Tunis, 23 Januari 2006
Di Mana Ada Koperasi, Di Situ Ada Dinar
Pada puncak musim dingin yang kadang diiringi hujan seperti sekarang ini, keluar rumah bukanlah pekerjaan
yang menyenangkan. Kecuali untuk kuliah, urusan KBRI, atau urusan lain yang sangat penting.
Pengurus
Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Tunisia membaca fenomena ini dari sisi bisnis. PPI segera menyediakan kebutuhan
harian para mahasiswa yang biasa dibeli di warung. Seperti rokok dan aneka jenis makanan ringan alias snack. Agar
para mahasiswa tak usah bersusah payah pergi ke luar, menembus dingin dan hujan yang turun hampir tiap hari.
Benda-benda pengisi perut itu disimpan rapi di sebuah dus besar, lalu diletakkan di meja pojok kanan aula
sekretariat, tepat sebelah kiri komputer. Secarik kertas dipasang rapi di dekatnya. Berisi daftar harga. Satu
sachet nescafe dijual seharga 0,3 Dinar. Sebungkus rokok Mars dihargai 1,8 Dinar, sedangkan Dji Sam
Soe dan Gudang Garam masing-masing 3 dan 2,5 Dinar. Begitu juga beberapa jenis cokelat, wafer, roti dan kue
kering. Semua harga tertera jelas. Oya, 1 Dinar Tunis setara dengan Rp 8 ribu atau 0,8 Dolar AS.
Koperasi
jadi-jadian ini diadakan sejak pertengahan Desember 2005. Idenya bermula dari obrolan-obrolan ringan. Atas
instruksi Ketua PPI, sahabat Muhammad Iqbal, Divisi Dana dan Usaha menindaklanjuti ide ini secara konkret.
Modal awal dicairkan, sahabat Hasbiyallah, mahasiswa baru S1, berusia 21 tahun, ditunjuk sebagai penanggung jawab
operasionalnya.
Maka sahabat Hasbi pun segera berbelanja. Lalu barang-barang beliannya disimpan di kotak
itu. Dalam praktik jual belinya, sahabat Hasbi juga berperan sebagai penjual. Jika ia sedang di luar rumah,
pembeli cukup menyimpan uang di kotak yang disediakan, lalu menuliskan nota pembeliannya di white board
yang terletak di sebelah kanan komputer. Sebuah praktik kegiatan ekonomi yang menuntut kejujuran tinggi. “Pada
paket penjualan pertama, kita dapat untung 12 Dinar”, tutur sahabat Hasbi diiringi senyum sumringahnya. Buah rasa
syukur kepada Allah.
Konsumen koperasi ini bukan hanya para mahasiswa anggota PPI yang tinggal di
sekretariat. Melainkan juga keluarga besar KBRI Tunis yang biasa bersilaturahmi ke sekretariat. Sesekali kadang
ada staf KBRI Tunis yang menelpon, memesan rokok Indonesia. Maka, koperasi pun melakukan pelayanan home
delivery (tausil al manazil) dengan biaya antar sewajarnya.
Bagi mahasiswa yang belum punya uang,
koperasi juga memberikan kemudahan berupa fasilitas utang. “Tapi jumlah pengutang dan nilai barang yang diutang,
selalu kita pantau. Agar koperasi tidak nombok”, tutur sahabat Hasbi, penuh perhitungan. Jiwa bisnis memang harus
begitu.
Ke depannya, koperasi akan menambah macam barang yang dijual. Tiga anggota PPI Tunisia yang sedang
melakukan ibadah haji, mendapat tugas berbelanja makanan khas Indonesia di Jedah, untuk barang jualan di koperasi.
Seperti aneka rokok Indonesia, indomie, obat-obatan, bumbu dapur serta aneka makanan/minuman ringan. Dalam waktu
dekat, koperasi juga akan menyediakan bakso dan mie ayam. Sebagaimana permintaan yang banyak dilontarkan oleh
keluarga besar KBRI Tunis. Seorang rekan mahasiswa berbakat, telah menyanggupi pembuatan kedua makanan Indonesia
ini. “Usai ujian musim dingin, insya Allah saya siap”, tuturnya pelan, tapi pasti. Tatapan matanya menerawang
penuh harapan. Kita lihat nanti aksinya usai ujian bulan Februari ; benarkah dinar akan mengalir deras ke pundi-
pundi koperasi?!
Humas PPI Tunisia, 2005-2007
|