Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!

Persatuan Pelajar Indonesia di Tunisia
اتحاد الطلبة الأندونيسين بتونس
Association des Etudiants Indonésiens en Tunisie

Selamat Datang - Welcome - Bienvenue - أهلا و سهلا

Halaman Depan - Organisasi PPI-Tunisia - Tulisan - Album Foto - Tentang Tunisia

 Terbaru - Populer
   
   
   
   
   
 Organisasi PPI-Tunisia
 Profil Singkat
   Anggaran Dasar
   Anggaran Rumah Tangga
   Struktur Organisasi
   Program Kerja
   Serba-Serbi PPI
   Album Foto
 Tunisia Selayang Pandang
 

 Profil Singkat

   Sejarah
   Kependudukan
   Pendidikan
   Islam di Tunisia
   Tempat-Tempat Pariwisata
   Serba-Serbi Tunisia
 Sekilas Info
   Info Terbaru!
PPI Tunisia mendirikan organisasi tandingan PBB.


Bagi negara, tokoh negara dan pemerintahan, perusahaan multimilioner, orang-orang kaya di dunia, dan siapa saja yang ingin bergabung silahkan hubungi kami


 Tulisan
   Quran dan Hadits
   
   Akhlak
   
   Filsafat
   
   Sejarah dan Peradaban
   
 

 Ilmu-ilmu Sosial

   
   Hukum
   
   Seni
   
   Umum
   
 Forum
   Kotak Surat
   
   Titip Salam
   
   

Tunis, 12 Desember 2005

Usir Dingin Dengan Bahasa Perancis

Ahad (11/12) seharian kemaren, matahari tak nampak di angkasa Tunis. Awan tebal bergelayut, mendung hitam menutupi langit. Sesekali gerimis turun membasahi bumi. Gimana rasa dinginnya, wah jangan tanya lagi dech.

Hingga lewat magrib, suasana masih tak berubah, gerimis malah tak mau henti. Kabut tebal diatas sana nampak semakin hitam, ditelan senja yang temaram. Udara dingin terasa dimana-mana, menusuki pori-pori satu juta warga kota Tunis.

Tapi, udara dingin senja itu seolah tak dirasakan oleh 9 manusia mungil bin imut yang tengah berada di sekretariat PPI Tunisia. Gelak tawa menghiasi acara kami saat itu; kursus mingguan bahasa Perancis. Waktu dua jam tak terasa lama, udara dingin akibat gerimis juga tak digubris. Pasalnya, pelajaran senja itu sangat menarik. Kami harus bercerita soal Un Bureau Fou Fou Fou, kisah sebuah kantor gila.

Kantor gila? Ya, sebuah kantor gila. Kantor yang acak-acakan tak tentu. Sang instruktur, Muhamad Yazid yang Perancisnya sudah cas cis cus mula-mula menggambar suasana sebuah ruangan yang tidak teratur. Di sebuah whiteboard tua tapi serbaguna milik PPI. Ada gambar meja yang sedang terlentang, kursi sofa yang bergantung di dinding, serta buku yang berserakan di lantai. Lalu, ia menanyai kami bergiliran. Ou est la cloche ? Di manakah posisi jam dinding? Au dessous de la chaise. Bacanya, o dessu de la syez, tuturku terbata-bata. Diulang-ulang karena salah melulu. Kawan-kawan tertawa cekikikan. Maklum, aku masih buta soal Perancis. Jam dinding itu berada di kolong kursi, begitu kira-kira arti kalimat yang kusebutkan.

Ou est le canapé ? Di manakah kursi panjang itu? Tanya Yazid kepada Ulung, mahasiswa baru di S2 Ushuludin. Le canapé est debout contre le mur. Ulung mencoba membaca, le canape E debu contkhe le myukh. Kursi panjang itu berdiri di menyandar dinding. Jorok banget tuh pemilik kantor, komentarku.

Ya begitulah, suasana belajar yang amat santai. Tema-tema populer, dikemas dengan ungkapan sederhana dan contoh yang menarik. Meski ga masuk akal dan sedikit norak, hehe.. Yang penting khan substansinya itu lho. Bagaimana melatih lidah untuk fasih Perancis. Aku merasakan, bahasa Perancis ternyata sangat sulit. Lebih sulit dari bahasa Inggris. Menurut cerita dosenku, kosakata bahasa Perancis jauh lebih kaya ketimbang Inggris. Bahasa Perancis banyak mengumbar pelafalan kha seperti halnya kha huruf idzhar dalam ilmu tajwid. Pendule dibaca pendyul, bureau dibaca byukho. Teks diucapkan sangat jauh berbeda dari tulisannya.

Bagi mereka yang belajar di Zaituna, bahasa Perancis adalah kebutuhan yang tak terelakkan. Mungkin hal ini dialami juga oleh kawan-kawan di Maroko dan Aljazair. Dosen-dosen banyak merujuk referensi berbahasa Perancis. Pengumuman-pengumuman atau merk-merk tulisan di kampus, banyak menggunakan bahasa Perancis.

Maka bagi kami yang di Zaituna, kursus mingguan bahasa Perancis menjadi program utama PPI. Sukses bahasa Perancis, berarti sekian puluh persen kesuksesan belajar telah di tangan. Meski kami juga tak lupa dengan bahasa Arab dan Inggeris. Diskusi ilmiah bahasa Arab akan segera diaktifkan lagi. Selain kursus bahasa Inggeris setiap Selasa malam yang kebetulan aku sendiri ketiban tugas sebagai pemandunya. Ya sebagai new comer di lingkungan PPI Tunisia, aku manut saja. Khusus untuk bahasa Inggris ini, metode belajaranya berkonsentrasi pada pemahaman teks dan latihan pengucapan (pronunciation) yang baik. Karena rata-rata para anggota sudah punya basic bahasa Inggeris.

Kami biasanya belajar selama maksimal 90 menit. Seperti Ahad kemaren itu. Menjelang jam 19.00 malam, acara kami berhenti. Petugas piket masak segera beraksi di dapur. Sementara kawan lainnya bersantai di ruang tengah, sambil sesekali mengulang-ulang pelajaran yang baru berlalu. Suasana tetap terasa hangat, padahal di luar sana, gerimis masih terdengar berjatuhan.

Dede Permana Nugraha
Humas PPI-Tunisia 2005-2007

 

Kembali Ke Atas

 
Copyright © 2006-2007 PPI-Tunisia. All Rights Reserved
Supported by Pulau Damai Technologies