Islam di Tunisia
Mayoritas rakyat Tunisia adalah Muslim (99,5%). Islam
dinyatakan sebagai agama resmi negara. Selain Islam,
juga terdapat masyarakat yang beragama Yahudi dan
Kristen.
Pertengahan abad ke-7 Uqba bin Nafi r.a., seorang
sahabat Rasulullah SAW, masuk Tunisia bersama pasukannya.
Tahun 647 M pasukan Uqbah r.a. berhasil menaklukkan
Sbeitla (Sufetula) yang menandai bermulanya era
Arab-Islam di Tunisia. 13 tahun kemudian, yaitu pada
tahun 670 M (50 H ) Uqbah r.a. berhasil menaklukkan kota
Kairouan dan kemudian menjadikannya sebagai ibukota
pemerintahan dan pusat penyebaran Islam di wilayah
Afrika Utara.
Pada 698 M, pasukan Islam di bawah pimpinan Hassan bin
an-Nu’man dan Musa bin Nashr berhasil menaklukkan
Carthage. Islam kemudian berkembang pesat di Tunisia.
Bahkan pada tahun 711 M –masa keemasan Dinasti Umawiyah–
agama Islam telah tersebar ke daratan Eropa dengan
berhasil menaklukkan Andalusia di Spanyol dan kawasan
Iberia di sekitarnya.
Pada tahun 748 M, Dinasti Umawiyah digantikan oleh
Dinasti Abbasiah. Peristiwa ini menyebabkan Tunisia
terlepas dari pengawasan pusat kekhalifahan, namun
kemudian dapat dikuasai lagi oleh Dinasti Abbasiah pada
tahun 767 M. Pada tahun 800 M, Ibrahim Ibn Aghlab
ditunjuk sebagai Gubernur Afrika Utara yang berkedudukan
di Kairouan. Pada masa ini, Mesjid Agung Ezzitouna
didirikan di kotaTunis.
Masa-masa selanjutnya adalah era kejayaan peradaban
Islam di Tunisia dan kawasan Arab Maghribi. Dinasti
Aghlabiah (767-910), Fatimiah (910-973), Ziridiah
(973-1062), Almohad (1159-1228) dan Hafsiah (1230-1574)
silih berganti memegang tampuk kekuasaan di Tunisia,
hingga masuknya Tunisia dalam wilayah Khilafah Utsmaniah
(1574-1591). Di masa Khilafah Utsmaniah ini, Tunisia
menjadi wilayah otonom di bawah pemerintahan Dinasti Dey
(1591-1659), Mouradi (1659-1705) dan Huseini (1705
–1957).
Karena itulah, Kairouan dan Mahdia kini menjadi kota
tujuan wisata sejarah Islam terpenting di Tunisia,
selain Masjid Ezzitouna di kota Tunis. Di Kairouan dan
Mahdia, kita bisa mengunjungi masjid-masjid tua, benteng,
makam para ulama serta istana sisa peninggalan peradaban
Islam.
Umat Islam Tunisia hidup secara damai. Nilai-nilai
keagamaan dijunjung tinggi dalam kehidupan keseharian.
Masjid Agung Ezzitouna di kota Tunis dan Masjid Uqbah di
Kairouan, kerap menjadi pusat kegiatan keagamaan dalam
skala nasional maupun internasional.
Sebagai imbas penjajahan Perancis selama rentang abad 19
dan 20 Masehi, arus modernisasi dan kebudayaan Eropa
merasuki pola hidup rakyat Tunisia, termasuk dalam
kehidupan beragama. Kini, wajah Islam modern dan
moderat menjadi identitas umat Islam Tunisia. Prinsip
toleransi beragama dan kebebasan menjalankan ibadah di
antara mereka sangat dijunjung tinggi. Gerakan tarekat
sufi yang dulu sempat subur di Tunisia, kini tersisih
karena imbas modernisasi ini.
Di kota Mahdia, terdapat komunitas muslim Syiah. Kota
ini dahulu adalah pusat Dinasti Fatimiyah setelah
menaklukkan Kairouan yang berpaham Sunni Maliki. Dinasti
Fatimiyah berjaya di Tunisia selama rentang tahun
910-970 M, kemudian melebarkan kekuasaan mereka ke Mesir,
di mana mereka membangun Kairo sebagai ibukota
pemerintahan yang baru dan mendirikan Masjid Al-Azhar
yang merupakan cikal bakal Universitas Al-Azhar.
Dalam hal beribadah, mayoritas rakyat muslim Tunisia
bermadzhab Maliki, sebagaimana kebanyakan umat Islam di
kawasan Afrika Utara lainnya. Meski demikian, umumnya
mereka cukup toleran serta tidak fanatik dalam menganut
madzhab fikih tertentu.
|