Agama Pemicu Konflik: Upaya Depolitisasi Islam
Oleh: I. Kariimah
A.N Wilson-yang dikutip Nurcholish Madjid dalam Tekad No 17/22-28 Feb 99- pernah melontarkan gagasan bahwa agama adalah pemicu konflik antara pemeluk agama karena anggapan agamanyalah yang paling benar. Walau tidak persis benar, beberapa kalangan cendekiawan muslim mengamini pernyataan tersebut, terutama bila agama dijadikan sebagai wacana politik. Agar terhindar dari stereotipe eksklusivisme agama (c.q. Islam). Kalangan cendekiawan muslim tersebut menawarkan konsep-konsep inklusivisme, pluralisme dan toleransi, serta depolitisasi Islam.
Sebenarnya bila dicermati dengan Islam sebagai pisau analisis pemikiran-pemikiran mereka berakar dari upaya untuk menjauhkan paradigma Islam sebagai sistem khas yang mengatur secara tuntas urusan duniawi-ukhrawi dalam tataran ideal dan praktis.
Konsep Islam sebagai sistem menegara telah dipraktekkan oleh Rasulullah. Tindakan Rasulullah yang mencerminkan tingkah laku politik praktis antara lain dicetuskannya Baiat Aqobah I dan II. Piagam Madinah dan peran Rasulullah sebagai kepala negara yang menjamin terpenuhinya seluruh kebutuhan rakyat. Penerapan Islam secara kaafah adalah sebuah keniscayaan, yang apabila terealisasi dalam kehidupan akan meredam timbulnya konflik-konflik sosial, ekonomi, politik dan sebagainya.