. James terjerumus hal yang sama ?

Apabila surat pembaca ini tidak ditindak lanjuti “solusi damainya” kami akan membawa kasus ini ke pengadilan negeri dan tinggi menurut hukum yang berlaku, karena kami punya banyak bukti tertulis & saksi.

Apa yang membedakan seorang Edgar dengan Ibu Liza atau seorang Ibu Norita ? Ibu Liza dan Ibu Norita banyak didemo oleh anak-anak buahnya, seorang Edgar banyak dibantu anak-anak buahnya untuk mendemo atasannya.


 FX. Edgar Affandi <edgar_affandi@hotmail.com>
 (Pemimpin Cabang Bank Lippo, Cabang Wisma Nusantara)
 NIP : 8316
 HP. 0816-834268

barstart.gif (370 bytes)