Tunis, 30 Januari 2006
Pengajian Tahun Baru HijriyahSabtu (28/1)
malam kemaren, 40an orang WNI di Tunisia berkumpul di
Aula Nusantara KBRI Tunis. Mereka menggelar pengajian
dalam rangka menyongsong tahun baru 1427 Hijiriyah.
Acara ini merupakan hasil kerjasama Persatuan Pelajar
Indonesia (PPI) Tunisia dengan KBRI Tunis.
Acara diawali dengan salat Magrib berjamaah pada pukul
17.50. Sahabat Ulung Partajaya bertindak sebagai imam.
Usai salat, para jemaah duduk melingkar. Pengajian umum
pun digelar. Sahabat Abdul Hamdi dan Hasbiyallah
masing-masing bertindak sebagai MC dan pembaca wahyu
ilahi. Sedangkan uraian hikmah tahun baru hijriyyah
disampaikan oleh sahabat Dede Permana.
Duta Besar RI di Tunis, Hertomo Reksodiputro yang pada
malam itu menyampaikan kata sambutan, berharap agar
acara keagamaan tetap dijalankan secara kontinyu di
lingkungan masyarakat Indonesia di Tunis. “Untuk
menambah wawasan serta mempererat silaturahmi antara
kita”, tuturnya. Sedangkan dalam ceramahnya, sahabat
Dede Permana mengajak para jemaah untuk senantiasa
memiliki semangat memperbaiki diri, melakukan perubahan
ke arah yang lebih baik. “Hijrah bagi kita di era modern
ini bermakna sikap jiwa untuk mau terus melakukan
perbaikan diri, meninggalkan hal yang buruk lalu
menggantinya dengan hal yang baik. Menjauhi gelap menuju
terang, membuang kejelekan lalu mencari kebaikan. Jika
ini telah difahami secara baik oleh setiap individu
muslim, maka umat Islam akan menjadi bangsa terhormat
dan kembali meraih kejayaan”, kata mahasiswa S2 Syariah
ini.
Dalam cermah yang berdurasi 25 menit ini, sahabat Dede
juga menggambarkan kesabaran Nabi dalam menghadapi
beratnya perjuangan dakwah di Mekkah. Beberapa kisah
permusuhan Abu Jahal dituturkan, diselingi
hikayat-hikayat lain yang dibumbui humor. Gelak tawa
para jemaah pun terdengar sesekali.
Pada pukul 18.30, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi.
Para jemaah melontarkan pertanyaan, komentar atau
gagasan lain yang belum disampaikan penceramah seputar
tema hijrah. Bapak Hanafi, seorang local staf bertanya
tentang sikap permusuhan Abu Jahal kepada Nabi. Bapak
Mahfud bertanya soal hikmah sistem penanggalan hijriyah
yang berdasar pada peredaran bulan. Sedangkan Pak Dubes
bertanya soal keragaman pemikiran di dalam tubuh umat
Islam. “Bagaimana mungkin umat Islam akan bisa maju,
jika di dalam tubuh Islam sendiri masih banyak
pertentangan”, tutur Pak Dubes.
Sebagian pertanyaan itu dijawab oleh penceramah. Lalu
para jemaah lainnya memberikan komentar atau tambahan
informasi. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Abdul
Hanan dan Bapak Hidayat Sibyan. Beberapa jemaah ibu-ibu
pun ikut memberikan tanggapan dan pertanyaan, termasuk
Ibu Dubes.
Diskusi itu dihentikan pada pukul 19.30, kala diskusi
sedang hangat-hangatnya. Padahal, rencana semula, acara
pengajian berakhir pukul 19.00. Pada pukul 19.30, para
jemaah melaksanakan salat Isya yang dipimpin oleh
sahabat Dede.
Sebagai acara penutup, para jemaah menikmati hidangan
makan malam yang disediakan oleh Dharma Wanita KBRI
Tunis. Sambil beramah tamah. Hidangan pembukanya adalah
mie bakso panas. Sangat cocok dinikmati pada musim
dingin begini. Kenikmatan bakso malam itu menambah indah
kesan pengajian tahun baru hijriyyah.
Humas PPI-Tunisia
|